Thursday, July 21, 2016

Kapan Nikah?

Baiklah. Sebelumnya saya sudah berniat untuk mengulas mengenai pertanyaan di atas. Di sini, saya tak bermaksud untuk sok menasehati, sok menggurui, atau pun sok tahu sehingga berani membahasnya. Ilmu saya tidak seberapa untuk melakukan semua hal tersebut. Saya masih hijau untuk membahasnya secara mendalam. Oleh sebab itu, saya hanya akan mengulas dari segi pandangan saya pribadi dan sebisa saya saja.

Fenomena pertanyaan “Kapan Nikah?” kerapkali muncul ketika lebaran tiba. Apalagi jika menurut mereka, umur kita telah memenuhi syrarat untuk menempuh tangga tersebut. Saya sendiri bingung, kenapa pertanyaan tersebut sangat trend hingga timeline facebook hampir penuh dengan tulisam demikian. Bukan berarti saya tidak suka, hanya saja terkadang merasa lucu saja ketika melihat respon teman-teman kala ditanya demikian.

Menikah merupakan salah satu sunnah untuk menyempurnakan sebagian agama. Haruskah kita lakukan? Sebenarnya, hukum menikah ada wajib, sunnah, mubah, makhruh, bahkan haram. Nah, bagi yang baru tahu, silakan baca buku agama islam SMA kembali. Di sana dijelaskan secara umum gambaran hukum menikah.

Kapan nikah? Saya sendiri tidak terlalu sering diajukan pertanyaan ini. Mungkin, karena saya terlalu acuh, sehingga tiap lebaran saya tak pernah ditanya demikian. Sepertinya keluarga menyayangkan bahwa saya pasti akan memilih sekolah dulu baru menikah. Hmm, sebenarnya ada benarnya juga. Tapi ada salahnya juga. Nah, kenapa demikian?

Sedikit bercerita ya kawan. Sebenarnya, saya pribadi memang jarang terbuka mengenai yang saya rasakan dan pikirkan kepada keluarga. Mungkin, saya agak tertutup untuk mengungkapkan semuanya. Oke abaikan.

Sejujurnya, dulu saya punya niat untuk nikah muda. Terlebih lagi setelah wisuda, keinginan tersebut makin menggebu-gebu. Saat itu, entah bisikan dari mana, saya merasa bahwa saya telah siap untuk menikah. haha Lucu saja jika mengingatnya. Saya masih ingat ketika tiba-tiba dapat undangan nikah dari teman seangkatan. Rasanya, perasaan tersebut makin meledak untuk minta dihalalkan oleh..Oleh siapa? Nah, itu masalahnya. Saat itu belum ada yang datang menjumpai orang tua. Jadi, mau nggak mau saya harus bersabar untuk menunggu. Sebenarnya, ada juga beberapa teman yang menanyakan mau lanjut sekolah, kerja atau nikah dulu? Saya sih jawab lanjut sekolah dulu walau hati ini mau sekolah sambil nikah. Hihihi. Dulu, saya ngebet kali ya.

Namun, sekarang saya merasa bahwa dulu saya terlalu tergesa-gesa. Bukankah Allah tak suka yang demikian? Saya sadar, jika niat yang dulu muncul karena ingin ikut-ikutan. Aduh, betapa bodohnya saya. Untung saja dulu Allah belum mengizinkan saya untu menapaki tangga tersebut. Aduh, betapa tidak sabarnya saya yang dulu. Maafkan saya yang dulu belum bisa sabar. hihi

Saat ini, saya lebih memilih untuk membenahi diri, memantaskan diri sembari menunggu. Saya rasa alangkah baiknya jika saya lebih memfokuskan diri untuk melanjutkan pendidikan dan mencapai cita-cita. Soal jodoh mah sudah diatur Allah SWT. Bisa jadi, datangnya ketika kita belum siap sepenuh atau malah datang dikala kita sudah siap. Bersabar menantinya sembari berusaha memantaskan diri ya J

Nah, sesungguhnya bukan berarti saya belum siap menapaki tangga yang lebih tinggi namun saya memilih untuk tidak terlalu terburu-buru untuk berpikir ke arah demikian. Saya ingin menjalani kehidupan yang lebih santai untuk mencapai semua mimpi. Bukankah pada dasarnnya perkara jodoh merupakan sesuatu yang sudah ditetapkan Allah? Oleh sebab itu, saya lebih memfokuskan diri untuk memikirkan hal positif lainnya. Maka, tanpa kita sadari, jodoh akan datang dikala tak terduga.

Nah, daripada terburu-buru untuk mengambil keputusan, lebih baik fokuskan diri untuk menuntaskan kewajiban-kewajibannya terlebi dahulu. Jika sebelumnya belum sempat membahagiakan orang tuanya, maka bahagiakanlah terlebih dahulu. Jika sebelumnya ada mimpi yang  belum tercapai, maka capailah dahulu. Tenang saja, Allah akan selalu mendatangkan waktu yang tepat untukmu.

Tetapi, boleh saja jika nikah adalah satu-satunya cara untuk mengungkapkan perasaanmu. Silakan. Itu lebih baik ketimbang menambah dosa. Ini lebih mulia dimata Allah. Mampukah menjalaninya jika salah satu pihak belum siap? Hmm, menurut saya, jikalau insan menyanggupi untuk menikah maka secara tidak langsung mereka telah mampu dan siap lahir batin. Walau sebenarnya, ada beberapa hal yang mungkin belum siap, tapi nekad untuk menikahinya. Hehe Tenang saja, menikah dapat membuka pinti rezeki. Allah akan selalu membantumu ketika kau memiliki niat baik ketika menikahinya. Bersabarlah dikala Allah mengujimu. (Aduh, udah kayak mengalaminya aja ya. hehe)

Jadi,
Kapan Nikah?
ketika Allah memutuskan saya telah siap lahir batin menjalaninya.
Kapan Nikah?
Dikala Allah merasa bahwa saya telah pantas berganti status.

Kapan Nikah?
Dikala Allah merasa bahwa ini waktu yang tepat untuk mendatangkan dia kepada saya

Kapan Nikah?
Dikala Allah merasa bahwa ini akhir dari penantian saya.

Terakhir,
Kapan Nikah?
Tentu saja, ketika dia menjumpai aba emak di kampung dan melamar saya.
hehe

Jangan galau ketika ditanya kapan nikah? Jika tak mampu menjelaskan, senyum sudah cukup mewakilinya.

Menikahlah dikala kau siap lahir batin. Jangan pernah terburu-buru tanpa kesiapan. Kesiapan yang seperti apa? Haruskah memiliki rumah, mobil, uang melimpah? Bukan. Kesiapan untuk bertanggung jawab atas status yang telah dipegang.”

No comments:

Post a Comment