Ini adalah kisah yang kualami sebelum mengikuti kegiatan pada School Nation for Leader 1.
“Kak, apa kesibukannya sekarang?” Tanyaku pada senior yang
selalu aktif ikut berbagai kegiatan.
“Kakak insyaAllah mau ikut kegiatan yang diadakan Forum
Negarawan Muda berupa School Nation for Leader (SNL 1)”. Jawabnya.
Aku memang selalu “kepoin” senior yang satu ini untuk
mencari berbagai info-info kegiatan. Jujur saja, aku memang agak “kudet”
mengenai berbagai info kegiatan. Bisa jadi, malas mencari atau malah memang
jarang menemukannya. Semua kemungkinan bisa terjadi.
“Forum negarawan muda? Seperti apa kegiatannya kak?”
Lanjutku.
Rupanya kakak tersebut mengirimkan linknya agar kubaca
sendiri. Mungkin beliau sedang sibuk, ingin aku lebih mandiri atau sedang malas
sehingga hanya mengirimkan link tersebut kepadaku. Aku pun membuka dan
membacanya dengan seksama semua informasi yang tertera dalam webnya.
“Waah, harus coba nih. Bagus untuk mencari pengalaman”.
Batinku bergejolak untuk ikut kegiatan tersebut. Tapi, ketika aku scroll ke
bawah, ada keterangan bahwa salah satu syaratnya adalah “harus aktif dalam
organisasi yang diikuti”. Aku sempat kehilangan mood untuk ikut ,lantaran aku
tidak terlalu aktif dalam berorganisasi. Apalagi sewaktu kuliah, aku termasuk
mahasiswa “KUPU-KUPU”. Jika mengingat hal tersebut, penyesalanku makin
mendalam. Aku buang jauh-jauh penyesalan tersebut, karena aku yakin kesempatan
untuk berorganisasi masih bisa dijalani pasca kuliah. Tentu saja, aku
membuktikannya.
Sebenarnya, aku sempat ragu dan mengurungkan niat untuk
mengikutinya. Apalagi, ada beberapa persyaratan yang harus dilampirkan, seperti
essay dan surat rekomendasi, untuk bisa lulus. Aku makin merasa “kecil”, karena
aku kurang ahli dalam membuat essay. Aku masih ingat bahwa pertama kali membuat
essay sewaktu mengikuti kegiatan kelas persiapan beasiswa. Itu pun essay asal
jadi dan amburadul. Tapi, entah kenapa ada sesuatu didalam hati ini yang terus
mengusik, agar aku ikut saja dan jangan melewatkan moment ini.
Aku membuka form pendaftaran online. Aku memperhatikan
poin-poin yang ditanyakan. “hmm...aku rasa bisa mengatasi semua yang ada diform
ini”. Aku pun mulai mengisi beberapa poin, namun tak kukerjakan hingga selesai
karena tak mendapatkan ide. Aku berniat untuk melanjutkannya esok hari.
Rupanya niat hanya tinggal niat. Tak pernah kusentuh
sekalipun form pengisian selama beberapa hari lantaran sibuk mengurus beberapa
urusan ke kampus. Namun, aku selalu membawa form surat rekomendasi kemana-mana.
Entah kenapa form ini selalu terbawa. Sewaktu membuka tas, lagi-lagi form
tersebut muncul. Awalnya aku urungkan untuk minta rekomendasi agar bisa
memenuhi persyaratan. Namun, karena formnya selalu muncul, terpaksa aku
menunggu dosen untuk minta rekomendasi beliau. Penantian yang cukup lama jika
mengingat kembali. Sewaktu meminta rekomendasi, lagi-lagi keraguan
menghampiriku. Tapi akhirnya aku tetap maju walau masih ditengah keraguan.
Sebenarnya beberapa persyaratan telah kupenuhi, seperti
essay, scan identitas, foto, dan surat rekomendasi. Namun, keraguan yang masih
menyelimuti menghambat langkahku untuk mendaftar secara resmi. Apalagi ketika
kuketahui bahwa beberapa teman meminta rekomendasi dari ketua komunitas atau
organisasi. Sementara aku hanya dari dosen yang sama sekali tidak berhubungan
dengan organisasi yang kuikuti. Lagi-lagi aku ragu. Aku iseng menanyakan
beberapa hal kepada senior yang kusebut di atas.
“kak, boleh minta surat rekomendasi untuk school national?”
Tanyaku.
“kakak belum berkompeten dinda dan juga kakak mau ikut. Ndak
trusty nanti oleh panitianya. Sama kak Fani pas tu dek”. Jawabnya.
Aku berpikir kalau senior belum menangkap maksud pertanyaanku.
Aku pun mengulanginya.
“Maksud ana form surat rekomendasi kak”.
Si senior pun tertawa karena beliau salah kira. Namun,
inilah rencana Allah untukku dalam menunjukkan jalan. Aku baru ingat kalau kak
Fani adalah founder salah komunitas yang sedang kuikuti, jadi ada
baiknya meminta rekomendasi beliau. Aku pun mengontak dan meminta bantuannya.
Alhamdulillah beliau bersedia. Aku sempat segan karena kebetulan saat itu sudah
di kampung, sehingga dapat dipastikan aku tidak bisa berjumpa secara langsung
dengan beliau. Aku bersyukur beliau berbaik hati meminta form melalui email dan
mengirim balik dalam bentuk pdf tanpa harus ku scan ulang. Aku berpikir bahwa
ini mungkin jalan Allah agar aku ikut forum ini.
Waktu pengisian form pendaftaran online tinggal beberapa hari.
Oh y, kami tidak melalui tahap wawancara, jadi harus diisi dengan seksama semua
poin-poin yang ditanyakan dalam form tersebut. Aku masih ragu. Banyak hal yang kupertimbangkan.
Mulai dari biaya tansportasi pulang pergi (read: Padang), saving cost, dan
waktu kepulangan yang mepet dengan jadwal tes TPA sebagai syarat S2. Oh y,
kegiatan diadakan tanggal 30 Juni – 2 Mei 2016, sementara tes TPA tanggal 4
Juni 2016. Aku hanya bisa membayangkan rasa capek yang nanti kuperoleh.
Hingga H-4, aku membulatkan tekad untuk mengisi form pendaftaram
online dan mengirim semua persyaratan. Aku tidak mau menyia-nyiakan usaha Kak
Fani yang telah bersedia membuat surat rekomendasi untukku, usahaku yang
bolak-balik untuk mencari dosen (walau tidak jadi dipakai T-T), usahaku yang
berpikir keras sewaktu menyusun kalimat sewaktu mengisi beberapa poin
pertanyaan. Aku benar-benar tidak mau, jika semua hal tersebut menjadi sia-sia
belaka. Tanggal 21 mei 2016 fix terdaftar. Tinggal menunggu pengumuman tanggal
25 Mei 2016.
Bersambung...
Tunggu kelanjutan kisahnya ya...
No comments:
Post a Comment