Baiklah, sebelumnya kita telah
membahas “Haruskah Rindu?” yang ditujukan untuk orang tua kita. Selanjutnya,
saya mencoba untuk berdiskusi dengan tema yang sama yakni “Haruskah Rindu” part
II. Nah, “Haruskah Rindu” part II ini ditujukan untuk makhluk Allah lainnya,
seperti kawan sejenis, eeh bukan lawan jenis maksudnya. hehe
Saya yakin jika kita semua pernah memiliki rasa rindu kepada lawan jenis (Read: pasangan bagi yang memiliki, teman dekat bagi yang masih dalam wilayah ttm, atau malah rindu sepihak bagi yang berada dalam wilayah friendzone). Bagaimana perasaan rindu tersebut? Bagaimanakah teman-teman mengungkapkannya? Saya yakin, kita punya 1001 cara untuk mengekspresikan rasa rindu tersebut. Mulai dari sebatas mengirim pesan, menelfon, mengirim kata-kata rindu, hingg akhirnya terpaksa jumpa. Loh, kok terpaksa? Soalnya rasa rindunya sudah meluap-luap. Hihi
Sesungguhnya, rasa rindu tersebut memang telah dihadirkan Allah dalam diri setiap hambaNya. Bahkan rasa cinta saja juga dihadirkan Allah dalam keadaan suci. Kenapa saya memiring kata suci? Sebab, pada dasarnya Allah memberikan rasa cinta dalam keadaan suci. Namun, adakalanya kita (mungkin agak) membentuknya dengan cara yang kurang tepat sekiranya. Seperti halnya pengungkapan rasa cinta yang salah. Nah, begitu juga rasa rindu. Allah telah menitipkan rasa rindu dalam keadaan bersih. Nah, sisanya tinggal kitalah dalam “mengolah” rasa rindu tersebut. hihi
Wahai kawan. Sesungguhnya rasa rindu tersebut harus kita kembalikan kepada Allah. Bagaimana caranya? Disaat kita merindukan seseorang, maka memohonlah kepada Allah agar tetap menjaga rasa rindu ini tetap suci. Tidak bolehkah untuk mengungkapkan kepada sang penerima rindu? Entahlah. Saya pribadi, lebih memilih untuk mengirimkannya kepada sang pemilik rindu. Sebab, rindu yang demikian akan lebih bertahan lebih lama. Ketika kita menyerahkan rasa tersebut kepada Allah, maka Allah menjaganya tetap utuh walau mungkin raga tak pernah bersua. Itulah rasa rindu yang sesungguhnya, menurut saya.
Ketika kita merindukan seseorang,
maka dekatilah sang pemilik rindu. Sebab, dengan mengirimkan rindu kepadaNya,
hatimu akan lebih damai dan tentram dikala kalian tak bersua atau
berkomunikasi. Selain itu, bukankah rindu yang demikian juga rindu lillahi
ta’alla? Wahai kawan. Jangan biarkan rindumu bukan karena lillahi. Jangan
biarkan setan ikut serta dalam perasaan rindumu, sebab yang demikian akan sirna
ketika jarak memisahkan.
Wahai kawan. Rindu tidak dilarang. Namun, kita harus pandai-pandai mengekspresikan rasa rindu tersebut. Jangan sampai rindumu malah menimbulkan dosa. Jangan sampai rindumu disampaikan kepada seseorang yang belum mampu engkau halalkan. Jangan sampai niat baik untuk menjaga rindumu malah rusak karena tak mampu mengendalikannya. Jangan sampai ya kita memiliki rasa rindu yang berlebihan. Sebab, hati kita bakal overload. hihii.
Wahai kawan. Rindu tidak dilarang. Namun, kita harus pandai-pandai mengekspresikan rasa rindu tersebut. Jangan sampai rindumu malah menimbulkan dosa. Jangan sampai rindumu disampaikan kepada seseorang yang belum mampu engkau halalkan. Jangan sampai niat baik untuk menjaga rindumu malah rusak karena tak mampu mengendalikannya. Jangan sampai ya kita memiliki rasa rindu yang berlebihan. Sebab, hati kita bakal overload. hihii.
“Rinduilah ia sekedarnya saja.
Sampaikan harapmu hanya kepada Allah. Semoga Allah membantumu untuk
menghalalkan rasa rindu tersebut.”
No comments:
Post a Comment