Saturday, July 18, 2020

Rupanya jodohku teman KKN (Part II)0

Muhammad Ikhsan adalah laki-laki biasa yang sepantaran denganku. Bisa dikatakan dia sosok yang tiada emosi yang meluap. Semua datar-datar saja. Sosok yang mandiri, pekerja keras, taat beribadah dan suka menolong orang lain. Benar. Itulah kepribadian yang kutangkap dari dirinya. Mungkin itu pula yang membuatku tertarik kepadanya. Tapi, aku pun lupa, kapan tepatnya mulai tertarik kepadanya.


  • Meski demikian, awal pembicaraan empat mata tidak serta membuat kami menjadi lebih dekat. Kedekatan kami masih biasa-biasa saja. Bahkan aku sama sekali tidak berharap dia menaruh ketertarikan kepadaku. Serius. Bukan itu tujuanku memotivasi dia.


Namun, semenjak itu komunikasi kami menjadi lebih terbuka. Yup, no baper-baper yes. Jalani seperti air mengalir sahaja. Bahkan tak aral aku pun kerapkali membantu dia menyelesaikan tugasnya. Bukan berarti tiada yang mau bantu, eh memang gak ada yang bantu sih. So, (lagi) karena kasihan aku pun membantunya. Bahkan di penghujung KKN, kami kerapkali menyelesaikan program-program sisa berdua. Alasannya sederhana. Beliau kordes, aku hanyalah anggota biasa. Konflik sekretaris dan kordes belum jua reda. Finally, aku yang notabene (kata teman grup) cekatan dan tegas disarankan bantu dia. Dan benar sahaja, alhamdulillah beberapa progran yang kuhandle berjalan baik hanya dengan melibatkan 1-2 anggota intinya. Sisanya minta tenaga lain untuk membantu bagian perlengkapan. Yaa, dipenghujung KKN memang peranku lumayan besar mirip-mirip kordes bayangan. Hehehe

~~~

"Kita main yuk", kata si Baiti di atas mobil pick up yang biasa kami gunakan untuk transportasi.
"Main apa?"
"Do mi ka do mi ka do tu ha. Yang harus jujur gitu kalau ditanya."
"Boleh."
Akhirnya kami setuju memainkan permainn zaman baholak. Just for fun sembari menikmati angin sembiriwing senja selepas gotong royong membersihkan lokasi pacu jalur rayon di ibukota kecamatan.

Muhammad Ikhsan adalah laki-laki biasa yang sepantaran denganku. Bisa dikatakan dia sosok yang tiada emosi yang meluap. Semua datar-datar saja. Sosok yang mandiri, pekerja keras, taat beribadah dan suka menolong orang lain. Benar. Itulah kepribadian yang kutangkap dari dirinya. Mungkin itu pula yang membuatku tertarik kepadanya. Tapi, aku pun lupa, kapan tepatnya mulai tertarik kepadanya.



Meski demikian, awal pembicaraan empat mata tidak serta membuat kami menjadi lebih dekat. Kedekatan kami masih biasa-biasa saja. Bahkan aku sama sekali tidak berharap dia menaruh ketertarikan kepadaku. Serius. Bukan itu tujuanku memotivasi dia.



Namun, semenjak itu komunikasi kami menjadi lebih terbuka. Yup, no baper-baper yes. Jalani seperti air mengalir sahaja. Bahkan tak aral aku pun kerapkali membantu dia menyelesaikan tugasnya. Bukan berarti tiada yang mau bantu, eh memang gak ada yang bantu sih. So, (lagi) karena kasihan aku pun membantunya. Bahkan di penghujung KKN, kami kerapkali menyelesaikan program-program sisa berdua. Alasannya sederhana. Beliau kordes, aku hanyalah anggota biasa. Konflik sekretaris dan kordes belum jua reda. Finally, aku yang notabene (kata teman grup) cekatan dan tegas disarankan bantu dia. Dan benar sahaja, alhamdulillah beberapa progran yang kuhandle berjalan baik hanya dengan melibatkan 1-2 anggota intinya. Sisanya minta tenaga lain untuk membantu bagian perlengkapan. Yaa, dipenghujung KKN memang peranku lumayan besar mirip-mirip kordes bayangan. Hehehe



~~~



"Kita main yuk", kata si Baiti di atas mobil pick up yang biasa kami gunakan untuk transportasi.

"Main apa?"

"Do mi ka do mi ka do tu ha. Yang harus jujur gitu kalau ditanya."

"Boleh."

Akhirnya kami setuju memainkan permainn zaman baholak. Just for fun sembari menikmati angin sembiriwing senja selepas gotong royong membersihkan lokasi pacu jalur rayon di ibukota kecamatan.

Saatnya permainan dimulai, satu per satu kami kena jebakan "truth".

"Siapa orang yang bikin kamu tertarik di grup KKN kita?"

Waaaw, straight question.

Semua orang harus menjawab jujur hingga tibalah giliran Ikhsan. Dengan malu-malu dan jeda yang panjang, dia mengucapkan namaku. So pasti ejekan demi ejekan diteriakkan ke kami berdua. Sebab, saat perhentian truth tersebut berlabuh kepadaku, nama dia pun melontar dimulutku.



Sedari kejadian itu, kami berdua menjadi agak salah tingkah dan malu-malu. Rada segan juga muncul dikarenakan kekhawatiran diejekan teman-teman. Namun, entah kenapa hatiku saat itu senang banget sebab rupanya perasaanku berbalas. Hihihi



KKN usai dan kami pun menjalani rutinitas masing-masing. Ada yang menyelesaikan proposal, melanjutkan mata kuliah yang tersisa ataupun mengulang, menyelesaikan skripsinya dan hal lainnya. Lantas bagaimana dengan hubunganku dan Ikhsan?

No comments:

Post a Comment