Friday, March 10, 2017

Keep Moving Forward



Setelah sekian lama beristirahat, akhirnya kembali lagi untuk menjalankan tekad yang pernah terucap. Entah kenapa, siklus kehidupan yang kujalani terlalu cepat bergerak mundur. Kerapkali kuperhatikan bahwa pola grafik yang tergambarkan begitu zigzag hingga malah mencapai titik terbawah. Aduh, betapa memalukannya diri ini. Tampaknya aku belum mampu mengendalikan “rasa malas” hingga mereka menarikku ke wilayah yang kusebut nyaman. Benarkah demikian? Sesaat dikala suatu cahaya menjemput, aku malah merasa bahwa itu bukanlah wilayah nyaman seperti yang kupikirkan. Itu hanya ilusi sesaat yang kelak akan membawaku menuju penyesalan. Namun, dikala cahaya tersebut tiada menghampiri, maka dengan sukarela aku akan tetap terpaku dan berdiam diri. Sungguh merugi, bukan? Tapi, pola yang demikian kerapkali menghampiri hingga aku sama sekali tak bisa menepisnya.

Sejujurnya, aku sungguh salut kepada orang-orang yang terus maju atas tekad yang telah mereka pegang. Mungkin, adakalanya mereka merasa jenuh, lelah, hingga berhenti pada suatu titik. Tapi, mereka bangkit kembali dikala telah mengisi bahan bakar yang diperlukan untuk melanjutkan perjalanan. Sekiranya, kekuatan apa yang mendorong mereka begitu gagah untuk terus maju? Mungkin, motivasi yang ada pada diri mereka begitu besar hingga mampu menggerakkan hati dan pikiran untuk selalu maju. Mungkin, cahaya petunjuk yang menghampiri mereka tak pernah padam oleh semangat yang lebih besar. Mungkin, bagi mereka kehidupan merupakan ladang karya dan ibadah yang harus terus dilukiskan. Mungkin, waktu merupakan cambuk terhebat untuk menguji kualitas diri. Entahlah. Aku rasa masih banyak kemungkinan lainnya.

Setiap manusia tentunya memiliki keinginan. Suatu harapan yang tentunya sangat ingin untuk diraih. Namun, apalah daya ketika semua tersebut hanya tinggal anggan-anggan karena kita tak bisa atau malah tidak mau berusaha untuk mewujudkannya. Aku pernah mendengar atau membaca (lupa), bahwa targetkanlah mimpi dan harapan sesuai kekuatan yang kau miliki. Sesat aku merasa aneh akan pernyataan tersebut. bagaimana kita mengetahui batas maksimal kekuatan yang kita miliki, jika tak pernah mencoba berbagai hal walau mungkin terdengar impossible bagi orang lain. Oleh karena itu, cara yang tepat untuk melihat seberapa besar kekuatan yang miliki, tentu saja dengan melakukan berbagai hal yang kita sukai?

Ada apa dengan hal yang disukai? Ketika kita melakukan eksperimen akan kekuatan kita, maka nantinya akan terjadi trial and error dikala melakukan percobaan. Jadi, jika kita bosan akan teori trial dan error tersebut, atau malah merasa putus asa, dengan sendirinya “rasa suka” akan mendorong kita untuk bangkit kembali. Pada dasarnya, jangan sampai kita dikendalikan aura-aura negatif yang demikian. Sebisa mungkin, kitalah yang jadi pengendalinya agar hambatan dapat kita kendalikan. Namun, tampaknya aku belum bisa menjadi pengendali, sebab tarikan negatif lebih erat mengenggamku. Hufft, aku malu menghadapi kenyataan yang seperti ini.

Suatu keinginan akan menjadi tekad yang sah jika sejalan dengan usaha. Apalah gunanya keinginan tanpa gerakan nyata? Sia-sia saja. Pada akhirnya, lagi-lagi kehidupan yang dijalan akan menjadi flat hingga malah mencapai titik terendah yang tidak peduli lagi akan lingkungan sekitar? Aku kira kalimat ini terlalu berlebihan hihi. Semoga saja hal ini tidak terjadi. Oleh karena itu, untuk diriku dan saudariku yang masih diberi kesempatan, mari sama-sama manfaat waktu yang telah disediakan Allah, agar kita mampu menjadi manusia yang bermanfaat, setidaknya untuk diri kita sendiri.

No comments:

Post a Comment