
“yeeee……………………besok pagi kita pulang” jeritku
dengan histeris.
“santai sajalah wi” sahut Lilik dengan
santainya”
“Huuuuh……jangan jaim lah Lik!” ejekku sambil
mencibir.
“aku tidak jaim kok!” balasnya sambil menjulur
lidahnya.
“sudah wi,
daripada perang mulut dengan Lilik lebih baik kembali ke asrama yuk!” ajak tria
sambil menyeret tanganku dan membawaku keluar dari ruangan X 1 (Fantastic
Class).
Saat itu,
hatiku sangatlah gembira bak mabuk kempayang. Mengapa tidak?! 1 Minggu sudah aku
di asrama, dan tibalah saatnya aku kembali bercengkrama dengan keluargaku.
Selain itu, kami akan mendapatkan libur selama dua minggu. Maklum saja, minggu
depan merupakan hari besar agama islam yakninya Idul Fitri. Hal itu sama sekali
tak terbayangkan. Betapa senagnya hatiku, bagai dikelilingi taman bunga.
Keesokan
harinya, aku menjalani rutinitasku seperti biasa, lari pagi, senam dan
mengikuti jam pelajaran efektif, tak ada yang berubah. Tapi semuanya kulakukan
dengan hatinya yang tak sabaran.
“Ai, santai
saja. Kamu pasti pulang!”
Suara Lilik
mengagetkanku. Aku sebenarnya juga merasa aneh dengan diriku sendiri. Mengapa
harus segelisah ini? Padahal sama sekali tak ada yang bisa kujumpai ataupun
lakukan ketika sampai dirumah.
“biar!” jawabku
ketus.
Teng-teng-teng……….
Bunyi bel jam
terakhir telah beraksi. Sesuai perkiraan teman-temanku, aku langsung
terburu-buru kembali keasrama dan mempersiapkan seluruh barang-barangku yang
harus dibawa pulang.
Selanjutnya
kaupun langsung bergegas kemeja tunggu. Sunggu aneh, ayahku tak kunjung datang,
sudah penat badanku menunggu yang tak pasti ini. Aku heran, apakah beliau akan
menjemputku ataupun tidak. Namun, keresahanku hanya berlangsung selang beberapa
menit saja. Orang yang kutunggu-tunggu telah berada dihapanku sekarang. Aku
mengambil surat keterangan dan sesegera mungkin menaiki sepeda motor.
Ketika sampai
di rumah, aku langsung membasahi tubuhku dengan air mandi, untuk melepas
kepenatanku ketikan menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Sesaat aku heran,
apa yang sebenarnya kutunggu-tunggu ketika berada dirumah. Tapi sekilas rasa
heran itu pergi entah kemana, Karena saat itu aku langsung membaringkan tubuhku
di spring bed yang sudah lama
kutinggali.
“Wi, nanti
malam pergi Takbiran?” suara ibu terdengar samar olehku.
“Hmm….” Jawabku
seadanya.
Aku baru
terjaga saat matahari telah kembali ke tempat pembiakannya. Aku benar-benar
terkejut, karena suasana malam itu sangat berbeda dengan malam-malam yang
sebelumnya. Aku sesegera mungkin berlari kedapur dan mandi sekilat mungkin.
“bu, malam ini
ada acara apa?” tanyaku dengan penuh heran usai mandi dan berpakaian.
“kamu lupa ya
Wi? Besokkan Idul Fitra. Jadi sekarang orang takbiran.”
Astagfirullah….aku
benar-benar lupa. Padahal sewaktu masih disekolah aku masih sibuk membicarakan hal
tersebut.
“mau ikut
takbiran?”
“mau”
Aku segera
mengganti pakaian dan ikut takbiran ke Teluk Kuantan, lebih tepatnya dekat
taman.
Ketika ditengah
perjalanan, aku merasa kalau ada yang bergetar dalam kantong celanaku. Dan
kulihat ada nomor yang tak kukenal tertera dalam layar hpku.
“Halo!!!! Ini siapa ya????”
“ini Indra Wi!!!!”
“OOOOO…ada apa In??”
“bagaimana kabarnya sekarang Wi?”
“Alhamdulillah baik. Indra sendiri???”
“baik juga”
“dariman dapat nomor hp Ai In?”.
“dari teman, oh ya, kita sudah lama tidak
berhubungan ya?”
“betul-betul”
“apa aktivitas yang Dewi lakukan sekarang???”
“Ai ikut takbiran In. Asyik sekali Loh”
“Ooooooo………………..Wi, Indra boleh memberikan
pengakuan???”
“mengenai apa In?”
“sebenarnya
sejak SMP Indra ada rasa sama Dewi, tapi Indra takut menyatakannya. Dewi
mengertikan? ”
Mendengar
pernyataanya, bagai disambar petir disiang bolong. Padahal waktu itu, aku berada
dalam keadaan bising, sesaat pikiranku kosong.
“Ai…..tak bisa menjawabnya sekarang. Lebih baik
kita PDKT saja dulu”
“baiklah, tapi Indra sangat mengharapkan
jawaban dari Dewi”
Indra Junaidi
adalah teman cowokku di SMP. Ia sedikit nakal dan jahil. Tapi kuakui aku punya
sedikit perasaan padanya. namun, itu hanyalah cerita cinta monyet sewaktu SMP,
karena sekarng diriku telah mempunyai seseorang yang mengisi hidupku. Tapi jiak
menghadapi situsi ini, maka aku benar-benar manusia munafik jika mengatakan
tidak menyukai ia. Karena aku masih mempunyai sedikit perasaan padanya. tidak
pernah kusangka ia mempunyai perasaan yang sama dengaku sewaktu SMP. Malam itu,
aku tidak tidur, karena memikirkan semua jawaban dari pemikiranku sendiri.
Sejak hari itu,
Indra seringkali mengirimkan sms kepadaku.
Suatu hari, Ia mengajakku ketemuan sehari sebelum keberangkatanku ke
asrama. Aku pribadi mau-mau saja karena, ajakan seperti itu biasa saja.
Seperti
dugaanku, ia telah menungguku dengan senyuman yang penuh harap. Aku heran
beribu ekspresi. Aku menduga-duga yang sangat bertentangan dengan naluriku.
Ternyata dugaanku tepat 100%. Ia menginginkan jawabannya pada saat itu juga. Aku
tidak sanggup menjawabnya. Karena sesuangguhnya aku mulai lebih menyukainya dibanding cowokku. Aku takut
akan perasaan seperti itu sekaligus gembira. Mengapa demikian? Cowokku sendiri
acuh tak acuh kepadaku, hanya dia yang memperhatikanku. Tapi aku takut memutuskan
cowokku, karena hubungan kami masih sangat baru
“Wi, bagaimana kabarnya?”
“baik In”
Sesungguhnya aku
sedikit malu-malu. Sumpah!!!! Sikap yang sungguh tidak biasa.
“kapan kembali keasrama?” tanyanya dengan santai.
“besok In” jawabku malu-malu.
“jadi……aku to
the point saja, bagaimana jawaban Dewi?”
Aku bingung,
harus menjawab bagaimana. Aku tidak mengerti dengan perasaanku.
“tunggu sebentar lagi ya In, Ai mau memastikan
sesuatu dulu”.
Kemudian aku
pulang, tapi sebelum itu aku memberitahukan jadwal kepulanganku pada Indra.
Karena pada saat itu, aku akan memberikan jawabannya. Selain itu, ia berjanji
akan menjadi orang pertama yang menghubungiku.
Satu minggu
sudah aku bersekolah, tibalah waktu dimana aku harus memberikan jawaban atas
perasaanku pada Indra. Sesungguhnya aku
belum bisa memberikan sesuatu yang pasti padanya. karena hingga saat itu, aku
belum mencondongkan perasaanku. Aku tahu sikapku ini sama saja memberikan
harapan atau peluang belaka pada Indra. Tapi aku benar-benar tak peduli pada
saat itu. Namun, ketik aku sampai
dirumah, namanya tak pernah muncul sekalipun dilayar hpku. Awalnya, aku merasa
biasa-biasa saja, Karena bagiku ia mungkin mempunyai aktivitas lain yang lebih
penting dari diriku. Namun, minggu berikutnya kejadian itu terulang kembali.
Kali-kali ini aku benar-benar benci. Karena bagiku ia melakukan perbuatan yang sangat aku benci. Ia
berbohong padaku. Aku sangat membenci kebohongan. Memang aku bukanlah manusia
yang tidak pernah berbohong, tapi aku tidak suka jika orang yang telah aku
percaya membohongiku.
Pada saat aku
Tanya, mengenai kebohongannya. Ia menjawab dengan mudah bahwa ia lupa hari
kepulanganku. Aku benar-benar kesal setengah mati. Saat itu, telepon langsung
saja kuputus telepon secara tiba-tiba.
Sejak saat itu,
aku mulai tidak mempedulikannya lagi. Karena saking kesalnya aku mampu bersikap
sedemikian rupa. Memang, semenjak aku telepon, ia tidak pernah lagi lupa kirim
sms padaku, tapi aku hanya menjawab seadanya saja. Ia berjanji tak kan
melupakanku lagi. Sesaat aku terpesona. Ahh…bodohnya aku.
Minggu
berikutnya lagi, ia tidak sekalipun mengirimku sms. Aku heran juga, padahal ia
berjanji padaku. Kemudian saat itu juga aku mendengar kabar, dari tetanggaku
sekaligus teman kelas Indra bahwa ia sedang PDKT dengan siswi dari tempatnya
sekolah, SMKN 1 Teluk Kuantan. Hatiku bagaikan disambar kilat. Aku tidak
mempercayai kabar burung itu. Sama sekali tak mempercayainya. Cepat-cepat
kubuka hpku dan mencari nama “INDRA”. Aku langsung menekan tombol “YES”.
Debaran jantungku semakin keras, keringat dinginku mulai bercucuran. Aku
menunggu sampai ia mengangakat teleponku.
“halo! Ada apa
Dewi?”
“In, kita
ketemuan yuk!”
“ada apa?”
“sekarang ya? Ai
tunggu ditaman jam 3 sore”
Pernyataanku ini
meninggalkan beribu tanda tanya pada
diri Indra.
Aku langsung
bergegas pergi ke taman, ternyata Indra lebih dulu datang ketimbang diriku.
“Maaf Ai telat
ya?”
“tak pa-apa”
Pembicaraan
seperti itu hanyalah perbincangan ringan sebelum memasuki perang dinginku.
Akupun memulai dengan bertubi-tubi pertanyaan. Aku mengotak-atik hpnya, semua
foto teman-teman yang ada dihpnya aku tanyai, termasuk mengenai gadis yang
mulai dekat dengannya, yang ternyata bernama “PUTRI”. Aku akui ia lebih cantik
dan manis daripada diriku. Ketika kutanya mengenai perasaannya pada Putri, ia
menjawab bahwa mereka hanya teman biasa.
Raut mukanya juga meyakinkan, jadi aku percaya saja. Tapi berbeda pada yang
satu ini, ketika kutanya mengenai perasaannya padaku, ia terlihat kikuk dan
salah tingkah. Ia sama sekali tak berani menatap wajahku. Ia hanya menunduk
bisu.
Ketika melihat
perilakunya, hatiku sakit, bagai disayat sembilu. Aku pun pulang dengan
berlinang air mata. Ia kutinggalkan dengan kekosongannya.
Aku langsung
mengambil kesimpulan bahwa ia telah melupakan aku dan mencampakkan aku.
Oooohhhh….. betapa bodohnya aku. Mengapa pada saat ia menembakku tidak saja
langsung kuterima, mengapa harus membuatnya menunggu. Toh pada akhirnya aku tak
mendapatkan kedua-duanya. Karena beberapa jam kemudian, cowokku menelepon dan
mengatakan hal yang membuatku semakin terpuruk. Ia ingin putus denganku. Aku
pun mengiyakannya.
Hari tu, aku
benar-benar terpuruk. Sejarah seperti itu tak pernah ingin kuingat-ingat lagi.
Sebelum
keberangkatanku, aku menerima telepon dari Indra bahwa ia minta maaf atas
perlakuannya selama ini. Ia juga mengatakan hal yangtak ingin kudengar, “aku
sudah pacaran dengan Putri Wi” ujarnya dengan tersipu-sipu. Aku hanya bisa
menjawab “iya”. Tapi, ada satu pesan yang kuselipkan pada perbincangan
terakhirku bahwa Indra orang yang telalau mudah melupakn orang lain dan terlalu
mudah mencintai orang lain. Aku benar-benar kecewa pada Indra.
Ketika hal itu
kuucapkan, ia hanya diam. Tak berkata sepatah pun. Aku maklu, karena kenyataanya
seperti itu.
Bagiku, sudah
cukup semua kejadian ini. Aku tak sanggup lagi menjalaninya. Jika aku ingin
membalikkan fakta ini, apalah dayaku? Tangan tak sampai. Nasi sudah jadi bubur.