Saturday, November 18, 2017

Cerpen : Cinta Tak Musti Bersama (Part II)

Beberapa minggu kemudian…

Aku masih seperti dulu, mencintai seseorang walau masih merasa sakit saat dia mengacuhkan kita. Sesungguhnya ak sanggup untuk menunggu. Hingga suatu hari ada seseorang yang menyukaiku. Tentu saja aku tidak cepat-cepat mengambil keputusan. Aku berpikir mungkin ada baiknya aku memulai cinta yang baru daripada menunggu seseorang untuk mencintai kita. Tapi tak habis piker bagiku, kenapa aku harus bersama teman dia, yakni Paji. Mungkin oada saat itu aku begitu bodohnya dan terlalu cepat mengambil keputusan, tapi aku sudah terlalu kecewa dan lelah.

Akupun menjalani kebersamaan dengan Paji. Rehan tahu kalau aku telah memiliki seseorang, tapi tidak tampak kalau dia sedih atau kecewa. Oo…tentu saja, dia kan tidak menyukaiku. Itulah yang kupikiran selama ini. Makanya aku bersikap biasa-biasa saja, seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara kami.

Hingga sampai 5 bulan kami menjalani kebersamaan ini. Aku tersadar atas suatu hal, bahwa setiap aku bersama Paji, entah kenapa ada lubang dalam hati ini. Aku tidak menceritakan bagian ini kepada sahabatku, Gea. Dia sempat kecewa dengan keputusan walau pada akhirnya dia merestui kami juga. 

Sesungguhnya aku telah mengunci perasaanku pada Rehan. Aku benra-benar tidak mau menyakiti pasanganku yang sekarang. Aku sadar mungkin suatu saat dia mengatahui fakta dibalik ini semua. Tetpai aku mencoba untuk memformat semuanya. Hingga akhirnya aku bisa melewatinya. 

Tetapi semua itu hanya mencapai batas maksimum 5 bulan. Pada titik ini aku sadar, kalau persaan yang kuberikan hanyalah perasaan palsu, sehingga aku menyakiti diri sendiri. Maka pada saat itu memutuskan untuk mulai menjaga jarak hingga akhirnya aku memilih untuk memutuskan.


Aku sempat depresi karena masalah yang kuhadapi. Dan Rehan sempat, ya mungkin bisa dikatakan khawatir meliat diriku yang tidak seperti biasanya. Dia memaksaku untuk menceritakan apa yang kualami. Aku sempat merasa terganggu dengan desakannya. Namun akhirnya aku luluh juga. Akupun menceritakan perasaanku yang sebenarnya kepada pasanganku sekarang, bagaimana jahatnya aku. Aku ceritakan semua. Tapi pada saat aku menceritakan semuanya, aku mendapatkan sebuah kenyataan yang begitu pahit, bahwa ternyata selama ini Rehan menyukaiku. Dia hanya tidak mau atau lebih tepatnya gengsi dengan perasaannya padaku. Aku sempat terkejut, tapi itu bukanlah alasan untuk memutuskan pasanganku yang sekarang. Karena keputusan telah ada bahkan sebelum dia mengatakan kenyataan itu. Bagiku tidak ada gunanya dia mengatakannya sekarang. Karena walau hati ini belum bisa melupakan, kekecewaanku terlalu berat untuk mengenang kesedihan dulu.

Bersambung...

No comments:

Post a Comment