Wednesday, October 14, 2020

Merid Journey : Pregnancy's Life

Sungguh karunia Allah tiada henti. Aku tak pernah menyangka jika Allah titipkan secepat ini. Walau terkadang dalam hati memang berharap bisa merasakan momen ini segerakan mungkin. Namun, tak permah kusangka Allah hadiahkan jua pada masanya.


Kehidupan kehamilan yang kujalani hampir sama dengan kebanyakan wanita-wanita lainnya ketika mereka menjalani masa itu jua. Memang benar adanya jika hormon saat hamil bagai nano nano. Adakalanya ingin makan terus, adakalanya tidak mau makan, intinya dalam kehamilan yang kujalano hanya berkisar makan sahaja. Alhamdulillah.


Ketika memasuki usia 10 minggu, kuberanikan untuk cek kondisi janis dikarenakana beberapa minggu sebelumnya badan terasa sangat berat dan tak mengenakkan. Benar adanya. Terjadi sesuatu yang kurang baik pada janinku. Namun, beruntungnya sang dokter tetap menyemangati sembari usaha. Sebab kasus seperti ini pernah terjadi dan alhamdulillah keadaan janin membaik kembali.

Suami memutuskan untuk menyuruhku istirahat selama seminggu untuk memulihkan kondisi badanku. Hal yang kupikirkan adalah mungkin penyebab ini semua lantaran jarak rumah dan tempat kerja yang masyaAllah memakan waktu selama 45 menit. Sehingga kerapkan aku kelelahan denga kondisi hamil muda. Bahkan banyak jua yang menakutiku perihal situasi yang kuhadapi.


Seminggu berlalu dan kami kembali memeriksakan kondisi janin yang kukandung. MasyaAllah tabarakallah. Perkembangan yang sungguh baik. Dokter merasa optimis jika kondisi tubuh dijaga disertai rajin mengkonsumsi vitamin, insyaAllah janin akan semakin berkembang deng baik.


Sedari itu, demi janin ini kerapkali kuputuskan untuk libur kerja. Hanya saja, kepala instansi tempatku bekerja tidak mengetahui secara kondisiku. Memang, aku tak terbuka akan kondisi janinku dengan situsi pekerjaan yang ada. Hingga suatu hari, da surat panggilan karena absen seminggu yang pernah kulakukan. Yup, layaknya surat peringatan kala itu aku harus bersiap alan kondisi terburuk.

Pemikiran berkecamuk antara tetap kerja atau berhenti. Akhirnya setelah diskusi panjang lebar, kami putuskan untuk mengontrak dekat kampus tempatku bekerja. Keputusan yang sangat terburu-buru. MasyaAllah. Terima kasih suamiku telah mau disulitkan.

Hal yang ditakutkan terjadi, saat usia kandungan 5 bulan tetiba panggilan dari kampus menghampiri. Sudah bisa ditebak apa yang akan didengar olehku. Yup, pemutusan kontrak. Seiring sudah genap setahun aku bergelut dalam dunia perkampusan, akhirnya kampus tidak memperpanjang kontrakku. Alasannya karena kinerjaku beberapa bulan terakhir.


Sedih pasti kurasakan hanya saja emak menyemangatiku bahwa mungkin ini yang terbaik lantaran kondisiku kala itu. 


Well, sedari itu jualah aku menjadi ibu rumah tangga biasa. Hehhehe fase kehamilan 9 bulan dinikmati secara seksama. MasyaAllah tabarakallah...