Monday, April 24, 2017

Apakah kita telah bisa menjadi investasi orang tua kita kelak?

Apakah kita telah bisa menjadi investasi orang tua kita kelak? Jawab sendiri ya. 
Akankah kita kelak bisa membawa orang tua kita ke surga? Atau malah menjerumuskan mereka ke neraka? Jawab sendiri ya. Akankah kita mampu "membantu" mereka kelak?


Adakalanya, besarnya "investasi" yang diberikan kepada orang tua tergantung bagaimana kita dibentuk dalam keluarga tersebut. Namun, semua itu juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan kita. Kita manusia yang diberi kelebihan berupa akal dan pikiran. Maka, saya yakin bahwa kita mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Saya yakin, kita semua tahu bagaimana cara memberikan "investasi" yang terbaik untuk mereka.

Jasa orang tua memang takkan terbayar lunas, apalagi jika hanya kredit. Sebanyak apapun uang yang kita punya, sebanyak apapun harta yang kita punya, tidakkan mampu membalas semua jasa-jasa mereka.

Ketahuilah bahwa membalas bukan berarti harus dengan harta atau benda fisik. Jadi, janganlah berkecil hati jika kita belum punya apa-apa. Jika belum memiliki cukup harta, maka diartikan bahwa kita belum mampu membalas jasa mereka? Tidak. Itu salah. Terkadang, ketika tidak memiliki banyak hartalah, kita mampu "memberikan" / membalasnya walau sedikit. Nah, melalui apa? Berbakti kepada mereka. Sederhana, bukan? Iya. Dikala kita belum disibukkan dengan dunia, Allah masih mengingatkan kita, akan orang tua yang bisa saja mulai kita acuhkan. Ketika kita belum dicukupkan dengan "apa-apa", kita lebih dekat dengan orang tua dan memperhatikannya. Namun, ketika kita diberikan kecukupan dan disibukkan dengan dunia (anggap ini ujian dari Allah), kita mulai mengacuhkan dan mulai tidak memperhatikan mereka. Kita merasa bahwa uang dan harta bisa mewakilinya. Padahal ini tidaklah benar. Yang dibutuhkan mereka bukanlah harta dan uang, namun kita. Perhatian dan bakti kepada merekalah yang sangat dibutuhkan. Apakah ini berarti kita telah berdosa kepada mereka?

Sesungguhnya saya takut, sangat mewanti wanti diri ketika saya tak mampu menjadi investasi mereka kelak. Saya takut jika perbuatan saya malah akan menambah dosa mereka. Saya takut jika dosa-dosa yang saya perbuat malah menjerumuskan mereka ke neraka. Saya takut jika kelak saya mengacuhkan mereka. Saya takut takut takut akan semuanya.

Saya bersyukur ketika mendengar ceramah mengenai. Saya sadar bahwa saya belum bisa sepenuhnya menjadi investasi emak aba kelak. Namun, saya yakin bahwa Allah selalu memberikan kesempatan kepada hambaNya yang ingin berubah ke arah yang lebih baik. Semoga Allah selalu memberikan peringatan dan teguran ketika saya berbuat salah. Terima kasih ya Allah

No comments:

Post a Comment