Friday, March 10, 2017

Dikala Mereka Tidak tahu



Ada kalanya aku terdiam sejenak untuk kembali menyaksikan berbagai alur kehidupan yang telah kulalui. Semua kepingan-kepingan tersebut tampak tak beraturan. Ku perhatikan secara seksama satu kepingan kesedihan dari sekian banyak kisah sedih yang kualami. Aku mendekatinya. Aku perhatikan diriku yang begitu kecil dan lebih memilih untuk menjauhi fase tersebut. Jika mengingatnya kembali, aku merasa betapa bodohnya aku.

 …

Mungkin mereka tidak pernah menyadari bahwa kalimat yang terucap terkadang membuatku depresi. Pertanyaan yang mereka ajukan hanya bisa kujawab dengan senyuman, walau sebenarnya aku merasakan kesedihan yang begitu dalam. Mungkin mereka melakukan hal tersebut karena tulus HANYA ingin tahu. Iya. Kurasa demikian. Tapi, entah setan apa yang merasuki, hati dan pikiran tak pernah sejalan dengan hal tersebut.

Aku sadar jika mereka tak berniat untuk untuk menyakiti atau malah membuatku depresi. Namun, lagi-lagi setan ikut serta disaat aku tertekan atau depresi. Aku benar-benar kesal tapi aku tak mampu melawan perasaan tersebut. Hingga akhirnya aku memilih menjauh ketimbang menerima pertanyaan yang demikian. Aku yakin nantinya hanya akan membuatku sedih. Maaf saudariku, aku begitu memikirkannya hingga akhirnya bersikap demikian.

Aku benar-benar tak sanggup menerimanya. Aku belum sekuat senyuman yang kuberikan kepada kalian. Mungkin mereka takkan pernah tahu hingga akhirnya semua hilang begitu saja. Salahkah aku berbuat demikian? Mungkin. Tapi aku belum siap. Hatiku belum mampu menampung semua perasaan gundah ini.

“inilah cara Allah mengujiku”. Kalimat inilah yang kerapkali kutanamkan agar Allah selalu menguatkanku. Kulakukan agar mampu menampung kesedihan ini. Namun, seringkali lagi-lagi pertanyaan  mereka membuatku memikirkannya kembali, sehingga semua ini seolah-olah tiada akhir. Padahal mereka tidak pernah tahu berapa lama telah kutanamkan keyakinan demikian di dalam hati ini. Mereka tidak tahu berapa banyak kesabaran yang telah coba kupupuk. Mereka takkan tahu dan takkan peduli hal itu.

Tetapi, terkadang aku merasa bahwa mungkin sebenarnya mereka tidaklah salah. Bukan mungkin. Tapi memang tidak salah. Sebab aku pun tiada pernah berujar dan mengungkapkan apa yang kurasa. Kupendam sedemikian rupa, agar apa? Entahlah. Aku belum menemukan jawaban yang pas. Tampaknya rasa malu masih begitu besar hingga mulut pun enggan untuk bergerak. Padahal aku rasa mereka akan mendukung dan meyakiniku bahwa semua akan berlalu jika aku tetap tabah dan sabar menghadapinya.

Apa yang harus kulakukan? Aku terlalu enggan untuk berbagi. Aku terlalu acuh terhadap teman-teman yang bisa saja bersedia menemaniku pastinya. Entahlah.

……

Semua telah berlalu. Takkan kulupakan. Akan selalu kujadikan kenangan berharga yang kelak akan kubagi kepadamu. Iya kamu yang kelak menemaniku. Untuk saat ini, biarlah menjadi ceritaku saja. Sesaat aku merasakan bayangan masa lalu yang kembali manarikku. Tapi aku harus bergerak. Agar aku merasakan kisah lainnya.

No comments:

Post a Comment