Baiklah, kali ini akan saya ceritakan proses bimbingan yang saya jalani bersama buk Ani.
______
Proses bimbingan berlangsung kurang lebih 1.5 bulan lamanya bersama beliau. Awalnya, saya menjumpai sang dosen saat beliau selesai menguji mahasiswa yang ujian proposal.
"Maaf buk, gimana ya saya bisa menjumpai ibuk untuk pertemuan selanjutnya?"
"Cek jadwal saya. Saya kurang suka dihubungi. Cukup liat jadwal ujian dan ngajar saja."
Saya pun menyanggupi keputusan sang ibuk. Pertemuan selanjutnya gagal maning dikarenakan beliau tidak datang sama sekali sesuai jadwal. Alhasil pulang tanpa apa-apa.
Pertemuan berikutnya, hampir sama. Lagi-lagi beliau tidak datang. Rasa khawatir mulai menghampiri mengingat waktu semakin sempit menuju pendaftaran ujian proposal.
Bersyukur, pertemuan ketiga sang ibuk bisa ditemui walay harus menunggu hampir 2 jam. Tak masalah karena penantian ini berarti.
"Kamu penelitiannya seperti apa? Silakan ceritakan. Nanti, kalau sudah oke, kita percepat saja agar kamu bisa segera seminar proposal."
Semangat mulai muncul saat itu. Sifat optimis juga demikian. Maka, saya pun semangat untuk menceritakan penelitian yang akan dilakukan. Nah, saat penutupan, tiba-tiba sang ibuk merasa ada yang jangan pada alat uji penelitian saya. Beliau ragu bahwa alat uji ini bisa digunakan.
Saat saya membaca kembali, benar rupanya. Alat uji ini kurang cocok dengan penelitian saya. Kesalahan ini terjadi lantaran saya kurang memahami proses metodologi penelitian secara utuh.
"Kamu gak bisa nih uji pake ini."
"Kalau seandainya saya gunakan alat uji yang sederhana, bagaimana buk?"
"Ooh gak bisa menggunakan yang kamu maksud."
Entah gimana, saya keukeh berargumen bahwa alat uji sederhana yang dimaksud mampu memecahkan persoalan penelitian saya.
"Tetap tidak bisa saya terima. Kamu harus tahu bahwa penelitian kamu ini sangat sederhana. Kalau bisa, pakai alat uji yang agak beda. Kamu itu s2. Bukan s1 lagi."
Agak terpukul dan terhenyuh mendengar pernyataan sang ibuk. Bahkan, beliau memastikan juga kepada dosen yang lain terkait penelitian saya.
"Oalah, ini yang kemarin mau bimbingan sama saya ya? Maaf ya, saya gak bisa karena penelitian kamu gak menarik."
Sedih banget mendengar pernyataan dosen tersebut. Iya. Beliaulah yang awalnya saya minati untuk dijadikan pembimbing.
Baiklah, segitu dulu... Nantikan gimana kelanjutan ceritanya ~~~
______
Proses bimbingan berlangsung kurang lebih 1.5 bulan lamanya bersama beliau. Awalnya, saya menjumpai sang dosen saat beliau selesai menguji mahasiswa yang ujian proposal.
"Maaf buk, gimana ya saya bisa menjumpai ibuk untuk pertemuan selanjutnya?"
"Cek jadwal saya. Saya kurang suka dihubungi. Cukup liat jadwal ujian dan ngajar saja."
Saya pun menyanggupi keputusan sang ibuk. Pertemuan selanjutnya gagal maning dikarenakan beliau tidak datang sama sekali sesuai jadwal. Alhasil pulang tanpa apa-apa.
Pertemuan berikutnya, hampir sama. Lagi-lagi beliau tidak datang. Rasa khawatir mulai menghampiri mengingat waktu semakin sempit menuju pendaftaran ujian proposal.
Bersyukur, pertemuan ketiga sang ibuk bisa ditemui walay harus menunggu hampir 2 jam. Tak masalah karena penantian ini berarti.
"Kamu penelitiannya seperti apa? Silakan ceritakan. Nanti, kalau sudah oke, kita percepat saja agar kamu bisa segera seminar proposal."
Semangat mulai muncul saat itu. Sifat optimis juga demikian. Maka, saya pun semangat untuk menceritakan penelitian yang akan dilakukan. Nah, saat penutupan, tiba-tiba sang ibuk merasa ada yang jangan pada alat uji penelitian saya. Beliau ragu bahwa alat uji ini bisa digunakan.
Saat saya membaca kembali, benar rupanya. Alat uji ini kurang cocok dengan penelitian saya. Kesalahan ini terjadi lantaran saya kurang memahami proses metodologi penelitian secara utuh.
"Kamu gak bisa nih uji pake ini."
"Kalau seandainya saya gunakan alat uji yang sederhana, bagaimana buk?"
"Ooh gak bisa menggunakan yang kamu maksud."
Entah gimana, saya keukeh berargumen bahwa alat uji sederhana yang dimaksud mampu memecahkan persoalan penelitian saya.
"Tetap tidak bisa saya terima. Kamu harus tahu bahwa penelitian kamu ini sangat sederhana. Kalau bisa, pakai alat uji yang agak beda. Kamu itu s2. Bukan s1 lagi."
Agak terpukul dan terhenyuh mendengar pernyataan sang ibuk. Bahkan, beliau memastikan juga kepada dosen yang lain terkait penelitian saya.
"Oalah, ini yang kemarin mau bimbingan sama saya ya? Maaf ya, saya gak bisa karena penelitian kamu gak menarik."
Sedih banget mendengar pernyataan dosen tersebut. Iya. Beliaulah yang awalnya saya minati untuk dijadikan pembimbing.
Baiklah, segitu dulu... Nantikan gimana kelanjutan ceritanya ~~~
No comments:
Post a Comment