Bisa karena terbiasa
Sekiranya kaliamt di atas
terpantri kuat didalam hati saya. Walaupun agak malu untuk mengakuinya, tapi
harus diakui jika kualitas tulisan saya mengalami penurunan. Walah, sejak kapan
kualitas tulisan saya mencapai level bagus? Hihi. Anggap saja saat ini saya
sedang menghibur diri sendiri atau menyemangati diri untuk terus menulis.
Saya masih ingat ketika
memulai-mencoba menulis (padahal sekarang masih sering pause untuk
menulis hihi). Selalu ada rasa was-was akan kritikan, malu, tidak percaya diri,
takut tak disukai, dan segala perasaan negatif lainnya. Akibatnya, saya selalu
menahan diri untuk memposting tulisan-tulisan yang tersimpan rapi didalam
laptop. Entah kenapa, saya lebih memilih untuk mendiamkan mereka ketimbang
menunjukkannya kepada orang lain. Mungkin, saya terlalu terbenam akan semua
prasangka buruk yang hadir dari berbagai penjuru. Hingga suatu hari, saya iseng
menanyai salah seorang teman? Yang begitu semangat untuk menulis. Hampir semua
tulisannya saya baca. (Lain kali saya akan bahas mengenai beliau, hihi)
Saat itu, entah keberanian
darimana saya pun mencoba untuk curhat atas kegalauan yang sedang dialami.
Bukannya mendapatkan jawaban yang bikin adem, saya malah diberi
pernyataan yang sedikit membuat down. Eits, tapi tenang saja, hal
tersebut berlangsung lama sebab saya melihatnya dari sisi positif, sehingga
pernyataan tersebut malah menjadi motivasi saya untuk mulai menulis-mengetik?
Hihi.
“Ya udah, nggak usah
menulis.”
Saya rasa
kalian bisa merasakan bagaimana perasaan saya saat itu ketika menerima jawaban
yang demikian. Benar-benar ngena pas dihati saya yang begitu lemah hihi.
Tapi, untung saja,” si mas” melanjutkan jawabannya dengan kalimat-kalimat yang
begitu membakar semangat saya untuk mencoba melakukan terobosan terbaru. Saya
masih ingat bagaimana malunya saya akan diri sendiri yang tak mampu
mengendalikan rasa malu, tidak percaya diri, takut dikritik dan kegalauan tak
berguna lainnya. Terima kasih atas “tamparannya” mas.
Wahai saudaraku,
mencoba dan berusaha itu penting untuk mengupgrade diri sendiri. Jika kita
terlalu nyaman dengan zona yang sudah didiami hingga tidak berusaha untuk
bergerak, maka akan akan kemungkinan kita tak bisa maju-maju. Kemajuan tersebut
hanya dapat dicapai jikalau kita telah melewati berbagai rintangan dan
hambatan, namun kita mampu bangkit dan memaknai hikmah dibalik semua rintangan
tersebut. Begitu pula dengan menulis, jika awalnya kita merasa begitu banyak
kekurangan dalam tulisan kita, tetap lanjutkan. Jangan berhenti pada titik
“salah dan kekurangan” tersebut. Tahukah kau bahwa sesuatu yang sempurna
dicapai karena berawal dari kesalahan-kesalahan yang lama kelamaan diperbaiki
hingga mencapai standar sempurana yang kita tetapkan. Mungkin, selama ini tak
kita sadari bahwa perbaikan yang dimaksud bisa dengan sendirinya terjadi tanpa
harus ditelaah secara mendalam akan kesalahan tersebut. Namun, jika kita
berhenti dikala tulisan kita mencapai level baik, maka percayalah bahwa ketika
kau memulainya lagi suatu saat, kualitas tulisan kita bukannya meningkat malah
“mungkin” menurun atau bahkan dimulai dari titik terbawah lagi (seperti yang
saya alami sekarang hihi). Oleh karena itu, teruslah tekuni hobi menulismu
hingga kau mencapai titik “puas” yang telah ditetapkan. Jika berhenti sesaat,
maka percayalah bahwa rasa malas pun akan bergelantungan begitu kuat kepada
dirimu.
No comments:
Post a Comment