Hari itu telah menjadi awal mula kita lebih dekat. Aku tak pernah menyangka jika pertemuan singkat itu akan membuka gerbang baru. Ah sayang, gerbang terakhir masih belum kita lalui.
Aku tak pernah menyangka jika malam itu, dia memberanikan diri meminta nomor telfonku. Jujur, aku tak pernah berpikiran apapun.
Komunikasi yang terjalin sungguh sangat biasa. Hingga suatu hari kuberanikan diri maksud "kedatanganmu" dalam hidupku. Dengan gagah dia jawab "InsyaAllah saya ada niat baik".
Jawaban tak terduga. Kenapa demikian? Bukankah baru "SEKALI" pertemuan tanpa sengaja yang Allah takdirkan untuk kita? Tapi, kenapa dia begitu percaya diri mengungkapkannya. Apa yang membuatnya yakin? Entahlah. Hanya dia dan Allah yang tau. Mungkin.
Tibalah hari dimana dia ingin menemui keluargaku. Pencarian alamat rumahku begitu gampang bagi dirinya dengan bantuan mbah google. Maka hari itu tiba.
Sayang. Lagi. Orang tua tak memberikan izin bagi dirinya. Lantas apa yang menghambatnya? Bukan perkara dia. Hanya satu kalimat. "Tuntaskanlah dulu sekolahnya sebab menjalani rumah tangga itu berat."
Penolakan yang sama
Pertemuan itu belum terjadi sebab kalimat tersebut sudah kulayangkan kedirinya. Akankah dia terima? Iya. Dia sadar dan menerimanya dengan lapang dada.
Akhir kata, "Tiada menunggu di antara kita. Jika jodoh, maka akan Allah kasih jalan jua."
No comments:
Post a Comment