Setelah sekian lama beristirahat,
akhirnya kembali lagi untuk menjalankan tekad yang pernah terucap. Entah
kenapa, siklus kehidupan yang kujalani terlalu cepat bergerak mundur. Kerapkali
kuperhatikan bahwa pola grafik yang tergambarkan begitu zigzag hingga malah
mencapai titik terbawah. Aduh, betapa memalukannya diri ini. Tampaknya aku
belum mampu mengendalikan “rasa malas” hingga mereka menarikku ke wilayah yang
kusebut nyaman. Benarkah demikian? Sesaat dikala suatu cahaya menjemput, aku
malah merasa bahwa itu bukanlah wilayah nyaman seperti yang kupikirkan. Itu
hanya ilusi sesaat yang kelak akan membawaku menuju penyesalan. Namun, dikala
cahaya tersebut tiada menghampiri, maka dengan sukarela aku akan tetap terpaku
dan berdiam diri. Sungguh merugi, bukan? Tapi, pola yang demikian kerapkali
menghampiri hingga aku sama sekali tak bisa menepisnya.
Sejujurnya, aku sungguh salut kepada orang-orang yang terus maju atas tekad yang telah mereka pegang. Mungkin,
adakalanya mereka merasa jenuh, lelah, hingga berhenti pada suatu titik. Tapi,
mereka bangkit kembali dikala telah mengisi bahan bakar yang diperlukan untuk
melanjutkan perjalanan. Sekiranya, kekuatan apa yang mendorong mereka begitu
gagah untuk terus maju? Mungkin, motivasi yang ada pada diri mereka begitu
besar hingga mampu menggerakkan hati dan pikiran untuk selalu maju. Mungkin,
cahaya petunjuk yang menghampiri mereka tak pernah padam oleh semangat yang
lebih besar. Mungkin, bagi mereka kehidupan merupakan ladang karya dan ibadah yang
harus terus dilukiskan. Mungkin, waktu merupakan cambuk terhebat untuk menguji
kualitas diri. Entahlah. Aku rasa masih banyak kemungkinan lainnya.
Setiap manusia tentunya memiliki
keinginan. Suatu harapan yang tentunya sangat ingin untuk diraih. Namun, apalah
daya ketika semua tersebut hanya tinggal anggan-anggan karena kita tak bisa
atau malah tidak mau berusaha untuk mewujudkannya. Aku pernah mendengar atau
membaca (lupa), bahwa targetkanlah mimpi dan harapan sesuai kekuatan yang kau
miliki. Sesat aku merasa aneh akan pernyataan tersebut. bagaimana kita
mengetahui batas maksimal kekuatan yang kita miliki, jika tak pernah mencoba
berbagai hal walau mungkin terdengar impossible bagi orang lain. Oleh
karena itu, cara yang tepat untuk melihat seberapa besar kekuatan yang miliki,
tentu saja dengan melakukan berbagai hal yang kita sukai?
Ada apa dengan hal yang disukai?
Ketika kita melakukan eksperimen akan kekuatan kita, maka nantinya akan terjadi
trial and error dikala melakukan percobaan. Jadi, jika kita bosan akan
teori trial dan error tersebut, atau malah merasa putus asa, dengan
sendirinya “rasa suka” akan mendorong kita untuk bangkit kembali. Pada
dasarnya, jangan sampai kita dikendalikan aura-aura negatif yang demikian.
Sebisa mungkin, kitalah yang jadi pengendalinya agar hambatan dapat kita
kendalikan. Namun, tampaknya aku belum bisa menjadi pengendali, sebab tarikan
negatif lebih erat mengenggamku. Hufft, aku malu menghadapi kenyataan yang
seperti ini.
Suatu keinginan akan menjadi
tekad yang sah jika sejalan dengan usaha. Apalah gunanya keinginan tanpa
gerakan nyata? Sia-sia saja. Pada akhirnya, lagi-lagi kehidupan yang dijalan
akan menjadi flat hingga malah mencapai titik terendah yang tidak peduli
lagi akan lingkungan sekitar? Aku kira kalimat ini terlalu berlebihan hihi. Semoga
saja hal ini tidak terjadi. Oleh karena itu, untuk diriku dan saudariku yang
masih diberi kesempatan, mari sama-sama manfaat waktu yang telah disediakan
Allah, agar kita mampu menjadi manusia yang bermanfaat, setidaknya untuk diri
kita sendiri.
No comments:
Post a Comment