Sunday, June 22, 2014

Drama Kutil Marini

Pelaku             ; Marini
                        : Rhino
                        : Sandra

Latar                : Di sebuah rumah, terdapatlah seorang anak perempuan bernama Marini.
Dia sedang khawatir karena di tangannya tumbuh kutil, dia ingin   mengadukannya pada papa dan mamanya, tapi dia takut nantinya mereka menyuruh mengoperasi kutilnya tersebut, tiba-tiba adiknya Rhino bertanya...

Rhino              : Kutil apaan sih, kak?
Marini              : Ini nih, yang namanya kutil!(sambil menunjukan kutil di   talapak       tangan kirinya)
Rhino              : Idih! Kok kayak jerawat mama.
Marini              : Husy! Awas, jangan bilang-bilang papa-mama, ya!
Rhino              : Oke deh, kak! Tapi janjinya, ajak Rhino nonton bioskop lagi!
Marini             ; Iya deh, kalau da film anak-anak lagi!
Rhino              ; Janji ya kak!
Marini              : Kutil! Eh... kutil!!!( karena tersandung Sandra berteriak memanggil kutilnya) Ih, cerewet!
Rhino              : (Tersenyum sambil memandang kutil kakaknya)

Suatu sore, Marini menceritakan soal kutilnya pada Sandra. Meskipun ketiga kutilnya tidak terasa sakit, tapi Marini bermaksud mengenyahkannya. Lalu dia minta solusi pada Sandra.

Sandra             : Operasi tu gak sakit tau!
Marini              : Yang lain aja deh, asal tidak di operasi!
Sandra             : Lalu mau diapakan? Berobat alternatif, maksud kamu?
Marini              : Apa tuh, berobat alternatif?
Sandra             : Berobat alternatif itu berobat secara tradisional. Biasanya sama orang pintar atau tabib.
Marini              : Tidak di operasi dong!
Sandra             : Tidaklah, nanti kutil kamu di usap-usap, disembur .... ffuih ...! lansung deh!
Marini              : Hilang?
Sandra             ; Nambah! Huahaha ...! (tubuh gembrotnya terguncang-guncang)
Marini              : Eh, dasar! Aku serius nih! Kok malah bercanda!
Sandra             : Udah deh, kita tanya ke Salman aja!
Marini              : Salman? Tidak deh! Salman tidak boleh tau masalah ini. Aku tidak mau kutil ini diketahui Salman.!
Sandra             : Ayah Salman kan Dokter! Nanti kamu bisa konsultasi sama dia!
Marini              : Tidak, ah! Mending aku rawat saja, daripada dioperasi!
Sandra             : Dasar! Kutil kok dipelihara!?
Marini              : Monyong? Aeh, monyong!(Marini tersandung)
Sandra             : ( terkekeh-kekeh sambil pergi)

Latar                : Marini mendatangi Sandra ketika pulang sekolah. Sesuai kesepakatan ditelepon semalam, siang ini mereka mencari tempat pengobatan alternatif, guna memusnahkan kutil Marini. Yang mana selebaran itu ditemukan Sandra diperempatan jalan, yang ternyata berisi tentang pengobatan alternatif.

Marini              : Loh! Kok kutil tidak ada? ( selidik Marini,s etelah mambaca selebaran itu)
Sandra             : Bacanya teliti dong! Nih, kamu lihat! Jnatung, kencing manis, asam urat, ginjal, kanker gans, kanker rahim, batuk menahun, tumor jinak, tumor ganas...!
Marini              : apa hubungannya sama kutil? (potong Marini)
Sandra             : Ya ampun! Tumor ganas saja bisa disembuhkan apalagi kutil?!
Marini              : (berpikir sejenak, lalu manggut-manggut) Pinter juga kamu O’on!
Sandra             : Jangan panggil aku O’on dong! Habis aku kan tidak O’on, kok dipanggil O’on?!(kali ini Sandra protes dipanggil O’on). Ya sudah, bagaimana kalau saya panggil Kutil? Si Kutil? Hehe, si Kutil! Keren juga!
Marini              : gembrot, gembrot! Si Gembrot!
Sandra             : Stop! Stop! Kita damai saja! Kamu jangan panggil aku O’on atau gembrot, dan aku janji tidak memanggil kamu Monyong atau si Kutil. Oke, Nyong? Aeh, hehe,....gimana Marini manis? (sambil menepuk pundak Marini)
Marini              : Nyong! Aeh...Nyong! gembrot! Aeh...gembrot! Aduh...bagaimana dong!
Sandra             : weleh-weleh, abad dua puluh udah lewat, kok masih latah saja, non?
Marini              : kamu sih, ngagetin gitu?
Sandra             : Sori, sori! Nah sekarang gimana dong, setuju tidak?
Marini              : Setuju....hehe, Sandra yang imut?
Sandra             : Kok, Sandra yang imut sih? Emang aku imut?
Marini              : Habis apa dong? Mau yang sebenarnya...Sandra yang....
Sandra             : Stop! Stop! Aku setuju, Sandra yang imut!
Marini              : Sandra yang imut, kita berangkat sekarang?
Sandra             : Nah, gitu dong!
Setelah itu mereka pergi menemui tempat pengobatan kutil tersebut.
Marini              : masih jauh, sandra?
Sandra             : tunggu sebentar. Kita sudah dekat kok.
Marini              : wuah! Aku sudah tak tahan. Capek.
Sandra             : kita istirahat dulu diwarung sana.

Marini              : aku setuju.

KARYA SASTRA LAMA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan karya sastra lama. Karya sastra ini meliputi beragam jenis dan bentuk, baik syair maupun prosa, contohnya hikayat, beragam pantun, dongeng, legenda, dan mitos. Karya-karya itu telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Berikut pernyataan yang menyatakan bahwa Indonesia kaya akan karya sastra,
Kita sudah mempunyai pengalaman bersastra yang lama, paling tidak selama seribu tahun kita sudah memiliki sastra tulis. Jika bertolak dari kehidupan sastra lisan, pengalaman kita lebih panjang lagi. Jadi, kita sudah bersastra mulai pada milenium pertama, dan terus berlangsung pada milenium kedua. Dalam sepanjang pengalaman itu kita sudah memiliki hasil sastra yang cukup banyak. Kita memiliki khasanah sastra klasik yang tersimpan dalam berbagai bahasa daerah di seluruh Indonesia (Rusyana, 1999:2).
Kondisi  masyarakat yang semakin tidak peduli terhadap karya sastra lama ini terutama pada remaja, yang lebih memperiotaskan kesusastraan modern dibandingkan dengan kesusastraan lama. hal ini dikemukakan karena sebagaian remaja lebih menutup diri mengenai hal-hal yang berbau kesusastraan lama. seperti yang kita tahu bahwa banyak sekali remaja pada zaman sekarang yang menjadikan karya sastra lama hanya sebagai simbol belaka dan tidak pernah memaknai keindahan karya sastra lama yang sebenarnya.
Penguasaan terhadap karya sastra lama memberikan kemudahan tentunya bagi para remaja untuk mengakses berbagai informasi, pengetahuan dan hiburan secara luas baik melalui buku-buku bacaan, media massa, elektronik maupun jaringan informasi di dunia maya ataupun internet. Keindahan akan karya sastra lama  ini dapat kita rasakan melalui berbagai karya sastra yang diwariskan. Menyadari fungsi dan arti penting karya sastra lama ini sudah sepatutnya kita mendalaminya khususnya bagi para remaja agar karya sastra lama yang telah diwariskan tidak punah dan tidak luntur  begitu saja.
Perkembangan  kesusastraan lama Indonesia banyak mendapat pengaruh dari luar. Berdasarkan pengaruh tersebut kesusastraan lama Indonesia dibedakan menjadi kesusastraan melayu klasik (tradisional), kesusastraan pengaruh hindu, dan kesusastraan pengaruh islam. Karena pengaruh tersebut, akibatnya para remaja jarang sekali mengaplikasikan karya sastra lama pada kehidupan mereka, dan mereka lebih dominan menggunakan karya sastra modern  dalam keseharian mereka.
Selain itu  jika dilihat dari berbagai aspek, maka frekuensi remaja dalam meminati kesusastraan lama sudah semakin minim. Terbukti dengan segala sesuatu yang bersifat kesusastraan lama misalnya buku hikayat ataupun gurindam  telah dimuseumkan atau hampir jarang untuk ditemukan.
1.2  Rumusan Masalah
1.    Apakah itu karya satra lama?
2.    Apa sajakah yang tergolong dalam karya sastra lama?
3.    Apakah penyebab karya sastra lama kurang diminati remaja
4.    Bagaimanakah kinerja untuk meningkatkan semangat remaja sekarang dan  masa depan demi pelestarian karya sastra lama?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan karya sastra lama
2.      Untuk mengetahui pembagian karya sastra lama serta defenisi karya sastra yang selama ini terhindar dari dari dunia remaja
3.      Untuk mengetahui penyebab berkurangnya minat remaja terhadap kesusastraan lama
4.      Mengetahui hal-hal istimewa dalam karya sastra lama dibandingkan karya sastra modern
5.      Membangkitkan semangat penerus bangsa agar dapat menjaga kelestarian karya sastra lama.

1.4  Manfaat
1.      Membantu para remaja untuk mengetahui apa itu karya sasatra lama.
2.      Remaja-remaja Indonesia dapat mengetahui pembagian karya sastra lama yang selama ini tidak diketahuinya
3.      Remaja indonesia dapat lebih emmeperioritaskan karya sastra lama daripada karya sasrta modern yang selama ini langka dilapisan remaja.
4.      Agar dapat mengembangkan dan melestarikan aset negara khususnya karya sastra lama.

BAB II
I S I
2.1  Pengertian Sastra Lama
Kesusastraan lama adalah karya sastra yang lahir dalam masyarakat lama, yaitu suatu masyarakat yang masih memegang adat istiadat yang berlaku di daerahnya. Karya sastra lama biasanya bersifat moral, pendidikan, nasihat, adat istiadat, serta ajaran-ajaran agama.

2.2  Sejarah Sastra Lama
Sejarah dalam sastra lama ini terbagi atas sejarah balai pustaka, sejarah angkatan 45 dan sejarah pujangga
1.         Sejarah Balai Pustaka (Angkatan Dua Puluhan)
Disebut angkatan dua puluhan karena angkatan inilahir pada tahun 1920-an dan disebut angkatan balai pustaka karena penerbit yang paling banyak menerbitkan adalah Balai Pustaka. Balai pustaka didirikan tahun 1917 oleh Dr. Rinkes. Penerbit ini sangat berjasa bagi dunia sastra Indonesia karena dengan adanya penerbit ini lahir berbagai macam karya sastra terkenal.
Balai pustaka tidak hanya berperan pada masa tahun 1920-an saja melainkan sampai masa-masa berikutnya bahkan sampai sekarang. Karya yang paling terkenal pada masa ini adalah Siti Nurbaya karangan Marah Rusli. Roman ini menceritakan tentang perjodohan yang masih banyak dilakukan pada masa itu.
Beberapa karya sastra angkatan 1920-an adalah Azab dan Sengsara (roman, tahun 1920 oleh Merari Siregar), Muda Teruna (roman, tahun 1922 oleh Moh. Kasim), Tak Putus Dirundung Malang (roman, tahun 1929 oleh S.T. Alisyahbana)

2.         Sejarah Pujangga Baru
Pujangga baru pada awalnya adalah nama sebuah majalah bukan nama angkatan. Majalah pujangga baru ini dikelola oleh Arjmin Pane, Amir Hamzah, dan Sutan Takdir Alisyahbana. Majalah ini terbit setiap dua bulan sekali. Malajah lain yang terbit seiring dengan pujangga baru adalah Panji Pustaka dan pedoman rakyat. Tetapi pada perkembangannya akhirnya pujangga baru lebih pesat dan terkenal karena di dalamnya memberi ruang lebih luas untuk mengembangkan sastra. Sastrawan di seluruh pelosok banyak diberi tempat untuk mengenalkan karya mereka.

Pedoman rakyat lebih banyak menangkat masalah politik, social dan budaya (umum) sedangkan panji pustaka dianggap memasung kreativitas sastrawan.

Pujangga baru terbit pertama kali pada bulan juli tahun 1933. artikel yang mengangkat nama penerbit ini adalah “menuju seni baru” karya alisahbana. “Kesusasteraan baru” karya armijn pane ini memperlihatkan keinginan sastrawan mengangkat sastra Indonesia agar terlepas dari sastra tradisional.

3.         Sejarah Angakatan 45
Fase pertama ditandai dengan munculnya tulisan jassin yang secara jelas hendak mengangkat chairil anwar sebagai tokoh sentral angkatan 45.
Fase kedua ditandai dengan pembelaan jassin terhadap penamaan angkatan 45 berikut sikap yang melandasi angkatan ini.
Fase ketiga ditandai dengan pembelaan jasssin terhadap sikap dan semangat angkatan 45 dengan gagasan humanisme universalnya. Polemic nama angkatan dimulai ketika jassin menulis artikel “Kesusasteraan di masa Jepang” di dalamnya jassin mulai menyinggung nama chairil anwar. Sosok penyair yang belum genap 20 tahun pada masa itu, berani menulis dan mencipta karya universal. Chairil dikatakan sebagai sosok yang mendobrak dan pembaharu sastra Indonesia.
Kemudian rosihan anwar melansir pertama kali nama angkatan 45. yang sebnarnya adalah usul chairil anwar. Mengapa tidak 42, 43, atau 44? Chairil mengatakan 45 lebih tepat karena hubungannya dengan sejarah “momentopname”.




2.3  Pembagian Sastra Lama
            Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu :
·         Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia.
Kesusastraan Lama Indonesia dibagi menjadi :
Ø  Kesusastraan zaman purba,
Ø  Kesusastraan zaman Hindu Budha
Ø  Kesusastraan zaman Islam
Ø  Kesusastraan zaman Arab – Melayu.
Sastra Indonesia terbagi dua menurut zaman pembuatan karya sastra :
·      Karya Sastra Lama
Karya sastra lama adalah Karya sastra yang lahir dalam masyarakat lama, yaitu suatu masyarakat yang masih memegang adat istiadat yang berlaku di daerahnya. Karya sastra lama biasanya bersifat moral, pendidikan, nasihat, adat istiadat, serta ajaran-ajaran agama. Sastra lama Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Ø terikat oleh kebiasaan dan adat masyarakat
Ø bersifat istana sentris
Ø bentuknya baku
Ø biasanya nama pengarangnya tidak disertakan (anonim)

Adapun bentuk dari sastra Lama adalah Pantun, Gurindam, Syair, Hikayat, Dongeng dan Tambo.

·      Karya Sastra Baru
Karya sastra baru Indonesia sangat berbeda dengan sastra lama. Karya sastra ini sudah tidak dipengaruhi adat kebiasaan masyarakat sekitarnya. Malahan karya sastra baru Indonesia cenderung dipengaruhi oleh sastra dari Barat atau Eropa.

Ciri-ciri sastra baru Indonesia adalah:
Ø  Ceritanya berkisar kehidupan masyarakat
Ø  Bersifat dinamis (mengikuti perkembangan zaman)
Ø  Mencerminkan kepribadian pengarangnya
Ø  Selalu diberi nama sang pembuat karya sastra

Bentuk sastra baru Indonesia antara lain adalah Roman, Novel, Cerpen, dan Puisi Modern.
Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai saastra bila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya.
Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para pembacanya sebagai perwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya buruk, karya tersebut tidak dapat disebut sebagai cipta sastra, begitu juga sebaliknya.
Sastra memiliki beberapa jenis:
·      Sastra daerah, yaitu karya sastra yang berkembang di daerah dan diungkapkan dengan menggunakan bahasa daerah.
·      Sastra dunia, yaitu karya sastra milik dunia yang bersifat universal.
·      Sastra kontemporer, yaitu sastra masa kini yang telah meninggalkan ciri-ciri khas pada masa sebelumnya.
·      Sastra modern, yaitu sastra yang telah terpengaruh oleh sastra asing(sastra barat).
Karya Saatra secara umum terbagi atas :
1.      Puisi
2.      Prosa
ü  Puisi
Perngertian puisi di atas mencakup arti cukup luas karena menafsirkan puisi sebagai hasil penjaringan penglaman yang dapat atau dialami oleh seseorang. Dan menyusunnya secara sistematis sebagai makna satu dan yang lainnya.

Dari pengertian di atas juga diartikan bahwa puisi merupakan karya seni yang erat hubungannya dengan bahasa dan jiwa. Tersusun dengan kata-kata yang baik sebagai hasil curahan lewat media tulis yang bersifat imajinatif oleh pengarangnya untuk menyoroti aspek kehidupan yang dialaminya.

Atas dasar itulah penulis mengemukakan bahwa puisi pada hakikatnya adalah curahan perasaan si penciptanya sehingga keberadaan suatu puisi tidak terlepas dari keberadaan pikiran, perasaan, dan lingkungan si penciptannya.

Jika seseorang menyelami sebuah puisi, berarti ia berusaha mencari siapa dan bagaimana keberadaan penciptanya atau penyairnya. Oleh sebab itu, mendeklamasikan puisi tidak lain dari mengepresikan makna sesuai dengan cita rasa penyairnya.

Sebenarnya ada perbedaan yang mendasar mengenai puisi dan prosa. Sebagaimana telah dijelaskan seorang ahli dalam dunia sastra :“perbedaan pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.” (Slametmulyana ,1956:112)

ü  prosa

Sedangkan prosa terbagi atas :
1.      Prosa Lama
Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan kesusastraan Indonesia maka objek pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa daerah Melayu yang mendapat pengaruh barat. Hal ini disebabkan oleh hubungannya yang sangat erat dengan sastra Indonesia.  Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan. Disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk tulisan setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Melayu mengenal tulisan. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.
Bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
a.    Mite adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib dan ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro Kidul
b.    Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat. Contoh: Sangkuriang, Si Malin Kundang
c.    Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah binatang. Contoh: Kancil
d.    Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan raja-raja dan sekitarnya serta kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah.
e.    Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak Belalang.
f.     Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam
adapun ciri-ciri dari prosa lama adalah sebagai berikut :
1.   Cenderung bersifat stastis, sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami perubahan secara lambat.
2.    Istanasentris ( ceritanya sekitar kerajaan, istana, keluarga raja, bersifat feodal).
3.    Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
4.     Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Arab.
5.     Ceritanya sering bersifat anonim (tanpa nama)
6.     Milik bersama



2.    Prosa Baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah karangan H. Moekti.
Berdasarkan isi atau sifatnya prosa baru dapat digolongkan menjadi:
1. Roman, adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
Roman bertendens, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
Roman sosial, memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
Roman sejarah, yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
Roman psikologis, yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
Roman detektif, yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
2. Novel, berasal dari Italia yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. Lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
3. Cerpen, adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
4. Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
5. Kritik, adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
6. Resensi, adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.

7. Esai, adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.
Adapun ciri-ciri dari baru adalah sebagai berikut :
1. Prosa baru bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat)
2.  Masyarakatnya sentris ( cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat sehari-hari)
3. Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata, berdasarkan kebenaran dan kenyataan
4.   Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
5.   Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas
6.   Tertulis
2.3.1        Hikayat
Hikayat artinya cerita atau riwayat, Secara lengkap, pengertian hikayat adalah sejenis prosa sastra melayu lama yang ceritanya berkisar pada sikap kepahlawanan tokoh-tokoh istana. Sebagai karya sastra lama, hikayat memiliki ciri-ciri:
a. Ceritanya berkisar pada sikap kepahlawanan tokoh-tokoh istana (istana sentris).
b. Kisahnya bercampur dengan dunia khayal yang dalam banyak hal dilebih-lebihkan.
c. Pada umumnya dihubungkan dengan peristiwa sejarah tertentu.
karya sastra lama berbentuk hikayat misalnya Hikayat Si Miskin, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman,dan lain-lain. Salahsatu contoh hikayat adalah hikayat Raja kerang.


Mutiara dan Sunardjo (1982:7)  menyatakan wujud Hikayat Raja Kerang : Untuk kalimat “Alkisah maka tersebut perkataan” tulisannya dihiasi dengan gambar daun berwarna merah. Untuk bentuk-bentuk pantun, kalimatnya ditulis dengan tinta merah, begitu pula untuk kata-kata sahdan, hata, adapun, bermula, tersebutlah, sebermula maka diceritakan, semuanya ditulis dengan tinta merah.”
Hikayat termasuk karya sastra lama yang berkembang dalam masyarakat secara turun temurun. Sebuah cerita hikayat biasanya berhubungan dengan kehidupan istana, kesaktian senjata, dan kehebatan tokoh ksatria.
Hikayat banyak tersebar di masyarakat. Hikayat kebanyakan ditemukan dalam media tulis, seperti kertas, daun, bambu, dan kulit binatang yang digunakan pada zaman dahulu.
2.3.2    Syair
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Syair berasal dari Arab.
            Ciri- ciri syair antara lain:Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).
Sebagai salah satu contoh syair berirama a-a-a-a yakni seperti terdapat pada Syair Si Pahit  Lidah (Grozali,1978) bait ke-287:
Tersebut kisah hari suatu
Hari pun senja tibalah waktu
Buah dikirim pengawal itu
Untuk santapan baginda ratu
Pengarang terpaksa  membalikan urutan “hari” dan “suatu” karena tunduk pada pola rima syair a-a-a-a
2.3.2        Gurindam
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari 2 baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Berdarkan betuk atau isi gurindam ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Tiap tiap suku teerdiri atas dua baris.
b. Banyak setiap suku kata pada tiap-tiap baris tidak tetap, (biasanya 10-12 suku kata).
c. Sajaknya a-a. Gurindam yang baik bersajak penuh, tetapi ada juga yang bersajak paruh.
d. Baris kedua adalah akibat atau balasan yang tersebut dalam baris pertama.
e. Gurindam berisi nasihat.
Contoh :
a.        Barang siapa tidak sembahyang
Ibarat rumah tidak bertiang
Dengan bapak jangan durhaka
Supaya ayah tidak murka
b.      Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat
Cahari oleh kamu akan abadi
Yang ada baik sedikit budi

Salah satu Kumpulan gurindam yang dikarang oleh Raja Ali Haji[1] dari Kepulauan Riau. Dinamakan Gurindam Dua Belas oleh karena berisi 12 pasal, antara lain tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti dan hidup bermasyarakat.merupakan gurindam yang terkenal yang berisikan nasehat-nasehat.
2.3.3        Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa).
Ciri-ciri pantun antara lain:
1.         Pantun terdiri atas empat larik dalam satu baris
2.         Bersajak a-b-a-b, a-b-b-a, a-a-b-b.
3.         1 baris terdiri dari 4-5 kata, 8-12 suku kata
4.         Bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.

Sutan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan.
R.O. Winsted (2009:138) menyatakan bahwa pantun bukanlah sekedar gubahan kata-kata yang mempunyai rima dan irama, tetapi merupakan rangkaian kata yang indah untuk menggambarkan kehangatan seperti cinta, kasih saying, dan rindu dendam penuturnya. Dengan kata lain pantun mengandung ide yang kreatif dan kritis, serta padat kandungan maknanya.
Berdasarkan isinya, pantun dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Pembagian pantun sebagai berikut
1. Pantun Adat                                           
2. Pantun Agama
3. Pantun Jenaka
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
4. Pantun Kepahlawanan
5. Pantun Nasihat
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
6. Pantun Percintaan atau pantun muda-mudi
Contoh :
      Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
7. Pantun Teka-teki
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki


     















2.4       Perbedaan Sastra Lama dan Sastra Modern
Perbedaaan sastra lama dan sastra baru
Sastra lama
Sastra baru
1. Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
Pengarang dikenal oleh masyarakat luas
2.Istanasentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)

Masyarakat sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan
3.Tema karangan bersifat fantastis,
 Karangan berbentuk tradisional

Tema karangan bersifat rasional
 bersifat modern / tidak tradisional
4.Proses perkembangannya statis

Proses perkembangan dinamis
5.Bahasa klise

Bahasanya tidak klise
6. Contohnya: fabel, sage, mantra, gurindam, pantun, syair, dan lain-lain
Contoh sastra baru : novel, biografi, cerpen, drama, soneta, dan lain sebagainya.















Bedasarkan data diatas dapat kita simpukan bahwa ada beberapa penyebab yang menyebabkan karya sastra lama kurang diminati dbandng karya sastra baru. Adapun beberapa faktornya adalah sebgai berkut :

1.      Faktor bahasa
Sastra lama, tentu saja sebelum ditransliterasikan, mengandung bahasa daerah atau Melayu yang sulit dipahami. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Yus Rusyana sebagai berikut. Terdapat masalah dalam hal pengenalan dan penghargaan terhadap karya-karya sastra tersebut. Karya-karya itu kurang diapresiasi oleh masyarakat, bahkan oleh masyarakat daerahnya. Karya-karya itu menggunakan bahasa lama, yang berasal dari masa lalu, sehingga menimbulkan kesulitan dalam memahaminya. Lebih-lebih, karena kebanyakan karya itu dalam bahasa daerah masing-masing dan belum banyak yang diterjemahkan dan diperkenalkan dengan bahasa Indonesia, maka orang yang berminat tidak memahami bahasa tersebut, mendapat kesulitan untuk membacanya. Karena itu, walaupun karya tersebut bermutu, tidak menjadi rujukan masyarakat sebagai tolok ukur bagi nilai-nilai yang dijunjung (Rusyana,1999:3)

2.    Faktor lain yang menghambat pengenalan sastra lama karena naskah sastra lama sulit ditemukan. Naskah itu hanya dimiliki oleh tempat-tempat tertentu, misalnya Museum Naskah Nasional, museum-museum lain yang bersifat pribadi atau museum yang terdapat di luar negeri. Karya yang sudah ditransliterasikan dalam bentuk buku pun terlalu padat tulisan dan tidak menarik. Tentu, kalah saing dengan buku-buku zaman sekarang yang didesain lebih menarik.

3.   Karya Sastra lebih terikat dengan sesuatu yang bersifat keisatanaan, jika dibandingkan dengan karya sastra baru yang lebih dominan mengulas masalah percintaan. Oleh sebab itu, karya sastra baru lebih banyak diminati dbanding karya sastra lama.





Oleh karena itu, adapun upaya untuk meningkatkan minta remaja terhadap karya sastra lama adalah sebagai berikut :
1.        Upaya pemberdayaan naskah-naskah lama milik bangsa menjadi bahan bacaan yang mudah dipahami anak-anak perlu dilakukan agar kecintaan anak-anak terhadap karya sastra lama bertambah. Naskah-naskah yang tertumpuk di perpustakaan tanpa tersentuh pembaca, sudah saatnya ditransformasikan menjadi bentuk baru tanpa meninggalkan khasanah nilai-nilai pada bentuk lamanya. Naskah-naskah itu dapat dijadikan sumber inspirasi pengembangan cerita modern.
2.        Upaya untuk mengbah tampilan karya sastra lama menjadi suatu karya yang lebih menarik, misanya membuat kumpulan buku mengenai karya sastra lama seingga lebih banyak untuk diminati.






















BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
            Karya tulis ini berisikan hal-hal yang menyangkut tentang kesustraan, khususnya kesusutraan lama. Oleh sebeb itu dapat kita simpulkan kesusastraan lama  memiliki perbedaan  dengan kesusastraan baru yang memiliki bentuk, jenis yang bermacam-macam. Para pujangga atau sastrawan  menggoreskan dan  menyumbangkan buah pena mereka terhadap karya sastra di negara kita, sehingga dapat kita perhatikan banyak karya-karya mereka di sekitar kita. Berdasarkan karya tulis ini kita mengetahui bahwa karya sastra lama memiliki unsur-unsur pendukung terciptanya suatu karya sastra dan dapat kita simpulkan bahwa kesusastraan lama memiliki ciri-ciri tersendiri, memilki unsur-unsur pendukung, bermacam-macma jenisnya seperti hikayat, pantun, gurindam, syair dan lain-lain.
3.2 SARAN
Berdasarkan karya tulis ini, penulis menyarankan agar kedepanya karya-karya sastra lama  kembali di perhatikan agar tidak tersaingi oleh karya sastra baru dan juga di harapkan kepada pembaca untuk terus mengapresiasikan karya-karya para pujangga yang terdahulu dan menghargai adanya karya itu dan tidak melupakan kesusutraan lama sebagai karya para sastrawan yang terdahulu mengembangkan dan melestarikan serta membudayakan kembali karya sastra lama seperti gurindam, hikayat, pantun dan syair di tengah-tengah masyarakat.







Daftar Pustaka

  Arifin, Zaenal.2003. Dasar-dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: PT Grasindo.

Kusmayadi, Ismail, dkk. 2008. Be Smart Bahasa Indonesia. Bandung: Grafindo media pratama.

OM, fadillah dan T. Said Hamzah, B.A. 2003. Pelajaran Tulisan arab melayu untuk SLTP Kelas 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Aditya.2010.perbedaan prosa lama dan prosa baru.(online)(http://4ditya92.wordpress.com/2010/02/27/perbedaan-prosa-lama-dan-prosa-baru/ diakses 11 Desember 2010)

Aditya.2010.Bentuk-bentuk prosa baru.(online)(http://4ditya92.wordpress.com/2010/02/25/bentuk-bentuk-prosa-baru/ diakes 11 Dsember 2010)

Endonesa.2008.(online) (http://endonesa.wordpress.com/2008/09/08/karya-sastra/ diakses 11 Desember 2010)





[1] Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad dilahirkan di Pulau Penyengat (sekarang masuk wilayah Kepulauan Riau, Indonesia) pada tahun 1808.