Thursday, July 21, 2016

Ketika Allah menegurku dengan caraNya (Last Part)

Empat bulan menjalani terapi yang lumayan menyakitkan, sebab pipiku disentrum dengan sebuah alat, Alhamdulillah akhirnya keadaan mulai kembali normal. Walau mungkin tak kembali secara utuh seperti sedia kala, namun semuanya harus tetap kusyukuri. Akhirnya, aku bisa kembali tersenyum walau mungkin tak seperti dulu.
Pasca terapi yang dijalani, aku masih merasakan bahwa memang terjadi pertumbuhan syaraf yang tak seperti sedia kala. Sesungguhnya, teman-teman ku merasa bahwa aku telah sembuh total. Bahkan mereka merasa bahwa aku tak mengalami penyakit demikian. Alhamdulillah, terima kasih atas semangatnya wahai kawan. 

Sedikit berbagi cerita. Sebenarnya, setelah dilakukan googling mengenai penyakit ini, akan ada kemungkinan buruk efek yang akan diperoleh pasca terapi. Nah, di antaranya pertumbuhan kembali syarat bukan ditempat sebenarnya/semestinya. Apakah aku mengalaminya? Yup. Tepat sangat. Jika kalian perhatikan secara seksama, maka mataku tak lagi sama besar. Bagian mata sebelah kanan akan lebih kecil ketimbang sebelah kiri. Apakah hal tersebut mengganggu aktivitas? Sebenarnya tidak terlalu mengganggu, hanya saja adakalanya kurang pede ketika take picture. Heheh

Selanjutnya, mengenai alergi yang didapat ketika menjalani pengobatan tradisional. Bagaimana nasib akhirnya alergi tersebut? Menyisakan luka terdalam kepadaku. Kenapa demikian? Alhamdulillah Allah menguji kesabaranku kembali. Kali ini dengan tema dan kisah yang berbeda. Apakah itu? Efek yang diperoleh ketika menjalani pengobatan tradisional berupa muka merah-merah dan jerawat. Sampai sekarang pun masih tersisa padahal aku telah mencoba mengobatinya dengan berbagai cara. Bedo’a pun demikian. Semua usaha telah dilakukan, namun rupanya Allah belum mengizinkanku untuk menerima kata sembuh. Jadi, jangan heran jika jumpa denganku tak lagi sama, sebab bisa jadi muka ane merah-merah. Ya, bisa jadi semua yang terjadi padaku karena kesalahan dan dosa yang kuperbuat selama ini.

Pasca penyakit ini menyerang, sempat merenung juga “Apakah akan ada seseorang yang menerimaku apa adanya dengan kondisiku sekarang?”. Bodoh kan? Bukankah jodoh sudah di atur Allah? Bukankah setiap punya pasangannya masing-masing. Aku pun langsung membuang jauh-jauh pemikiran tersebut. Sebab, aku yakin Allah telah menyiapkan seseorang yang mampu menerima lahir dan batinku.

Ya Allah, Terima kasih atas semua ujian yang Kau titipkan.

KarenaMu, aku bisa menjemput hidayah untuk lebih dekat denganMu. 

karenaMu, aku bisa hijrah kejalanMu. KarenaMu aku bisa belajar kesabaran yang sesungguhnya. 

Tiada kata yang bisa terucap selali berbaik sangka akan semua skenario yang telah Kau siapkan. 

No comments:

Post a Comment