Sunday, August 6, 2017

Kesan Mengikuti 30DWC

Tentang Menulis

Perjuangan belum berakhir. Ini hanyalah langkah untuk melatih serta menantang diri sendiri apakah akan semakin terpacu untuk berkarya ke depannya. Tidak perlu hal besar. Cukup menjadikan hal ini sebagai kebiasaan positif. Alasan sibuk atau tidak punya waktu hanyalah dalih untuk menghindar.
30 hari sudah dilewati untuk menjalani tantangan menulis one day one post. Sulitkah? Jujur, awalnya terasa sulit dan berat. Makanya, saya pernah berhenti di tengah jalan ketika mengikuti tantangan sebelumnya. Alasannya karena sibuk ini itu. Halah, pandai berdalih. Padahal hanya malas. Hihih

Alhamdulillah, Allah memberi kesempatan kembali dengan hadirnya 30 Days Writing Challenge Jilid 7. Iseng-iseng untuk mencoba menekuninya kembali. Tapi, kali ini niatnya untuk mencoba konsisten serta amanah terhadap pilihan. Maka, dimulailah perjuangan memposting satu tulisan wajib selama 30 hari.

Di sela-sela berbagai kesibukan, Alhamdulillah Allah membantu saya sehingga semuanya bisa terlewati walau pernah telat setor disebabkan kehilangan signal internet. Jika dulu merasa susah mendapat ide sebagai bahan tulisan, Alhamdulillah saat ini Allah melancarkannya sehingga muncullah berbagai ide hingga menumpuk-numpuk dipikiran untuk disusun. Eits, tenang saja. Sudah tersusun kerangka berpikirnya kok. Jadi, insyaAllah tidak akan lupa.Hihi

Hal yang paling mendukung ketika menjalani tantangan ini ketika saya menyibukkan diri dengan berbagai hal. Sehingga begitu banyak kisah yang ingin dituangkan dalam tulisan. Loh, kira-kira bagaimana?

Begini, akhir-akhir saya aktif kembali untuk menulis diary. Dulu terasa sangat membosankan disebabkan tidak ada hal khusus yang harus diceritakan. Maka, saya siasati dengan mengikuti berbagai kegiatan hingga tanpa terasa sudah banyak kisah yang terukir di diary saya. Hehe Tapi, hal itu bukanlah alasan khusus. Ada beberapa pertimbangan lain hingga saya memilih untuk menyibukkan diri.

Kira-kira hal apa sih yang menarik ari 30 DWC?

Hal menarik dari 30 DWC adalah adanya kelas diskusi seputar dunia penulisan. Wiz, serasa udah pro aja ya bahasanya. Apapun permasalahan yang mengganjal, silakan utarakan agar diberi kejelasan seperti saya yang membutuhkan kejelasan darimu. Hihi Bukan bukan. Abaikan.

Selain kelas diskusi, ada juga forum pemberiaan feedback dari mentor mengenai tulisan kita. Walau ada beberapa kritikan yang bikin baper, jangan terbawa arusnya ya. Di sini semua orang saling belajar. Jadi, jangan minder. Tenang, saya juga amatiran kok. Tapi tebal muka aja sewaktu posting berbagai tulisan. Intinya menuangkan apapun yang kita pikirkan, rasakan, perhatikan atau dengarkan. Lengkap ya. Hihi

Selanjutnya. Teman. Spesialkah ini? Yup. Sangat. Jaringan kekeluargaan harus luas hingga ke pelosok wilayah manapun seperti kartu, oh oke, saya lupa. Mereka yang ikut 30 DWC berasal dari daerah, kalangan manapun. Bayangkan, kita berteman dengan orang se-Indonesia. Harus disyukuri dong. Siapa sangka jika kelak Allah rupanya mempertemukan kita dengan mereka. Who know?
….
“Menulis itu menyenangkan, tapi akan lebih menyenangkan jika kita mampu konsisten. Orang berbakat sekalipun jika tidak berlatih terus-menerus maka akan tumpul jua."

Jadi, kita bisa jadi professional dari sudut pandang kita jika berlatih terus. Setidaknya, kita telah melampuai standar yang telah ditetapkan. Hhehe. Keep Writing, guys!




Friday, August 4, 2017

Ketika Egois


Pernah egois? Hayoo...Ngaku. Saya pernah. Sering. Hihi

Keegoisan yang kita punya, keegoisan yang selalu kita pertahankan, seyogyang tiada berguna. Kadangkala, kita merasa benar, sehingga acapkali mengabaikan masukan-masukan lain, yang sesungguhnya semua itu baik bagi kita. Hei, mau dibawa kemana keegoisanmu? (hihi kayak lagu ya, bedanya kalau lagu mah yang dibawa "cinta")

Wahai saudariku kertahuilah bahwa bertahan dengan keegoisan yang demikian, apalagi terhadap orang tua kita, malah akan menambah dosa. Baiklah, saya baru saja mengalaminya. Namun, akhirnya Allah meredakan semuanya. Saya menyanggupi untuk menerima semuanya dengan ikhlas. Saya menyesal dan merasa bodoh telah digoda setan. Padahal saya tahu mengenai kebenarannya, namun setan malah membisikkan yang tidak-tidak.

Saya marah kepada diri sendiri. Untungnya Allah telah menenangkan hingga saya meminta maaf kepada emak aba atas keegoisan yang saya miliki. Nah, tahukah apa yang terjadi setelah itu? Rupanya, dibalik larangan yang diberikan orang tua, Allah malah memberikan rezeki yang terduga kepada saya. Alhamdulillah. Allah maha mengetahui mana yang terbaik untuk hamba-Nya.

Tapi, bagaimana jika seandainya ini perkara pasangan halal??? Apakah termasuk egois juga terhadap orang tua jika tetap bersikeras padahal mereka tidak menyukai pilihan kita? Baiklah. Ini hanya pandangan saya pribadi.

Pilihan orang tua adalah yang terbaik. Jika seandainya orang tua tidak menyetujui pilihan kita, maka coba renungkan baik-baik terlebih dahulu. Mungkin, ada sesuatu yang membuat orang tau kita tidak menyukainya. Sesuatu yang mereka yakini tidak akan membawa keberkahan terhadap anaknya kelak. Namun, jika kita merasa yakin bahwa tidak demikian disertai bukti bahwa dia benar-benar terbaik, maka insyaAllah kita tidak akan bersikap egois jika menjelaskan secara baik-baik kepada mereka. Tentunya disertai berharap dan berdoa kepada-Nya agar hati orang tua kita dilapangkan untuk menerima pilihan kita. So¸ mohon jangan egois dan keras kepala ya, terutama terhadap orang tua. J

#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#Day30

Thursday, August 3, 2017

Perkara Hikmah Dibalik Setiap Kisah

Dalam kehidupan ini begitu banyak kisah yang kita lalui. Kisah dengan orang-orang terdekat, orang yang yang baru dijumpai, orang-orang yang singgah seketika atau kisah dengannya. Setiap kisah yang dilalui selalu menyisakan hikmah yang berarti bagi seseorang. bagiku, dirinya, kamu dan kita semua. Tinggal dihayati dan petiklah untuk disimpan sebagai bahan renungan diri.

Sebuah kisah selalu memberikan pembelajaran dalam kehidupan. Apakah itu kisah yang menyenangkan, mengcewakan, menyedihkan atau bahkan menyengsarakan. Semuanya sudah diatur Tuhan. Inilah romansa kehidupan. Jangan pernah melihat dari sisi negatifnya. Jangan. Malah akan membuat kita semakin terpuruk, jikalau kisah tersebut menyedihkan. Lihatlah kisah tersebut dari sisi postitifnya. Bangunlah. Sadarlah. Perhatikan baik-baik. Resapi. Kau akan menemukan jawabannya dikala semua hal tersebut telah dilakukan.

Sebuah Kisah.

Terkadang Tuhan menyiapkan sebuah kisah pertemuan dengan seseorang. Tentunya rasa senang melingkupi hati. Namun, tiba-tiba dia pergi begitu saja meninggalkan luka. Sedih. Kesal. Benci. Marah. Tentu semua itu akan dirasakan. Lantas, apakah harus memarahi atau membenci pertemuan tersebut? Jangan. Kenapa? Tuhan menghadiahkan sebuah pertemuan agar kita mengambil dibalik pertemuan tersebut. Coba dihayati, pelajaran apa yang bisa kita ambil ketika yang tersisa hanya perpisahan. 


Kehidupan memang tidak selalu manis seperti madu, kehidupan itu "nano nano". Bukanlkah pelangi itu  indah karena bervariasi. Hidup juga demikian. Jadi, nikmatilah kehidupan ini, ambil hikmah dari setiap kejadian, selalu berpikir positif serta jadikanlah sebagai bahan intropeksi diri.

#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#29

Wednesday, August 2, 2017

Ketika Hati Memanas

Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk. Begitu pula dengan kelebihan yang dititipkan Allah kepada kita dibandingkan makhluk lainnya. Allah menghadirkan pikiran sebagai sarana untuk menilai mengenai berbagai hal yang dilakukan selama hidup di dunia. Lihatlah betapa sayangnya Dia kepada kita.

Namun, terkadang manusia malah tidak menfaatkan semua pemberian-Nya secara benar. Masih banyak yang tidak mengindahkan semua larangan-larangan dari-Nya. Betapa tidak tahu malu diri ini. Tentu saya tidak luput dari hal tersebut.

Dalam kehidupan yang disediakan Allah untuk kita, terkadang ada hal yang tidak sesuai dengan harapan kita. Lantas, apakah harus marah akan hal tersebut? Apakah harus mengutuknya? Jangan. Ingatlah, Allah sangat tidak menyukai perilaku yang demikian.

Saat perasaan negatif menghinggapi hati, maka tahukah siapa yang paling senang akan hal tersebut? Ayo, siapakah yang membisikkan sesuatu hingga membuat hati makin panas layaknya api yang makin membara? Tahukah kalian siapa yang paling berperan untuk memanas-manasi hati kita?

Dialah makhluk yang tercipta dari api hingga merasa harus selalu memanasi jiwa manusia dengan hal-hal negatif. Dialah makhluk yang tidak taat kepada Allah hingga Dia membuangnya dari surga. Oleh karena itu, dia berjanji akan membawa teman untuk menemani mereka.

Hal kecil yang menjadi sering wadah mereka adalah hati manusia.  Hati yang telah dihinggapi mereka harus segera disirami dengan sesuatu yang dingin dan sejuk agar kembali stabil. Begitu pula saat kita marah, segeralah memadamkan api kemarahan dengan air wudhumu. Sebab, hati yang sedang membara adakalanya tidak terkontrol layaknya si jago merah yang akan melalap berbagai hal yang mereka lewati.

Lantas, akankah kita membiarkan api tersebut merasuki diri? Jangan. Jangan sampai hal tersebut terjadi.
Lantas, apa yang harus dilakukan? Segeralah mohon ampun dan perlindungan dari-Nya. Segeralah menyiraminya dengan air suci agar api tersebut mereda.

Sudah sewajar jika manusia mempunyai rasa marah, namun jangan sampai api dari amarahmu malah merasukimu hingga kehilangan kendali.

#30DaysWritingChallenge
#30DWC

#Day28

Tuesday, August 1, 2017

Jangan Mengeluh, Ingat Mereka

Pernah merasa ingin menyerah? Mengeluh? Malas? Ingatlah setiap jalan yang dilalui mempunyai kisahnya sendiri dan Tuhan tak akan menyia-nyiakan setiap usahamu. Ketahuilah, itu semua merupakan suatu perjalanan yang harus kita lalui. Itulah yang namanya kehidupan. Apapun pilihanmu, maka cobalah bertanggung jawab untuk menuntaskan hingga akhir.

Selain itu, selalu ada seseorang yang mengharapkan akhir cerita ataupun kisah dari pencapaianmu. Ingatlah orang-orang yang selalu mendukung dan menyemangatimu, ingatlah do'a-do'a yang selalu mereka sampaikan kepada Tuhan, ingatlah selalu setiap keringat yang bercucuran demi impian yang telah kau tetapkan, ingatlah selalu perjuangan mereka yang tidak pernah merasa lelah, ingatlah selalu wajah gembira mereka ketika kau telah mencapai impianmu, ingatlah selalu bahwa mereka senantiasa mendengar keluh kesahmu ketika kau menghadapi masalah. Pernahkah mendengar ketika mereka mengalami kesusahan? Tidak. mereka menyembunyikannya. Mereka selalu ingin memberikan yang terbaik untuk kita. Tidakkah kita mau memberikan yang terbaik pula? Maka akankah kita menyerah? akankahkah kita mengeluh? Berikan berita gembira kepada mereka yang senantiasa menantikannya. Selalu semangat jalani hari-harimu wahai sahabat.

Siapa mereka tersebut? Merekalah orang-orang yang berharga bagimu. Orang-orang yang menyemangatimu tanpa kenal lelah dan pamrih. Bisa jadi keluarga, orang tua, sahabat, pacar atau yang lain. Apakah mereka mengharap balasan? Iya. Balasan sederhana berupa kesuksesanmu dalam menjalani kehidupan. 

Jika belum berhasil bagaimana? Berusahalah selalu tanpa membuat mereka khawatir. Berusahalah untuk tetap menenangkan hati mereka dengan kepribadian dan sikapmu. Terkesan memaksakah? Menurut saya tidak. Bagi saya yang menjadikan orang tua sebagai orang paling berharga dalam kehidupan ini, merasa bahwa mereka sama sekali tidak mengharapkan materi apapun dari kita. Mereka hanya butuh perhatian dan kasih sayang melalui sikap kita, maka percayalah hal itu merupakan imbalan yang lebih dari cukup. 

Oleh karena itu, janganlah perbanyak mengeluh ataupun malas dalam menjalani kehidupan ini. Tidakkah kita merasa malu kepada orang tua kita yang tidak pernah sekalipun berkeluh kesah dalam membesarkan kita hingga sekarang? 

#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#Day27