Thursday, June 16, 2016

Lebih baik gagal ketika telah berusaha, ketimbang tidak melakukan apa-apa dan gagal


“Udahlah, sekali-kali gak usah belajar. Toh, soal yang ditanyakan itu-itu saja.”

Jujur saja, saya pernah mendapatkan pernyataan seperti ini, bahkan mungkin sering. Beberapa orang sering berkata demikian ketika saya beralasan kalau saya harus belajar. Mungkin, mereka mengira bahwa tanpa belajar pun, saya mampu melewati dan mengatasinya. Tidak. Semua salah besar. Tidak semua orang bisa melewatinya tanpa belajar. Menurut saya, ada dua tipe orang dalam scope pintar. Pertama, karena memang pintar dari “sononyo.” Nah, tipe orang yang seperti ini memang agak ngeselin. Kenapa? Sebab, tanpa harus belajar banyak dan belajar mati-matian, mereka mampu menjawab semua  soal. Ya, kebanyakan dari mereka termasuk orang yang santai. See? Sayangnya, saya tidak termasuk dalam tipe ini. Saya termasuk dalam kategori tipe kedua, yakni pintar karena belajar. Tipe seperti ini, kalau mereka tidak belajar maka akan kelihatan bahwa mereka belum bisa menjawab secara maksimal semua soal. Tapi, bukan berarti mereka bisa menjawab secara maksimal jika sudah belajar. Ya, saya pribadi bukanlah manusia super pintar karena belajar. Saya biasa-biasa saja. Hehe . Tipe kedua ini biasanya agak serius jika berhadapan dengan belajar. Harus belajar mati-matian agar mampu melewati “batasnya”. Haha terkesan alay ya. Tapi itulah kenyataan yang dihadapi. Oh ya, ini hanya berdasarkan pengalaman pribadi saja. Saya yakin, orang lain mengalami hal berbeda dengan saya. 

Kembali ke topik. Saya suka berusaha untuk mencapai apa yang saya inginkan, walau mungkin adakalanya saya harus menerima kegagalan. Namun, ada keikhlasan, kedamaian dan ketentraman, ketika menerima ketidaklulusan dikala saya sudah berusaha. Tentu saja saya sedih, tetapi saya yakin bahwa ini bukanlah jalan dan keberuntungan saya. Mungkin saja, ada “ladang” lain yang menerima saya. 

Kegagalan yang saya terima mengajarkan bahwa saya kurang maksimal dalam berusaha, berdo’a dan bertawakkal. Oleh sebab itu, saya harus mencoba 1001 kesempatan lainnya. Setidaknya saya telah berusaha dan belajar. Saya berpikir bahwa baru sampai tahap inilah kemampuan saya. Maka dari itu, saya harus berusaha dan belajar lebih keras lagi. Sesungguhnya, saya akan lebih sedih menerima kegagalan karena saya tidak berusaha atau tidak belajar. Saya yakin akan ada penyesalan yang amat dalam karena saya tidak berusaha sebelumnya. Saya akan marah dan kecewa kepada diri sendiri karena tidak “mempersiapkan” diri menuju “medan pertempuran”. Akan muncul perkataan seperti “Coba saja kemarin saya belajar”. Nasi telah jadi bubur. Selanjutnya, apakah menunggu keberuntungan? Menurut saya, keberuntungan akan datang ketika kita telah berusah, namun rupanya belum mampu menyelesaikan dengan baik. Maka Allah membantu dengan suatu “keberuntungan”. Jadi, keberuntungan tidak datang kepada orang yang tidak berusaha dan hanya berdiam diri. Ya, tapi semua bisa saja terjadi jika Allah berkehendak.

Dalam bulan ramadhan ini, alangkah baiknya kita memanfaatkan waktu seproduktif mungkin. Ibadah kepada Allah pasti, nomor satu. Namun, kita juga harus menunaikan kewajiban dan sunnah lainnya. Jika kita mempunyai tugas, maka selesaikanlah. Jika kita akan menghadapi ujian, maka belajarlah. Jangan sampai kita menelantarkan lainnya karena alasan “puasa”. Sesungguhnya semua pekerjaan yang dilakukan pada bulan mulia ini akan mendapatkan kemudahan dan kelancaran oleh Allah SWT. Maka, berusahalah memaksimalkan waktumu dalam beraktivitas agar menghasilkan “produk” yang maksimal. 

Berdo’a kepada Allah itu wajib, tapi harus diiringi dengan usaha. Banyak-banyak berdo’a pada bulan yang penuh berkah ini, belum tentu mengantarkanmu kepada kesusksesaan jika hanya diam dan tidak berusaha. Belajarlah  hingga mencapai batas maksimalmu.”

#Daiwriting# RWC10

No comments:

Post a Comment