Wednesday, August 24, 2016

Review Komik Lost 10 A Lover who lost ten years of his memory




Nah, bagaimana kisahnya yang telah saya buat menjadi cerpen tersebut? Mengharukan, bukan? Saya salut kepada Midori yang mampu menjalani kehidupan rumah tangga dengan seseorang yang tak mengenalinya dan tak mengakui sebagai istrinya. Sungguh mulia hati Midori. Saya sendiri serasa tak sanggup jika kelak hal ini terjadi pada saya dan kamu, iya kamu yang masih dirahasiakan Allah.

Seperti yang dijanjikan sebelumnya. Hari ini saya akan menceritakan salah satu komik favorit yang begitu memanah hati saya untuk tidak mengabaikannya. Komik terbitan M&C ini merupakan salah satu dari sekian komik M&C yang saya sukai. Sesungguhnya, bukanlah cover dan penggambaran yang membuat saya tertarik, melainkan isi ceritanya yang membuat saya tersentuh dan terharu. Maaf jika terkesan alay, namun itulah perasaan yang mampu terungkapkan ketika membaca. Bagi mereka yang tidak menyukai komik, kemungkinan komik ini tidaklah menarik. Namun, tak apa jika tak menyukainya. Semoga kisahnya mampu menginsipirasi kita semua, walau kabarnya cerita ini memang pernah terjadi pada salah satu pasangan di Jepang sana. Entahlah, saya pun tidak tahu mengenai kebenaran berita ini.

Dari segi penggambaran, sesungguhnya lumayan bagus bagi yang suka komik shoujo (Komik cewek). Jadi, selaku pembaca saya lumayan nyaman untuk membacanya. Apalagi covernya berwarna kesukaan saya, yakninya biru. Hal ini menambah nilai plus dari saya.

Dari segi cerita, benar-benar bagus dan nggak  bikin pusing pembaca. Ceritanya tidak terlalu berat, hingga bisa dinikmati para remaja, walau kisah yang diceritakan mengenai kehidupan rumah tangga. Ceritanya juga runtun dan tidak terlalu banyak alur bolak baliknya. Intinya, ceritanya mudah dimengerti karena bahasa yang digunakan sangat ringan.

Pesan yang dapat kita peroleh: (Catatan: Walau ini hanyalah fiksi, namun bukankah kita dapat memperoleh pembelajaran kehidupan dari sumber mana saja?) 

Pernikahan memang hal yang sangat diimpikan oleh semua orang. Apalagi jika akhirnya mereka bisa bersama dengan seseorang yang dicintai, maka makin lengkaplah kebahagian tersebut. Namun, kehidupan rumah tangga tak selalu manis, pastinya kita akan menghadapi masalah yang bisa saja malah mengganggu keseimbangan rumah tangga yang telah dibangun. Oleh sebab itu, kita harus mampu mengatasi serta meredam masalah yang ada. 

Ketika suami yang kita cintai malah tak mengingat kita, lantaran tak mampu menanggung beban yang dipikulnya, bagaimana perasaan kita ketika menghadapinya? Apakah kita akan lari dari kenyataan tersebut? Atau tetap mendampinginya hingga ingatannya kembali? Saya sendiri belum tentu mampu menghadapinya. Tapi, saya salut dengan Midori yang tetap menemani dan mendampingi suaminya walau sang suami tak mengingatnya lagi. Saya sendiri merasa yakin jika rasa cintanya kepada Midori pun ikut sirna. Entah kenapa saya mampu berpikir demikian. Jahat ya?

Masalah kepercayaan dan keyakinan semakin diuji dikala suami berjumpa kembali dengan mantannya. Bagi saya yang notabenenya agak pencemburu, harus benar-benar menguatkan hati ketika suami harus berjumpa kembali dengan cinta pertamanya. Jujur saja, saya benar-benar tak rela jika suami menjumpai mantannya, alasan sederhana dan terkesan kekanak-kanakan, saya takut jika dia kembali mencintainya. Apalagi, saat ini dia tak lagi mengingat istrinya sendiri. Apakah ini artinya saya tak mempercayai dan tak meyakini akan perasaan suami? Entahlah. Tapi, kita tak bisa mengekang suami dikala dia mendapati kasus seperti ini. Kita juga tak bisa menyalahkan keadaan yang tak lagi sama. 

Ada satu hal yang saya yakini, jika seseorang tersebut memang ditakdirkan Tuhan dengan kita, maka bagaimana pun keadaannya, perasaan dan dirinya akan kembali kepada kita apa pun yang terjadi. Tuhan lah yang mengatur semuanya sebaik mungkin. Jadi, tak perlu risau akan seseorang yang menjauh, sebab jika Tuhan menakdirkan kita akan bersamanya, maka Tuhan akan menggerakkan perasaannya, agar selalu tertuju kepada kita walau mungkin jarak dan waktu memisahkan.
Begitu juga dengan Kohei, rupanya dia kembali mencintai istrinya dengan cara dan waktu yang berbeda. Padahal, bisa saja dia kembali untuk mencintai cinta pertamanya ketika berjumpa lagi. Namun rupanya, terdapat sesuatu yang menarik dari istrinya hingga perasaannya pada sang istri tak pernah hilang walau ingatan akan masa lalu mereka tak berbekas lagi. Kohei membuktikan kepada kita semua bahwa cinta sejati akan selalu lahir walau keadaan tak lagi sama. Saya pernah membaca satu scene seperti ini

Walau kita hidup seribu tahun lagi dan keadaan tak lagi sama, tapi perasaan ini akan kembali mempertemukan kita untuk bersua dan bersama.”

Nah, kisah di atas lebih menyedihkan. Sebab, di masa lalu mereka terpaksa bersama di alam yang berbeda karena dunia tak mengizinkan mereka untuk bersama. Oleh karena itu, sesaat sebelum memutuskan mengakhir hidup, mereka berjanji akan bersua kembali kelak ketika dilahirkan kembali. 

Di bawah ini merupakan beberapa isi komik.



 

Monday, August 22, 2016

Kontribusiku untuk Indonesia



Di bawah ini merupakan contoh essay kontribusiku untuk Indonesia. Tulisannya masih jauh dari kata baik. Tapi, saya yakini bahwa kesempurnaan berasal dari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Jadi, tak ada salahnya belajar, salah, dan belajar lagi, ketimbang tidak mau mencobanya sama sekali.

.....

“Apa yang telah saya lakukan untuk Indonesia?”. Pernyataan ini sangat menghakimi diri saya selaku warga negara Indonesia. Kenapa tidak? Selama hidup dan menetap di bumi pertiwi ini, apa saja yang telah saya berikan untuk Indonesia? Bahkan saya sempat berpikir tidak ada. Sungguh pemikiran yang sempit. Secara tidak langsung, saya tidak menghargai setiap hal positif yang telah diberikan kepada orang lain. Dimana bagi mereka merupakan sesuatu yang bernilai.  Semoga kita membuang jauh-jauh pemikiran yang demikian. Mengapa? Sesungguhnya semua itu salah besar, Sebab tanpa saya sadari hal-hal kecil yang sering dipandang sepele sudah dapat dikatakan bahwa kita telah berkontribusi untuk Indonesia. Bentuk kontribusi kita kepada Indonesia tidak harus harus hal besar, tidak harus sempurna. Ketika ketika merasa bahwa apa yang kita berikan memberikan manfaat kepada orang lain, maka kita telah berkontribusi untuk negara tercinta.

            Saya pribadi, sebagai salah satu anak muda bangsa ingin mengambil bagian dalam memajukan negara ini. Saya ingin menjadi salah satu agent of change agar Indonesia menjadi lebih baik. Mulai dari keinginan untuk menjadi bagian dari perubahan sektor telekomunikasi, menjadi pelopor perubahan sektor politik, keinginan untuk menjadi kreatifator dan keinginan menjadi pendidik. Asalkan ada kesempatan untuk meraihnya, akan saya coba. Setidaknya saya bisa berguna bagi orang-orang di sekitar saya dan negara secara umum. Bukankah kesuksesan tersebut akan menghampiri setelah kita mengalami pasang surut kehidupan?

Salah satu cara untuk menjadi bagian agent of change adalah dengan berorganisasi. Organisasi telah mengajarkan saya berbagai hal. Organisasi menjadi wadah pendewasaan diri.  Melalui organisasi kita diharuskan untuk belajar, saling memahami, mengontrol diri, menyelesaikan masalah dan bahkan mengambil keputusan yang tepat diwaktu terdesak sekalipun. Di samping itu, organisasi juga wadah yang nantinya akan mengasah kemampuan kepemimpinan dan membangun inisiatif-inisitif untuk mengambil tindakan nyata dalam merespon permasalahan sosial dan pendidikan di tingkat lokal, provinsi dan sosial.

Semasa kuliah, saya  mengikuti beberapa organisasi yang berhubungan denggan bahasa inggris. Hal ini dikarenakan, disamping saya menyukai bidang ini, sayapun lebih tertarik untuk terjun ke bidang ini. Apalagi jika dalam organisasi tersebut saya bisa menjadi salah satu tim pengajar bahasa inggris untuk anak-anak. Pada saat itu, organisasi tersebut tidak terlalu aktif sehingga akhirnya terjadi kevakuman. Saya tidak hanya mengikuti organisasi dibidang bahasa inggris. Saya juga berkecimpung pada komunitas yang linier dengan program studi yang saya ambil, akuntansi. Komunitas yang saya ikuti adalah Komunitas Jago Akuntansi Indonesia (KJAI). Melaui komunitas ini, saya dan teman-teman mengadakan motivasi, sharing seputar akuntansi dengan siswa-siswa SMA/SMK. Selain itu, kami juga mengadakan konsultasi atau bimbingan bagi mahasiswa-mahasiswa yang akan menjalani seminar proposal. Tak adil rasanya jika komunitas hanya berfokus pada bidang formal saja. Maka dari itu, kamipun melakukan beberapa aksi sosial demi menjalin silaturrahmi dan meningkatkan kesadaran akan lingkungan sekitar kita. Selama bulan ramadhan kami melakukan kunjungan ke panti asuhan demi meningkatkan semangat belajar mereka sekaligus bersilaturrahmi. Tidak hanya itu saja, kami juga mendatangkan salah seorang motivator kampus untuk memberikan pencerahan dan motivasi-motivasi kepada adik-adik tersebut. selanjutnya, aksi sosial juga kami lakukan selama terjadinya bencana kabut asap di Riau, yakni “Aksi Langkah Masker”. Suatu aksi berupa membagi-bagikan masker kepengendara-pengendara dibeberapa titik di kota Pekanbaru. Bukankah, aksi sosial seperti ini juga merupakan salah satu kontribusi kita untuk Indonesia? bukankah semakin tinggi tingkat kepedulian akan lingkungan, sosial, pendidikan juga akan meningkatkan kesadaran kita bahwa masih banyak hal yang harus kita lakukan demi Indonesia ini?

Kepedulian akan lingkungan, sosial, dan pendidikan menjadi salah satu motivasi saya dan teman-teman untuk membuat rumah pintar dan kegiatan sosial selama menjalani proses Kuliah Kerja Nyata. Kami bersama-sama mengaplikasikan semua ilmu yang dimiliki untuk membantu adik-adik dalam memahami proses belajar. Kami membagi-bagikan brosur dan mendatangi sekolah untuk memberikan motivasi serta mengajak mereka agar lebih meningkatkan ketekunannya dalam menuntut ilmu. Tidak hanya sebatas mengajari bidang formal saja, kamipun mengajari mereka untuk mengaji dimalam harinya.

Kepedulian akan lingkungan, sosial, dan pendidikan menjadi salah satu motivasi saya dan teman-teman untuk ikut menjadi bagian dalam proyek kelas persiapan beasiswa Riau (KPB Riau). Suatu proyek sosial yang disediakan bagi para pemburu beasiswa. Dalam proyek ini, kami memberikan pelatihan dengan berbagai macam materi yang diberikan langsung oleh awardee dari berbagai beasiswa, seperti LPDP, AAS, USAID Prestasi, dan lain-lain. Proyek ini lahir karena melihat banyaknya pemuda-pemudi Riau yang belum berhasil mendapatkan beasiswa. Padahl jika diamati lebih teliti dan jeli, begitu banyak beasiswa yang telah ditawarkan baik oleh pemerintah Indonesia maupun pemerintah luar negeri. Sehingga, founder KPB Riau yang merupakan awardee LPDP menyimpulkan bahwa bukan ketidakmampuan dalam meraihnya yang menjadi alasan kegagalan tersebut. Namun keterbatasan informasi, pelatihan dalam meraih beasiswa, motivasi, serta hal lainnya. Oleh karena itu, terbentuklah komunitas ini demi meningkatkan jumlah awardee Riau dalam meraih beasiswa.

Pada saat ini, saya memang menyenangi bidang pendidikan, sosial dan lingkungan. Salah satu alternatif demi tercapainya tujuan tersebut, saya ikut bergabung disalah satu komunitas sahabat khanza yang fokus pada bidang pendidikan dan sosial. Komunitas ini memfokuskan kegiatan terhadap pendidikan anak-anak yang putus sekolah dan anak jalanan. Kegiatannya tidak jauh-jauh dari bidang mengajar dan kelas motivasi. Hal ini dikarenakan kepercayaan dari founder bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Namun, terkadang keterbatasan menghambat semua itu. Oleh sebab itu, berdirilah komunitas ini dengan tujuan mulia demi mercerdasakan dan memberikan kesempatan kepada mereka yang belum bisa menikmati bangku sekolah. Kegiatan ini bersifat sosial yang tak hanya fokus pada satu kelompok saja. Sehingga semua anak-anak mendapatkan hak yang sama untuk mengecap pendidikan.

Perjuangan demi mencerdaskan anak bangsa tidak hanya terhenti disini saja. Saya berharap kelak dapat menjadi bagian penggerak dibidang pendidikan. Oleh sebab itu, saya mempunyai mimpi untuk menjadi tenaga pendidik, yakni dosen, sehingga saya mampu untuk menyalurkan dan membagi berbagai ilmu kepada mahasiswa saya nantinya. Disamping itu, saya juga berniat untuk membentuk komunitas bersama orang-orang yang peduli akan pendidikan. Suatu komunitas yang lebih mengutamakan keikhlasan dan jiwa sosial yang tinggi akan lingkungannya. Suatu komunitas yang memprioritaskan belajar dengan alam melalui konsep study in fun.
           

Belajar memang sangat penting, namun mempelajari bagaimana kehidupan yang sebenarnya juga jauh lebih berarti. Mari liat sekeliling kita agar kita dapat memaknainya. Bukankah ada pepatah yang mengatakan Alam takambang jadi guru.



Sunday, August 21, 2016

Antara Baper dan Kode


Akhir-akhir ini kata baper memang lagi trend. Saya pun akhirnya ikut-ikutan merasakan fenomena ini. Sungguh menyedihkan ya. Kata mereka, baper adalah suatu perasaan yang agak berlebihan dalam menanggapi sesuatu yang seyogyanya terkadang bukan ditujukan kepada mereka. Singkatnya, baper adalah terbawa perasaan. Terkesan lucu memang. Tapi memang itulah kenyataan yang harus dihadapi.

Nah, sekarang bahas mengenai KODE. Biasanya, kode berhubungan dengan angka atau hal-lain yang bersifat rahasia atau privasi. Nah, dalam dunia kekinian, kode bukanlah demikian. Kode seperti sinyal yang hanya  penerima – yang entah penerima sebenarnya atau tidak- mengerti akan hal ini. Jadi, kode kekinian hanyalah berupa sinyal-sinyal kecil yang kadang malah membuat yang membaca ikut memecahkan kode tersebut. Terdengar anehkah? Ya, biarlah.

Percayalah, bahwa kau akan kujemput kelak untuk menemani hari-hariku.

“Ya ampun, si A tiba-tiba nulis ini distatusnya. Perasaan semalam kami memang bahas-bahas jodoh. Apakah dia mau menjemputku? Ya Allah, aku benar-benar tak percaya kalau dia yang akan menjadi suamiku kelak. Ya Allah, aku benar-benar senang jika dia yang menjemputku.

Baiklah, apakah teman-teman pernah mengalami hal di atas? Mengakulah sebelum semuanya terbongkar. Saya? Pernah. (Tersenyum manis dulu). Pastinya ada yang menyangka kalau saya pun pernah mengalami masa-masa seperti ini. (Tertawa dulu) Hihi

Saya memang pernah mengalami kejadian demikian dulu, bahkan sekarang pun masing sering mengalaminya. Aduh, betapa memalukannya diri ini.  Tapi, bagi saya semua yang telah dialami itu manusiawi. Artinya, setiap manusia (mungkin) pernah mengalaminya juga. Jadi, tidak ada yang perlu disalahkan, dimalukan atau ditertawakan.

Kembali ke topik. Menurut teman-teman, apakah si cewek tersebut sedang mengalami baper? Kita anggap saja demikian. Apakah si cewek merasa bahwa itu kode dari si cowok? Anggap saja dia menganggap hal tersebut sebagai kode. Nah, bagaimana dengan si cowok, apakah ia sedang mengkode si cewek? Belum tentu. Bisa saja, si dia hanya sedang iseng, tapi si cewek malah menanggapinya berlebihan.

Wahai kawan yang kusayangi. Menurut saya, baper dan kode beda tipis. Kadangkalah kita menganggap bahwa sesuatu yang disampaikan orang lain adalah kode. Padahal, pada kenyataannya kita lah yang terlalu berlebihan dalam menganggapinya alias baper. Sedih, bukan? Nah, siapakah yang harus disalahkan ketika hal ini terjadi? Si pengirim kode kah? Si penerima kah? Atau tak ada yang salah?

Menurut saya, tiada yang patut disalahkan. Saya pernah menemui seseorang yang rupanya memang bersikap baik kepada semua orang. Jujur saja, saya pun hampir menyalahartikan kebaikannya Hihi. Jika hal ini terjadi kepada teman-teman, sewajarnya sajalah dalam menanggapi hal demikian. Jangan terlalu memberi perasaan dikala menanggapi kebaikan yang diberikannya. Kita harus membedakan antara kode yang sebenarnya atau hanya baper semata (Ya, lebih baik sih tidak merasakan apapun, anggap saja seperti angin yang berhembus).

Begitu juga laki-laki, jika tak ingin menimbulkan kesalahpahaman, maka bersikap sewajarnya juga. Sebab, yang namanya hati “agak” sensitif akan setiap perbuatan yang kau lakukan kepada mereka (Wanita). Jangan pernah memberikan kode yang tidak jelas, karena kami bukanlah FBI yang mampu menerjemahkan kode tersebut. Walau mungkin terkadang kalian hanya bercanda, namun hati yang menerima siapa yang tahu. Iya, kalian takkan tahu bagaiman seseorang menanggapi hal demikian. 

Oleh sebab itu, marilah kita olah kembali hati ini agar tidak selalu baper dengan “keadaan” demikian. Namun, tentunya kita diharuskan baper ketika berhadapan dengan sekitar agar mampu merasakan yang mereka rasakan. Kemudian, marilah berhenti untuk memecahkan kode-kode aneh yang diberika kaum adam kepada kita. Sebab, mereka pun tak bermaksud menyampaikannya kepada kita. Bukankah kita membutuhkan kejelasan, bukan sesuatu yang blur seperti itu?

Jangan pernah menduga jika suatu hal tersebut merupakan kode keras untuk kita, bisa saja kitanya yang terlalu baper dalam menanggapi.”

“Wahai adam, janganlah memberikan kode yang tak jelas kepada kami, jika pada akhirnya hanya menimbulkan baper dihati para hawa, sementara kau belum mampu memberi kejelasan dan kepastian.”

Jarak adalah caraku mencintaimu



Setiap manusia serasanya pernah merasakan cinta. Seperti yang dulu saya sampaikan bahwa sekiranya Allah menitipkan rasa tersebut dalam keadaan suci. Sekarang, tergantung kita bagaimana “mengolah” perasaan tersebut. Pertanyaan selanjutnya, bagaimanakah cara menjaga cinta agar tetap suci? Sejujurnya, alangkah lebih baik jika si dia tidak mengetahui apa yang kita rasakan. Loh, kenapa demikian? Sebab, jika yang demikian terjadi maka setan ikut jua dalam setiap interaksi yang kita lakukan dengan si dia. Permasalahan selanjutnya, bagaimana jika kita mengetahui si dia memiliki perasaan yang sama dengan kita, dan kita tahu hal tersebut, namun sayangnya belum mampu menghalalkanmu? Hmm situasi yang sulit. Nah, bagaimana kelanjutnya ya?

Akan sangat sulit untuk menjalani pertemanan yang demikian. Sebab, menurut saya, hal demikian tidaklah pure lagi. Kenapa demikian? Ingat ya wahai kawan, jangan sampai pertemanan tersebut dibina dengan dalih ta’aruf. Wah, mau berapa lama ta’arufnya kalau si dia belum juga menjumpai wali kita. Lama-lama saya malah akan berlumut menunggumu.

Haruskah kita menjauhinya? Hal ini bisa kita lakukan jika mampu menjalaninya. Tahukah teman-teman jika kebersamaan saja bisa menghasilkan “sesuatu”, apalagi “sesuatu” tersebut telah diketahui satu sama lain, maka “sesuatu” tersebut akan tumbuh, berkembang dan subur. Kebanyakan “sesuatu” ya. Hihhi

Jarak terkadang menjadi wadah untuk menumbuhkan perasaan satu sama lain. Apakah kelak akan membawamu kekebahagiaan atau malah kekecewaan, semua tergantung seberapa dalam kamu dan dia menjaga jarak tersebut. Terkadang tak hanya jarak yang menjadi penyebab, komunikasi juga ikut andil dalam memainkan perasaan manusia. Oleh karena itu, jalan satu-satunya agar kita tetap menjaga perasaan ini tetap suci adalah merenggangkan jarak yang ada.

Jarak adalah caraku mencintaimu. Mungkin, ada yang beranggapan bahwa ini hanyalah cara klise. Tapi, tahukan kalian jika ini adalah cara efektif untuk menjaga perasaan kita? Menjauhinya bukan berarti membenci atau tidak menyukainya lagi. Bukan berarti pula jarak ini akan memutuskan silaturrahmi. Tetapi, jalinlah silaturrahmi sewajarnya saja. Inilah cara agar perasaan tersebut tetap utuh. Menjauh bukan berarti melupakannya, namun mengembalikan perasaan ini kepada sang pemilik rasa. Kita berdo’a agar DIA menjaganya dan menyuburkannya dengan cara unikNya. Apakah terdengar aneh? Tidak. Bukankah, dulu saya pernah menyatakan bahwa rindu saja harus kita kembalikan kepada Allah, apalagi perasaan yang lebih murni dari rindu.

Walau jauh, tapi begitu dekat di do’a. Kata manis tak perlu diumbar kepada seseorang yang belum mampu dihalalkan. Apalah arti kata-kata tersebut jika akhirnya hanya menimbulkan dosa? Hanya penyesalan dan kesedihanlah yang tersisa dikala kelak rupanya tak bersama. Jangan risaukan dikala kita tak mengetahui perasaan si dia. Cukup, umbar kata-kata manis dan rayuan mautmu kepada sang pemilik rasa tersebut. Percayalah, bahwa Allah akan mengetukkan pintu hatinya agar mampu menerima perasaanmu kelak dikala kau jemput. Sekarang, cukup sisipkan namanya disetiap do’a yang kau haturkan kepadaNya. Allah lah yang kelak mewakili untuk menyampaikan perasaanmu.

Marilah isi hari-hari kita dengan kegiatan positif, produktif, dan bermanfaat. Janganlah merisaukan sesuatu yang telah pasti dihadirkan Allah kepada waktu. Semua hanyalah masalah waktu, usaha, tawakkal, serta do’a kita kepadaNya. Percayalah, walau beratus-ratus kilo telah memisahkan kita dengannya, jika Allah berkehendak bahwa dia untuk kita, maka dengan mudahnya, Allah akan datangkan dia kepada kita. Oleh karena itu, mari sama-sama memantaskan diri, memperbaiki akhlak, menjaga hati, menuntut ilmu serta berbakti kepada ayah ibu.

Jatuh cinta lah sewajarnya. Bersabarlah dalam penantianmu. Isilah hari-harimu dengan kegiatan yang bisa membuatmu lupa betapa lelahnya penantian tersebut. Mata dan hati memang harus kau jaga, namun jarak pun harus juga kau jaga agar cintamu tetap suci.”