Sunday, June 22, 2014

Strategi, Balanced Scorecard, dan Analisis Profitabilitas Strategis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    latar Belakang
Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat.Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan teknologi yang ada.Adanya perkembangan teknologi ini telah mengakibatkan iklim persaingan bisnis semakin ketat. Hal ini akan mendorong kebutuhan akan suatu informasi menjadi suatu hal yang esensial, sehingga iklim persaingan bisnis yang ada berubah dari persaingan teknologi atau industrial competition menjadi persaingan informasi (information competition). Tidaklah mengherankan jika persaingan informasi ini menjadi suatu hal yang esensial karena dengan adanya informasi yang dihasilkan untuk setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan akan diperoleh data dan gambaran aktivitas yang telah dilakukan sehingga berdasarkan informasi tersebut akan diambil suatu keputusan yang mempengaruhi kehidupan dan aktivitas perusahaan secara keseluruhan di masa yang akan datang. Suatu keputusan yang baik dapat diambil atas dasar informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.
Disamping pesatnya perkembangan teknologi dan informasi yang dimiliki oleh perusahaan masih banyak manajer-manajer perusahaan yang menjalankan usahanya dengan sistem manajemen yang seakan-akan berorientasi pada masa yang lalu (backward) dan belum berorientasi pada masa depan (forward). Sistem yang lebih menitikberatkan pada aspek keterukuran objek yang menimbulkan biaya ini tampak dari adanya pengambilan keputusan yang didasarkan pada informasi-informasi yang dibuat berdasarkan laporan-laporan historis secara periodik.Sistem manajemen yang dilaksanakan oleh banyak perusahaan sekarang ini lebih memfokuskan pada kinerja keuangan yang diukur secara periodik dimana indikator-indikator yang terpenting adalah biaya-biaya yang dikeluarkan.
Konsep Balanced scorecard telah lama dikembangkan oleh Robert S.Kaplan dan David P.Norton (HBR, January,1992). Konsep Balanced scorecard ini dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finansial (atau dikenal dengan pengukuran kinerja tradisional) dan sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era competitiveness dan efektivitas organisasi.Konsep ini memperkenalkan suatu sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu.
1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam  penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.        Bagaimanakah konsep balanced scorecard?
2.        Bagaimanakah mengimplementasikan balanced scorecard?
1.3    Tujuan penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.        Untuk memahami konsep balances scorecard
2.        Untuk memahami penerapan balanced scorecard dalam sebuah perusahaan













BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Balanced scorecard
Balanced scorecard merupakan sistem manajemen strategis yang pertama kali dikemukakan oleh David P. Norton sebagai CEO Nolan Norton dan Robert S. Kaplan sebagaikonsultan akademis dalam sebuah proyek penelitian yang berlangsung dalam satu tahun yang melibatkan berbagai perusahaan. Setiap wakil dari perusahaan-perusahaan tersebut mengadakan pertemuan tiap dua bulan sekali pada tahun 1990 dalam upaya mengembangkan suatu model pengukuran kinerja perusahaan yang baru. Penelitian ini dimotivasi oleh suatu keyakinan bahwa berbagai pendekatan pengukuran kinerja perusahaan yang ada saat ini terutama yang didasarkan pada ukuran kinerja keuangan tidak membantu perusahaan untuk menciptakan nilai ekonomis masa depan.
2.1.1        Perkembangan Balanced scorecard
Menurut Mulyadi (2009: 4-8), pada tahap awal perkembangannya, Balanced scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif.Sebelum tahun 1990-an, eksekutif hanya diukur kinerja mereka dari perspektif keuangan. Sebagai akibatnya fokus perhatian hanya dicurahkan untuk mewujudkan kinerja keuangan, sehingga terdapat kecenderungan untuk mengabaikan kinerja nonkeuangan, seperti kepuasan customers, produktivitas, dan cost effectivitness process yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa, keberdayaan dan komitmen karyawan dalam menghasilkan produk dan jasa bagi kepuasan customers.
Hal ini disebabkan ukuran kinerja keuangan mengandalkan informasi yang dihasilkan dari sistem akuntansi berjangka pendek, maka pengukuran kinerja yang berfokus ke keuangan mengakibatkan eksekutif lebih memfokuskan perwujudan kinerjajangka pendek. Pada tahun 1990 Nolan Norton Insitute, bagian riset kantor akuntan publik KMPG di USA yang dipimpin oleh David P. Norton mensponsori studi tentang “Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Masa Depan”. Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutiftidak lagi memadai.
Strategi adalah suatu cara yang digunakan oleh oganisasi untuk menentukan bagaimana oganisasi tersebut menandingkan kapabilitas yang dimilikinya dengan peluang yang ada dipasar untuk mencapai tujuannya. Sebuah organisasi harus memahami secara mendalam industri yang digeluti. Analisis industry berfokus pada 5 kekuatan :
1.        Pesaing
Persaingan dapat muncul melalui pertimbangan harga, pengiriman yang tepat waktu da kualitas yang disediakan oleh pesaing. Perusahaan yang berkecimoung dalam industry dengan biaya tetap yang tinggi, sehingga mau tidak mau arus menggunakan kapabilitas penuh dan menurunkan harga jual. Pengurangan harga ini akan memacu pertumbuhan karena dalam perkembangan selanjutnya suatu produku yang dihasilkan dapat digunakan.
2.        Calon peserta baru dipasar
Jika sebuah perusahaan tetap mempertahankan marjin laba dan fasilitas manufaktur yang baru menggunakan sejumlah modal yang besar maka hal ini akan menarik perhatian calon peserta baru dipasar. Selain itu, hubungan yang erat dengan pelanggan dan pemasok harus terus dibina.
3.        Produk yang sama
Demi menghindari terdapatnya produk yang sama, maka perusahaan harus selalu memperbaiki desain dan proses agar dapat menghindari biaya produksi dan menurunkan harga.
4.        Kekuatan tawar-menawar pelanggan
Suatu perusahaan yang menjadi pelanggan perusahaan lainnya akan memiliki kekuatan tawar-menawar karena setiap pelanggan ini akan membeli dalam jumlah yang besar. Karena pelanggan menyadari situasi ini maka mereka akan alot unutk bernegosiasi dengan perusahaan penyedia unutk mempertahankan harga tetap rendah.
5.        Kekuatan tawar-menawar pemasok
Demi menghasilkan produk yang berkualitas dan bermutu maka sebu perusahaan akan membeli bahan yang bermutu tinggi serta mempekerjakan insinyur, teknisi dan tenaga kerja manufaktur yang terampil. Pemasok bahan dan karyawan memiliki beberapa kekuatan tawar-menawar untuk meminta harga upah yang lebih tinggi.
Dalam merespon semua tantangan diatas maka perusahaan mempunyai 2 strategi dasar :
1.        Diferensiasi Produk
Merupakan kemampuan organisasi untuk menawarkan produk atau jawa yang dianggap ole para pelanggannya sebagai produk yang unggul dan baik dibandingkan dengan produk dan jasa pesaingnya. Perusahaan melakukan diferensiasi produk melalui pengembangan produk secara inovatif serta mempromosikannya secara cermat dan melempar produk kepasar secara cepat.
2.        Cost leadership
Merupakan kemampuan organisasi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaingnya melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi, pengeliminasian pemborosan dan pengendalian biaya secara ketat.
2.2  Implementasi Strategi dan Balanced scorecard
Akuntan manajemen membuat laporan untuk membantu para manajer menelusuri kemajuan dalam mengimplementasikan starteginya. Sebagian besar organisasi akan memperkenalkan pendekatan balanced scorecard untuk memperoleh implementasi starteginya.
Dalam balanced scorecard membantu mentranslasikan misi dan strategi organisasi kedalam serangkaian ukuran kinerja yang memberikan kerangka kerja untuk mengimplementasikan starteginya. Balanced scorecard tidak hanya berfokus pada pencapaian tujuan keuangan, namun juga menyoroti tujuan non keuangan yang harus dicapai oleh organisasi untuk memenuhi tujuan keuangannya. Scorecard mengukur kinerja sebuah organisasi dari empat perspektif : yakni keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan. Strategi yang diterapkan akn memengaruhi ukuran-ukuran yang digunakannya untuk menelusuri kinerja dari keempat perspektif.
     Balanced scorecard akan menyeimbangkan penggunaan ukuran kinerja keuangan dan non keuangan ketika mengevaluasi kinerja jangka pendek dan jangka panjang dalam sebuah laporan. Balanced scorecard akan mengurangi penekanan para manajer pada kinerja keuangan jangka pendek, seperti laba kuartalan. Hal ini disebabkan karena indicator strategi non keuangan dan operasional kunci, seperti kualitas produk dan kepuasaan pelanggan mengukur perubahan yang dilakukan perusahaan dalam jangka panjang.
Empat  perspektif balance scorecard
Tolak ukur (benchmark) mengindikasikan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mememnuhi kebutuhan pelanggan, bersaing secara efektif dan mnecapai tujuan keuangan. Maka sebuah peruhaan menggunakan target balanced scrorecard untuk mendorong perusahaan ke tingkat kinerja yang lebih tinggi. Oleh karena itu, para manajer menetapkan target untuk mencapai tingkat kinerja yang jauh lebih baik dari pesaingnya.
a.         Perspektif keuangan
Perspektif ini akan mengevaluasi kemampuan profitibilitas strategi yang diterapkan. Karena pengurangan biaya relative terhadap biaya pesaing dan pertumbuhan penjualan yang merupakan kunci inisiatif strategi yang diterapkan, perspektif keuangan berfokus pada seberapa banyak laba operasi yang dihasilkan dari mengurangi biaya dan menjual lebih banyak produk yang telah dihasilkan. Perspektif keuangan mengukur kinerja perusahaan dari segi keuangan untuk menghitung profitabilitas keuangan. Karena variabel ini dalam rupiah, maka datanya berupa skala rasio. Indikator penggunaan perspektif keuangan adalah:
1) Return on Asset (ROA)
Merupakan perbandingan laba bersih terhadap rata-rata total aktiva. Hal ini menunjukkan seberapa besar kemampuan aktiva yang dimiliki dalam menghasilkan laba.
2) Net Operating Income Growth (NOIG)
Merupakan perbandingan laba bersih dari beberapa tahun. Jumlah peningkatan laba bersih akan menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam penetapan strategi.
3) Profit Margin (PM)
Merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak terhadap pendapatan bersih dari penjualan bersih.
4) Current Ratio (CR)
Merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar.
5) Total Asset Turn Over (TATO)
Merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode.
6) Inventory Turn Over (ITO)
Merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam inventory turn over berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan kecenderungan over stock. Rasio ini juga menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun, sehingga semakin besar tingkat inventory turn overnya, maka semakin singkat barang tersimpan dalam gudang atau barang semakin cepat terjual, demikian sebaliknya.


7) Receivable Turn Over (RTO)
Merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu periode tertentu.
b.    Perspektif pelanggan
Perspektif ini mengindikasikan pelanggan dan segmen pasar yang ditargetkan serta ukuran keberhasilan perusahaan dalam segmen pasar tersebut. Untuk memantau pencapaian tujuannya, perusahaan dapat menggunakan ukuran seperti pangsa pasar dalam segmen jaringan komunikasi, jumlah pelanggan baru, dan peningkatan kepuasan pelanggan. Perspektif pelanggan menekankan pada bagaimana mengetahui kondisi pelanggan mereka dan
segmen pasar yang telah dipilih oleh perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor mereka. Karena variable dalam prosentase, maka datanya berupa skala rasio. Indikator pengukuran perspektif ini adalah:
1)        On Time Delivery (OTD)
Merupakan perbandingan ketepatan pengiriman barang dengan jumlah pesanan untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
2)        Number of Complaint (NOC)
Merupakan perbandingan frekuensi komplain (keluhan) pelanggan dengan jumlah pesanan yang diberikan.
3)    Customer of Acquisition (COA)
Merupakan perbandingan jumlah pelanggan baru dengan seluruh pelanggan yang ada pada saat itu.
4)    Sales Return (SR)
Merupakan perbandingan antara retur penjualan yang diterima perusahaan dengan pendapatan dari hasil penjualan.
c.         Perspektif proses bisnis internal
Perspektif ini berfokus pada operasi internal yang menciptakan nilai bagi pelanggan yang pada gilirannya akan memengaruhi perspektif keuangan akibat meningkatnya nilai pemegang saham. Ada beberapa sumber biaya pesaing yakni laporan keuangan yang dipublikasikan, harga yang berlaku, pelanggan, pemasok, mantan karyawan, pakar industry, dan analisis keuangan. Sebuah perusahaan juga dapat membongkar produk pesaing untuk dibandingkan dengan produk dan desain milik mereka sendiri. Aktivitas ini akan membantu mengestimasi biaya pesaing. Perspektif proses bisnis internal terdiri dari 3 subproses adalah sebagai berikut:
1.        Proses inovasi
Menciptakan produk, jasa dan proses yang akan memungkinkan kebutuhan pelanggan, maka sebuah perusahaan dapat menurunkan biaya dan mendongkrak pertumbuhan dengan memperbaiki teknologi proses manufakturnya.
2.        Proses operasi
Membuat dan mengirimkan produk dan jasa yang ada yang akan memenuhi kebutuhan pelanggan. inisiatif seperti ini untuk meningkatkan kualitas manufaktur, mengurangi biaya pengiriman kepada pelanggan, dan memenuhi tanggal pengiriman yang telah ditetapkan.
3.        Proses layanan purnajual
Menyediakan layanan dan dukungan bagi pelanggan setelah menjual sebuah produk dan jasa. Hal ini akan memantau seberapa cepat dan akurat perushaan merespon permintaan pelanggan. Perspektif proses bisnis internal merupakan suatu identifikasi proses yang dijalankan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang ada dalam perspektif pelanggan maupun perspektif keuangan, serta mendapat nilai tambah di mata konsumen. Karena variabel ini dalam prosentase, maka datanya berupa skala rasio. Adapun indikator pengukuran variabel perspektif proses bisnis internal adalah sebagai berikut:
1)        Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)
Merupakan proporsi waktu pengerjaan produk (processing time) terhadap total waktu produksi.
2)        Number of Defective Unit (NODU)
Merupakan perbandingan antara tingkat kerusakan produk dengan produksi keseluruhan.
d.        Perspektik pertumbuhan dan pembelajaran
Perspektif ini mengindikasikan kapabilitas perusahaan yang harus dilampaui utnuk mencapai proses internal yang lebih efektif dan unggul yang akan mneciptakan nilai bagi para pelanggan dan pemegang saham. Dalam perspektif ini terdapat 3 kapabilitas yakni kapabilitas karyawan yang diukur oleh persentase karyawan yang terlatih dalam bidang manajemen proses dan mutu, kapabilitas system informasi, yang diukur oleh persentase proses manufaktur dengan umpan balik real-time, dan motivasi, yang diukur oleh kepuasan karyawam serta persentase karyawan manufaktur dan penjualan (karyawan lini) yang diberdayakan untuk mnegelola proses tersebut. Perspektif ini menekankan pada bagaimana perusahaan dapat berinovasi dan terus bertumbuh dan
berkembang agar dapat bersaing di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Karena variabel ini dalam prosentase, maka datanya berupa skala rasio. Indikator pengukuran dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yaitu:
1)        Tingkat Absensi (TA)
Merupakan perbandingan hari kerja yang hilang dengan jumlah hari karyawan masuk kerja.
2)        Net Labour Turn Over (NLTO)
Merupakan tingkat perputaran karyawan, di mana terjadi penambahan karyawan karyawan masuk ataupun pengurangan karyawan keluar.

2.2.1 Mengimplementasikan Balanced scorecard
Demi menyukseskan impelentasi balanced scorecard maka diperlukan komitmen da kepemimpinan dari manajemen puncak. Sebuah perusahaan dapat membentuk tim yang menjalankan balanced scorecard yang melakukan wawancar dengan manajer senior, menanyai para eksekutif tentang pelanggan, pesaing, dan perkembangan teknologi serta meminta usulan mengenai tujuan balanced scorecard dari sudut pandang kempa perspektif yang ada. Tim kemudian akan mengadakan rapat utnuk membahas respons yang akan diberikan dan membuat daftar tujuan yang diprioritaskan.
Dalam sebuah pertemuan dengan semua manajer senior, tim akan berusaha mencapai consensus tentang tujuan scorecard dan menetapkan hubungan sebab-akibat diantara tujuan-tujuan yang dipilih. Manajer senior lalu dibagi menjadi empat kelompok dimana setiap kelompok bertanggungjawab atas satu perspektif. Selain itu, setiap kelompok juga memperluas dasar masukan dengan melibatkan perwakilan dari tingkat manajemen yang lebih rendah dan ,anajer fungsionla kunci. Kelompok-kelompok tersebut mengidentifikasi ukuran bagi setiap tujuan dan sumber informasi bagis etiap ukuran. Kelompok-kelompok kemudian bertemu utnuk matangkan tujuan, ukuran, target, dan inisiatif scorecard demi mencapai target yang telah ditetapkan.
Balance scorecard selanjutnya dikomunikasikan kepada semua karyaeawan dan akan digunakan oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi kinerja para manajer perusahaan. Namun seringkali scorecard hanya dilihat oleh kelompok manajer tertentu. Dengan terbatasnya exposure scorecard, sebuah perusahaan akan kehilangan kesemoatan untuk memperluas operasi dan penyelarasan perusahaan tersebut.

2.2.2 Menyelaraskan balanced scorecard dengan strategi
Strategi yang berbeda membutuhkan scorecard yang juga berbeda. Anggap sebuah perusahaan menerapkan strategi differensial produk untuk memproduksi produk-produknya, kemudian perusahaan ini mendesain balances scorecard sesuai dengan strategi yang diterapkannya. Menurut perspektif keuangan, perusahaan akan mengevaluasi seberapa besar laba operasiyang berasal dari pemberlakuan harga premium atas produknya. Berdasarkan perspektif pelanggan, perusahaan akan mengukur persentase pendapatan yang diperolehnya dari produk baru yang diminati pelanggan baru. Menurut perspektif proses bisnis internal, mengukur waktu yang diperlukan utnuk mengembangkanproduk baru. Sementara menurut perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, mengukur pengembangan kapabilitas manufakturyang lebih canggih untuk membuat produk khusus. Intinya dalam menyelaraskan balanced scorecard dengan strategi yang telah diterapkan perusahaan.
2.2.3 Fitur-fitur balanced scorecard yang baik
Balanced scorecard yang dirancang dengan baik memiliki beberapa fitur, sebagai berikut:
1.        Balanced scorecard menceritakan strategi perusahaan, mengartikulasikan urutan – hubungan sebab akibat – hubungan diantara berbagai perspektif yang menguraikan bagaimana startegi akan diimplementasikan.
2.        Balanced scorecard membantu mengomunikasikan strategi kepada semua anggota organisasi dengan mentranslasikan strategi itu kedalam serangkaian target operasional yang koheren serta terkait yang dapat dipahami dan diukur.
3.        Pada perusahaan komersial, balanced scorecard harus bias memotivasi para manajer untuk melakukan tindakan yang pada akhirnya akan menghasilkan perbaikan kinerja keuangan.
4.        Balanced scorecard membatasi jumlah ukuran, yaitu dengan hanya mengidentifikasikan ukuran-ukuran yang paling penting saja.
5.        Balanced scorecard menyoroti trade off yang kurang optimal yang mungkin dilakukan manajer apabila mereka tidak mempertimbangkan ukuran operasional dan keuangan secara bersamaan.


Hal-hal yang diperhatikan dalam mengimplementasikan balanced scorecard
Adapun hal-hal yang harus dihindari dalam mengimplementasikan balanced scorecard adalah sebagai berikut :
1.        Manajer tidak boleh mengasumsikan bahwa hubungan sebab-akibat yang ada sudah terjadi. Hubungan tersebut hanyalah sebuah hipotesis.
2.        Manajer tidak boleh meningkatkan kinerja semua ukuran dalam waktu yang bersamaan. Dalam kondisi ini mungkin perlu dibuat trade-off dengan mempertimbangkan berbagai tujuan strategis.
3.        Manajer tidak boleh hanya menggunakan ukuran-ukuran objektif yang ada dalam balanced scorecard. Apabila menggunakan ukuran objektif, manajer harus berhati-hati agar manfaat potensial dari informasi yang kaya tidak hilang karena menggunakan ukuran yang tidak akurat atau dapat dengan mudah dimanipulasi.
4.        Manajer tidak boleh lupa mempertimbangkan baik biaya maupun manfaat inisiatif yang berarti pengeluaran untuk teknologi informasi dan litbang sebelum memasukkan tujuan-tujuan tersebut kedalam balance scorecard.
5.        Manajer tidak boleh mengabaikan ukuran-ukuran non keuangan ketika mengevaluasi para manajer dan karyawan lainnya.
2.2.4 Mengevaluasi keberhasilan strategi dan implementasi
Untuk menyimpulkan bahwa perusahaan telah berhasil mengimplementasikan strateginya, maka perusahaan harus menunjukkan bahwa peningkatan kinerja keuangan dan laba operasinya selama ini berhasil dari tercapainya penghematan biaya dan pertumbuhan pasar yang ditargetkan.
Akuntan manajemen sebuah perusahaan akan memisahkan perubahan laba iperasi kedalam komponen-kompponen yang dapat diidentifikasi dengan differensiasi produk, cost leadership dan pertumbuhan. Mengapa pertumbuhan? Karena keberhasilan cost leadership dan differensiasi produk umumnya akan meningkatkan pangsa pasar dan membantu pertumbuhan suatu perusahaan. Akan tetapi satu-satunya perbedaan adalah bahwa akuntan manajemen membandingkan kinerja operasi actual selama dua periode yang berbeda, bahkan jumlah actual dengan yang dianggarkan pada periode waktu yang sama seperti analisis varians.

Analisis strategi atas laba operasi
Strategi dibawah ini akan menjelaskan bagaimana memisahkan perubahan laba operasi dari satu period eke periode berikutnya dimasa depan. Masing-maisng komponen akan menjelaskan kinerja perusahaan yang terkait dengan cost leadership , differensiasi produk dan pertumbuhan. Asumsikan sebuah perusahaan bernama Dreai menggunakaan data-data tahun 2013 dan 20014 karena Dreai mengimplementasikan unsure-unsur kunci dari strateginya pada akhir tahun 2013 dan mengahrapkan konsekuensi keuangan dari strategi-strategi tersebut yang dirasakan pada tahun 2014.
No
Item
Tahun 2013
Tahun 2014
1
Unit yang diproduksi dan dijual
1.000.000
1.150.000
2
Harga jual
$ 27
$ 25
3
Bahan langsung (cm2 silicon wafer)
3.000.000
2.900.000
4
Biaya bahan langsung per cm2
$ 1,4
$ 1,5
5
Kapasitas pemprosesan manufaktur (dalam cm2 silicon wafer)
3.750.000
3.500.000
6
Biaya konversi (semua biaya manufaktur selain biaya bahan langsung)
$ 16.050.000
$ 15.225.000
7
Biaya konversi per unit kapasitas
$ 4,28
$ 4,35
8
Karyawan litbang
40
39
9
Biaya litbang
$ 4.000.000
$ 3.900.000
10
Biaya litbang per karyawan
$ 100.000
$ 100.000

Laba operasi dari masing-masing tahun adalah sebagai berikut :
item
2013
2014
Pendapatan
          27.000.000
          28.750.000
Biaya-biaya


  Biaya bahan langsung
4.200.000
4.350.000
  Biaya konversi
16.050.000
15.225.000
  Biaya litbang
4.000.000
3.900.000
Total biaya
          24.250.000
          23.475.000
Laba operasi
          2.750.000
          5.275.000
Perubahan laba operasi
2.525.000

Tujuan manajer perusahaan adalah mengevaluasi seberapa besar dari kenaikan laba operasi sebesar 2.525.000 itu yang disebabkan oleh keberhasilan implementasi strategi cost leadership. Untuk melakukan hal ini maka akuntan manajemen menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya :
a.    Komponen pertumbuhan dari perubahan laba operasi
1.      Pengaruh pertumbuhan terhadap pendapatan
Pengaruh pertumbuhan terhadap pendapatan =
=
= $ 4.050.000 F (menguntungkan)
2.      Pengaruh pertumbuhan terhadap biaya
Pengaruh pertumbuhan terhadap biaya variable =
=
=
= $ 630.000 U (tidak menguntungkan)
Pengaruh pertumbuhan terhadap biaya tetap  =


=
= $ 0 untuk biaya konversi
Selanjutnya untuk biaya litbang
= (40 – 40) x $ 100.000 per karyawan
= $ 0
Maka kenaikan laba bersih terkait dengan pertumbuhan sama dengan :
Pengaruh pertumbuhan terhadap pendapatan                         $  4.050.000 F
Pengaruh pertumbuhan terhadap biaya
            Biaya bahan langsung                         $ 630.000 U
            Biaya konversi                                                $ 0
            Biaya litbang                                       $ 0                   $   630.000 U
Perubahan laba operasi akibat pertumbuhan                           $ 3.420.000 F
b.      Komponen pemulihan harga harga dari perubahan laba operasi
1.      Pengaruh pemulihan harga terhadap pendapatan
Pengaruh pemulihan harga terhadap pendapatan =
2.2.5 Perampingan dan manajemen kapasitas
Tidak seperti biaya variable, biaya tetap tidak secara otomatis berubah sesuai tingkat perubahan aktivitas. Lalu bagaimana para manajer menurunkan biaya tetap berdasarkan kapasitas? Maka untuk mengatasi hal ini, para manajer akan mengukur dan mengelola kapasitas yang tidak terpakai. Kapasitas tidak terpakai adalah kapasitas produktif yang tersedia melebihi dan diatas kapasitas produktif yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan selama periode berjalan. Untuk memahami kapasitas tidak terpakai maka perlu memahami terlebih dahulu biaya rekayasa dan biaya diskresioner (discretionary cost).
Biaya rekasa adala biaya yang berasal dari hubungan sebab-akibat antara cost diskresioner-output-dan sumber daya (langsung atau tidak langsung) yang digunakan untuk membuat output tersebut. Pada contoh sebelumnya biaya bahan langsung merupakan biaya rekayasa langsung, sementara biaya konversi merupaka biaya rekayasa tidak langsung.
Biaya diskresioner adalah sebuah biaya yang memiliki 2 fitur penting, yakni biaya-biaya yang bersal dari keputusan periodic (biasanya tahunan) dan biaya-biaya yang tidak memiliki ubungan sebab-akibat yang dapat diukur antara output dan sumber daya yang digunakan. Seringkali terjadi waktu jeda antara ketikad sumber daya yang diperoleh dan ketika digunakan. Contohnya biaya periklanan, pelatian eksekutif, biaya departemen eksekutif.

















BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Lingkungan bisnis yang kompetitif dan kompleks menuntut kemampuan personel dalam melipatgandakan kinerja keuangan perusahaan. Usaha melipatgandakan kinerja keuangan perusahaan memerlukan sistem manajemen yang mampu memotivasi personel untuk menempuh langkah-langkah strategik. Balanced Scorecard digunakan dalam setiap tahap sistem manajemen strategik, mulai dari tahap perumusan strategi sampai dengan tahap pemantauan. kekomprehensifan rencana strategik yang dihasilkan dengan kerangka Balanced Scorecard dalam tahap perencanaan strategik akan menyebabkan kekomprehensifan pragram dan anggaran yang dihasilkan oleh perusahaan. Kekomprehensifan seluruh komponen total business plan ini menjanjikan melipatkgandakan kinerja keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Di samping itu, Balanced Scorecard juga mampu menjadikan koheren seluruh komponen total  Dusrhess plan. Kekoherenaran ini menjanjikan kecepatan respon perusahaan terhadap setiap perubahan lingkungan bisnis yang diperkirakan akan terjadi. Di samping ittr, kekoherenan juga dapat meningkatkan komitmen personel dalam mengimplementasikan rencana tersebut. Komitmen seluruh personel perusahaan ini menjanjikan kinerja keuangan perusahaan dalam jangka panjang yang lebih baik.
Kerja untuk mengimplementasikan starteginya. Balanced scorecard tidak hanya berfokus pada pencapaian tujuan keuangan, namun juga menyoroti tujuan non keuangan yang harus dicapai oleh organisasi untuk memenuhi tujuan keuangannya. Scorecard mengukur kinerja sebuah organisasi dari empat perspektif : yakni keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan. Strategi yang diterapkan akan memengaruhi ukuran-ukuran yang digunakannya untuk menelusuri kinerja dari keempat perspektif.

3.2    Saran
Strategi adalah suatu cara yang digunakan oleh oganisasi untuk menentukan bagaimana oganisasi tersebut menandingkan kapabilitas yang dimilikinya dengan peluang yang ada dipasar untuk mencapai tujuannya. Sebuah organisasi harus memahami secara mendalam industri yang digeluti.
Sebagian besar organisasi akan memperkenalkan pendekatan balanced scorecard untuk memperoleh implementasi starteginya. Dalam mengimplementasikan balanced scorecard ini, sebuah perusahaan tidak boleh hanya berfokus pada elemn keuangan, namun juga harus berfokus pada elemen-elemen lainnya seperti pelanggan, proses bisnis internal dan pertumbuhan dan perkembangan. Elemen-elemen non keuangan sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Jika perusahaan hanya berfokus pada keuangan tanpa memperhatikan aspek lainnya-pelanggan-maka dapat dipastikan perusahaan tersbut tidak berkembang, atau mengalami kemunduran. Hal ini dikarenakan kebutuhan pelanggan sangat ini merupakan hal utam yang harus diperhatikan, sehingga asperk-aspek lainnya akan sejalan dengan aspek pelanggan ini.





1 comment: