Tahun 2015, kampus tercinta mengadakan program KKN (Kuliah Kerja Nyata) ke daerah-daerah yang ada di Riau. Ups, ini program reguler. Kalau mau join ke daerah luar daerah, bisa juga. Namun, bukan program yang ini ya. Btw, akupun baru tahu jenis program KKN itu lebih dari satu setelah KKN reguler usai. Haa kurang gaul amat dulu yak. Namun, semua ada hikmahnya.
~~~
Kelompok KKN kami terdiri dari 15 orang per grup. Delapan orang perempuan dan tujuh orang laki-laki. Nah, apesnya kami harus tinggal serumah seatap bersama. Yes, gabung rumah antara laki-laki dan perempuan. Lokasi KKN kebetulan masih daerah tempat tinggal saya yakni Lubuk Ramo, Kuantan Singingi. Daerah yang bisa dikatakan sudah berkembang.
Nah, program-program KKN kami dikembangkan sesuai background jurusan masing-masing. Oh ya, tiap grup terdiri dari 2-3 orang jurusan yang sama. Gak boleh lebih. Jikalau lebih, harus pindah lokasi KKN. Grup KKN saya diketuai oleh laki-laki yang berasal dari jurusan agroteknologi, pertanian yang bernama Muhammad Ikhsan. Bagaimana beliau bisa terpilih? Haha kabarnya beliau menang suit. Yup. suit. Sebab tak ada satupun laki-laki digrup yang mau menjabat kordes (Koordinator Desa).
~~~
Perjalanan program KKN kami berjalan semestinya. Walau begitu banyak kekurangan hingga dimarahi oleh buk kades, everything it was ok. Kapan-kapan akan saya ceritakan cuplikan kisah KKN. One day. Haha
~~~
Bercerita tentang teman KKN seyogyanya tidak terlalu banyak kisah spesial. Entah kisah cinlok, kisah cinta bertepuk sebelah walau udah usaha mati-matian atau kisah lainnya. Biasa aja sih. Pun saya pribadi tidak berharap akan melukiskan kisah jua dalam masa KKN.
~~~
"Apa-apaan ni san? Kalau kau tak butuh sekretaris, bilang aja. Capek-capek aku bikin skema, tak satupun kau libatkan aku. Memandai aja kau sendiri". Kata si Baiti sembari melempar buku program dalam keadaan emosi.
Ikhsan yang notabenenya selaku kordes hanya diam. Bukan tak mampu membalas, hanya segan untuk berkata ataupun menghindari konflik kesalahpahaman yang berkepanjangan. Saya yang menyaksikan kejadian tersebut sungguh kasihan sama Ikhsan. Seperti tak ada harga dirinya dibuat oleh Baiti. Akhirnya rapat usai dengan penuh emosi. Yaah walau berdamai jua, namun tampaknya Baiti sama sekali tidak puas dengan kinerja Ikhsan.
Saya? Jujur, saat itu entah apa yang merasuki, tetiba ingin bicara empat mata sama Ikhsan. Saya pribadi bingung kenapa hal tersebut dilakukan. Lantas apa yang saya perbuat? Memotivasi. Saya sadar bahwa tipe seperti Ikhsan pasti akan down jika diperlakukan demikian. Akhirnya, dengan sok nya saya motivasi dan berikan dorongan kepadanya agar kuat menjalani tugas selaku kordes.
Kejadian i
Kelompok KKN kami terdiri dari 15 orang per grup. Delapan orang perempuan dan tujuh orang laki-laki. Nah, apesnya kami harus tinggal serumah seatap bersama. Yes, gabung rumah antara laki-laki dan perempuan. Lokasi KKN kebetulan masih daerah tempat tinggal saya yakni Lubuk Ramo, Kuantan Singingi. Daerah yang bisa dikatakan sudah berkembang.
Nah, program-program KKN kami dikembangkan sesuai background jurusan masing-masing. Oh ya, tiap grup terdiri dari 2-3 orang jurusan yang sama. Gak boleh lebih. Jikalau lebih, harus pindah lokasi KKN. Grup KKN saya diketuai oleh laki-laki yang berasal dari jurusan agroteknologi, pertanian yang bernama Muhammad Ikhsan. Bagaimana beliau bisa terpilih? Haha kabarnya beliau menang suit. Yup. suit. Sebab tak ada satupun laki-laki digrup yang mau menjabat kordes (Koordinator Desa).
~~~
Perjalanan program KKN kami berjalan semestinya. Walau begitu banyak kekurangan hingga dimarahi oleh buk kades, everything it was ok. Kapan-kapan akan saya ceritakan cuplikan kisah KKN. One day. Haha
~~~
Bercerita tentang teman KKN seyogyanya tidak terlalu banyak kisah spesial. Entah kisah cinlok, kisah cinta bertepuk sebelah walau udah usaha mati-matian atau kisah lainnya. Biasa aja sih. Pun saya pribadi tidak berharap akan melukiskan kisah jua dalam masa KKN.
~~~
"Apa-apaan ni san? Kalau kau tak butuh sekretaris, bilang aja. Capek-capek aku bikin skema, tak satupun kau libatkan aku. Memandai aja kau sendiri". Kata si Baiti sembari melempar buku program dalam keadaan emosi.
Ikhsan yang notabenenya selaku kordes hanya diam. Bukan tak mampu membalas, hanya segan untuk berkata ataupun menghindari konflik kesalahpahaman yang berkepanjangan. Saya yang menyaksikan kejadian tersebut sungguh kasihan sama Ikhsan. Seperti tak ada harga dirinya dibuat oleh Baiti. Akhirnya rapat usai dengan penuh emosi. Yaah walau berdamai jua, namun tampaknya Baiti sama sekali tidak puas dengan kinerja Ikhsan.
Saya? Jujur, saat itu entah apa yang merasuki, tetiba ingin bicara empat mata sama Ikhsan. Saya pribadi bingung kenapa hal tersebut dilakukan. Lantas apa yang saya perbuat? Memotivasi. Saya sadar bahwa tipe seperti Ikhsan pasti akan down jika diperlakukan demikian. Akhirnya, dengan sok nya saya motivasi dan berikan dorongan kepadanya agar kuat menjalani tugas selaku kordes.
Kejadian i
No comments:
Post a Comment