Sunday, March 17, 2019

Pemberontakan Batin : Soal Rasa


Kebodohanku adalah mengagumi seseorang yang belum pantas kukagumi. Berlebihan mengaguminya hingga tanpa sadar rasa lain pun tumbuh. Perlahan tapi pasti telah merasuki relung hati terdalam. Usahaku untuk menepisnya pun sia-sia. Karena rasa itu menghujam terlalu dalam hingga berat untuk melepasnya. Aku tak ingin pasrah begitu sahaja, namun lagi-lagi semua berontak. Dilema menghantuiku.

“Dia ini baik, aku sudah tahu bagaimana dia bersikap, bagaimana dia memperlakukanku. Aku tahu semua itu. Ditambah lagi, dia sudah mengaji.”
“Namun, kau tahu bukan jika itu salah?”
“Sadarlah diri ini. Aku telah belajar akan semua itu. Namun harus bagaimana kubertindak?”
“Lepaskan atau kekecewaan yang akan diperoleh?”
“Mudah mengatakannya. Tapi begitu sulit untuk terlepas dari kungkungan perasaan ini. Butuh waktu untuk menetralisir perasaanku. Sulit rasanya jika memulai dengan yang baru jika hatiku telah terpantri kepadanya”
“Minta dia untuk menghalalkanmu.”
“Sudah kulakukan. Namun, ada yang belum bisa kami lewati.”

Pernah merasakan pemberotakan batin seperti itu?
Aku pernah.
Dulu, aku mengenal seseorang yang tampak baik. Bahkan dia memang berniat serius. Tentu aku menanggapi dengan baik iktikad baiknya. Namun, cara yang kami lakukan salah. Walau raga tiada pernah bersua, komunikasi via dunia maya tetap terjalin bahkan tak ubahnya dengan orang yang layaknya sedang kasmaran. Tenang, niat baik dia tetap ada. Hanya saja, Allah tidak ridho dengan cara ini. Hingga perjalanan menuju kesana sungguh sulit hingga akhirnya aku menerima kenyataan "Maaf, aku mengundurkan diri atas apa yang pernah kukatakan sebelumnya."

Dari situ aku belajar bahwa tidaklah boleh kita mengagumi seseorang secara berlebihan. Karena setan begitu bahagia dan senang saat hati kita terbuai akan kebahagiaan semu tersebut. Tanpa kita sadari, malaikat geleng-geleng kepala akan perlakuan kita yang demikian.
Apa guna kita mengaji jika iman kita tak bertambah?
Jangan siakan perjuangan langkah kaki kita untuk meraih ridho-Nya.
Jangan siakan niat kita untuk tetap istiqomah.
Jangan siakan semua ilmu yang telah diserap.

Tahukah? Perasaan itu semua merupakan ujian dari-Nya. Akankah berpaling hingga menjadi munafik atau mampu menghalau dan menjaganya.

Pilihan ada pada dirimu.
Mari, kita berjuang.

No comments:

Post a Comment