Beberapa minggu kemudian…
Aku masih seperti dulu, mencintai
seseorang walau masih merasa sakit saat dia mengacuhkan kita. Sesungguhnya ak
sanggup untuk menunggu. Hingga suatu hari ada seseorang yang menyukaiku. Tentu
saja aku tidak cepat-cepat mengambil keputusan. Aku berpikir mungkin ada
baiknya aku memulai cinta yang baru daripada menunggu seseorang untuk mencintai
kita. Tapi tak habis piker bagiku, kenapa aku harus bersama teman dia, yakni
Paji. Mungkin oada saat itu aku begitu bodohnya dan terlalu cepat mengambil
keputusan, tapi aku sudah terlalu kecewa dan lelah.
Akupun menjalani kebersamaan dengan Paji.
Rehan tahu kalau aku telah memiliki seseorang, tapi tidak tampak kalau dia
sedih atau kecewa. Oo…tentu saja, dia kan tidak menyukaiku. Itulah yang
kupikiran selama ini. Makanya aku bersikap biasa-biasa saja, seolah-olah tidak
terjadi apa-apa diantara kami.
Hingga sampai 5 bulan kami menjalani
kebersamaan ini. Aku tersadar atas suatu hal, bahwa setiap aku bersama Paji,
entah kenapa ada lubang dalam hati ini. Aku tidak menceritakan bagian ini
kepada sahabatku, Gea. Dia sempat kecewa dengan keputusan walau pada akhirnya
dia merestui kami juga.
Sesungguhnya aku telah mengunci perasaanku
pada Rehan. Aku benra-benar tidak mau menyakiti pasanganku yang sekarang. Aku
sadar mungkin suatu saat dia mengatahui fakta dibalik ini semua. Tetpai aku
mencoba untuk memformat semuanya. Hingga akhirnya aku bisa melewatinya.
Tetapi semua itu hanya mencapai batas
maksimum 5 bulan. Pada titik ini aku sadar, kalau persaan yang kuberikan
hanyalah perasaan palsu, sehingga aku menyakiti diri sendiri. Maka pada saat
itu memutuskan untuk mulai menjaga jarak hingga akhirnya aku memilih untuk
memutuskan.
Aku sempat depresi karena masalah yang
kuhadapi. Dan Rehan sempat, ya mungkin bisa dikatakan khawatir meliat diriku
yang tidak seperti biasanya. Dia memaksaku untuk menceritakan apa yang kualami.
Aku sempat merasa terganggu dengan desakannya. Namun akhirnya aku luluh juga.
Akupun menceritakan perasaanku yang sebenarnya kepada pasanganku sekarang, bagaimana
jahatnya aku. Aku ceritakan semua. Tapi pada saat aku menceritakan semuanya,
aku mendapatkan sebuah kenyataan yang begitu pahit, bahwa ternyata selama ini
Rehan menyukaiku. Dia hanya tidak mau atau lebih tepatnya gengsi dengan
perasaannya padaku. Aku sempat terkejut, tapi itu bukanlah alasan untuk
memutuskan pasanganku yang sekarang. Karena keputusan telah ada bahkan sebelum
dia mengatakan kenyataan itu. Bagiku tidak ada gunanya dia mengatakannya
sekarang. Karena walau hati ini belum bisa melupakan, kekecewaanku terlalu
berat untuk mengenang kesedihan dulu.
Bersambung...
No comments:
Post a Comment