Sekarang kami menjalani kisah
masing-masing. Mungkin dalam ceritaku tidak ada yang bahagia, hanya
kesediahanlah yang tersisa. Mungkin dalam kehidupan cintaku banyak kebodohan
yang telah diperbuat. Aku menyadarinya setelah menjalani semuanya. Walau aku
telah menyadari cintaku pada Paji hanya sebuah pemaksaan atau buruknya cinta
palsu, Rehan yang ternyata menyukai, aku yang belum melupakan Rehan tapi
terlanjur kecewa, kami semua tidak bahagia. Aku dan Rehan lebih memilih untuk
tetap berteman. Karena kami tidak ingin menyakiti siapa-siapa lagi. Kalau
seandainya kami jodohpun, Allah pasti akan menyatukan kami nantinya.
...
“yosh…aku bisa!” hal itulah yang
kutanamkan hingga bisa bertahan sampai pada tahap ini. Sejuurnya pada saat ini,
aku merasakan kekosongan yang luar biasa. Atau malah lebih tepatnya semangat
hidup yang mulai memudar. Benar-benar tak dapat dipendam. Namun rasa ini begitu
sulit untuk menjauh. Kenapa? Kenapa aku harus mengalaminya? Jika aku mencari
jawabannya maka hanya kepedihanlah yang akan kuperoleh. Aku tak akan pernah
mampu untuk bergerak, tak akan pernah maju.
…
“Niki, kita belajar bersama ya?” sms itu
tiba-tiba membuyarkan lamunanku. Riko itulah nama sang pengirim sms tersebut.
Dia temannya Rehan.
“boleh, tapi kapan dan dimana?”
“kita dirumah Rehan saja, dikost-an Niki
kan tidak diperbolehkan cowok bertamu.”
Aku sempat terdiam sejenak, hatiku masih
belum sanggup. Tapi karena aku telah bertekad untuk melaluinya, maka aku yakin
aku bisa.
“baiklah, kita belajar malam minggu ya, Ko”
kata-kata itu mengakhiri sms kami.
Sesungguhnya aku cukup senang dengan
ajakan tersebut. Kenapa tidak? setelah sekian lama akhirnya aku akan berjumpa
lagi dengan Rehan. Hatiku bercampur aduk, senang, takut, gugup. Semuanya
kurasakan.
Malam minggu…
“maaf Ko, Niki punya masalah sama motornya.
Bagaimana ini? Riko bisa jemput Niki?
“baiklah, kasih tahu alamat rumahnya ya”
Sebenarnya aku ingin Rehan yang menjemput.
Namun karena Riko sudah duluan menelpon, jadis ecara reflex aku mengatakan
masalah pada motorku.
“Han, bisa ngantar Niki ketempat Gea?”
smsku untuk memastikannya.
“bukannya Rehan nggak mau, Ki. Hanya saja
Rehan barusan dari tempat Riko, jadi Rehan segan sama dia. Ntar dia merasa
tersinggung pula.”
Aku mengerti dengan kesetiakawanan Rehan.
“kalau gitu, anter pulang aja ya?”
setengah memaksa. Kenapa aku bersikeras meminta dia mengantar? Karena dia
pernah memarahiku soal antar-jemput dengan sembarang cowok. Dia takut terjadi
apa-apa denganku. Walau dia bukan siapa-siapa tapi tetap mengkhawatirkanku.
Begitulah akhirnya malam minggu kali ini
kulewati dengan belajar bersama Riko. Yaah, walau ada beberapa orang yang
menjadi pengganggu dan tukang ribut.
Dan yang mengantarku pulang pada malam itu
tentu saja seperti sebelumnya yang kupinta. Namun, saat itu Rehan pergi keluar
sama temannya, dan dia menyuruhku untuk menunggunya. Aku sempat kesal karena
terlalu malam untuk balik ke kostan. Tapi untungnya tak lama setelah itu Rehan
kembali dan akupun pulang kekostan juga pada malam itu.
Beberapa hari kemudian, hubungan dan Rehan
berjalan seperti biasa. Tidak ada yang special terjadi antara kami. Yaaa, kami
hanyalah sebatas teman.
Pada suatu hari, aku punya masalah yang
membuatku ingin mendiskusikannya dengan Rehan. Tanpa piker panjang akupun
langsung menuju ruma dia. Sesampainya disana, kebetulan dia mau pergi main
futsal, dan akupun diajaknya. Aku sempat diolok-olok sewaktu jumpa sama
teman-temannya. Tapi entah kenapa untuk kali ini aku sama sekali tidak merasakan
apapun.
Disana, aku hanya menjadi penonton sejati,
namun untung saja ada teman ngobrol. Jadi aku tidak merasa kesepian.
Sesungguhnya pada malam itu Rehan perhatian seperti biasa, namun lagi-lagi aku
tak merasakan apa-apa atas perhatiannya. Aku sendiri bingung.
Akhirnya pada malam itu, aku pulang begitu
saja tanpa sempat mengatakan apapun. sesampainya dirumah, aku mengirim pesan,
karena aku merasa ada ganjalan dihati ini jika tak diungkapkan.
Bersambung
No comments:
Post a Comment