Thursday, June 9, 2016

(Kisah) Di Balik School Nation for Leader 1 (Part1)

 Ini adalah kisah yang kualami sebelum mengikuti kegiatan pada School Nation for Leader 1.

“Kak, apa kesibukannya sekarang?” Tanyaku pada senior yang selalu aktif ikut berbagai kegiatan. 

“Kakak insyaAllah mau ikut kegiatan yang diadakan Forum Negarawan Muda berupa School Nation for Leader (SNL 1)”. Jawabnya.

Aku memang selalu “kepoin” senior yang satu ini untuk mencari berbagai info-info kegiatan. Jujur saja, aku memang agak “kudet” mengenai berbagai info kegiatan. Bisa jadi, malas mencari atau malah memang jarang menemukannya. Semua kemungkinan bisa terjadi. 

“Forum negarawan muda? Seperti apa kegiatannya kak?” Lanjutku.

Rupanya kakak tersebut mengirimkan linknya agar kubaca sendiri. Mungkin beliau sedang sibuk, ingin aku lebih mandiri atau sedang malas sehingga hanya mengirimkan link tersebut kepadaku. Aku pun membuka dan membacanya dengan seksama semua informasi yang tertera dalam webnya. 

“Waah, harus coba nih. Bagus untuk mencari pengalaman”. Batinku bergejolak untuk ikut kegiatan tersebut. Tapi, ketika aku scroll ke bawah, ada keterangan bahwa salah satu syaratnya adalah “harus aktif dalam organisasi yang diikuti”. Aku sempat kehilangan mood untuk ikut ,lantaran aku tidak terlalu aktif dalam berorganisasi. Apalagi sewaktu kuliah, aku termasuk mahasiswa “KUPU-KUPU”. Jika mengingat hal tersebut, penyesalanku makin mendalam. Aku buang jauh-jauh penyesalan tersebut, karena aku yakin kesempatan untuk berorganisasi masih bisa dijalani pasca kuliah. Tentu saja, aku membuktikannya. 

Sebenarnya, aku sempat ragu dan mengurungkan niat untuk mengikutinya. Apalagi, ada beberapa persyaratan yang harus dilampirkan, seperti essay dan surat rekomendasi, untuk bisa lulus. Aku makin merasa “kecil”, karena aku kurang ahli dalam membuat essay. Aku masih ingat bahwa pertama kali membuat essay sewaktu mengikuti kegiatan kelas persiapan beasiswa. Itu pun essay asal jadi dan amburadul. Tapi, entah kenapa ada sesuatu didalam hati ini yang terus mengusik, agar aku ikut saja dan jangan melewatkan moment ini. 

Aku membuka form pendaftaran online. Aku memperhatikan poin-poin yang ditanyakan. “hmm...aku rasa bisa mengatasi semua yang ada diform ini”. Aku pun mulai mengisi beberapa poin, namun tak kukerjakan hingga selesai karena tak mendapatkan ide. Aku berniat untuk melanjutkannya esok hari.
Rupanya niat hanya tinggal niat. Tak pernah kusentuh sekalipun form pengisian selama beberapa hari lantaran sibuk mengurus beberapa urusan ke kampus. Namun, aku selalu membawa form surat rekomendasi kemana-mana. Entah kenapa form ini selalu terbawa. Sewaktu membuka tas, lagi-lagi form tersebut muncul. Awalnya aku urungkan untuk minta rekomendasi agar bisa memenuhi persyaratan. Namun, karena formnya selalu muncul, terpaksa aku menunggu dosen untuk minta rekomendasi beliau. Penantian yang cukup lama jika mengingat kembali. Sewaktu meminta rekomendasi, lagi-lagi keraguan menghampiriku. Tapi akhirnya aku tetap maju walau masih ditengah keraguan. 

Sebenarnya beberapa persyaratan telah kupenuhi, seperti essay, scan identitas, foto, dan surat rekomendasi. Namun, keraguan yang masih menyelimuti menghambat langkahku untuk mendaftar secara resmi. Apalagi ketika kuketahui bahwa beberapa teman meminta rekomendasi dari ketua komunitas atau organisasi. Sementara aku hanya dari dosen yang sama sekali tidak berhubungan dengan organisasi yang kuikuti. Lagi-lagi aku ragu. Aku iseng menanyakan beberapa hal kepada senior yang kusebut di atas.

“kak, boleh minta surat rekomendasi untuk school national?” Tanyaku.

“kakak belum berkompeten dinda dan juga kakak mau ikut. Ndak trusty nanti oleh panitianya. Sama kak Fani pas tu dek”. Jawabnya.

Aku berpikir kalau senior belum menangkap maksud pertanyaanku. Aku pun mengulanginya.
“Maksud ana form surat rekomendasi kak”.

Si senior pun tertawa karena beliau salah kira. Namun, inilah rencana Allah untukku dalam menunjukkan jalan. Aku baru ingat kalau kak Fani adalah founder salah komunitas yang sedang kuikuti, jadi ada baiknya meminta rekomendasi beliau. Aku pun mengontak dan meminta bantuannya. Alhamdulillah beliau bersedia. Aku sempat segan karena kebetulan saat itu sudah di kampung, sehingga dapat dipastikan aku tidak bisa berjumpa secara langsung dengan beliau. Aku bersyukur beliau berbaik hati meminta form melalui email dan mengirim balik dalam bentuk pdf tanpa harus ku scan ulang. Aku berpikir bahwa ini mungkin jalan Allah agar aku ikut forum ini. 

Waktu pengisian form pendaftaran online tinggal beberapa hari. Oh y, kami tidak melalui tahap wawancara, jadi harus diisi dengan seksama semua poin-poin yang ditanyakan dalam form tersebut. Aku  masih ragu. Banyak hal yang kupertimbangkan. Mulai dari biaya tansportasi pulang pergi (read: Padang), saving cost, dan waktu kepulangan yang mepet dengan jadwal tes TPA sebagai syarat S2. Oh y, kegiatan diadakan tanggal 30 Juni – 2 Mei 2016, sementara tes TPA tanggal 4 Juni 2016. Aku hanya bisa membayangkan rasa capek yang nanti kuperoleh. 

Hingga H-4, aku membulatkan tekad untuk mengisi form pendaftaram online dan mengirim semua persyaratan. Aku tidak mau menyia-nyiakan usaha Kak Fani yang telah bersedia membuat surat rekomendasi untukku, usahaku yang bolak-balik untuk mencari dosen (walau tidak jadi dipakai T-T), usahaku yang berpikir keras sewaktu menyusun kalimat sewaktu mengisi beberapa poin pertanyaan. Aku benar-benar tidak mau, jika semua hal tersebut menjadi sia-sia belaka. Tanggal 21 mei 2016 fix terdaftar. Tinggal menunggu pengumuman tanggal 25 Mei 2016.

Bersambung...

Tunggu kelanjutan kisahnya ya...

No comments:

Post a Comment