Monday, June 13, 2016

Untukmu yang lebih memilih diam tanpa berusaha mencari suatu kejelasan

Suatu pepatah menyatakan bahwa diam adalah emas. Seperti kita ketahui bahwa emas sangatlah berharga. Namun, haruskan kita menggunakan pepatah tersebut pada semua situasi? Jawabannya tidak. Ada kalanya kita perlu membuka suara. Ada kalanya kita perlu mengeluarkan pendapat. Ada kalanya kita tidak harus diam. Ada kalanya kita harus bertindak.
Pernahkan mengalami kesalahpahaman karena lebih memilih tidak bertindak alias diam saja? Pernahkah mengalami penyesalan karena tidak berusaha mencari suatu kejelasan? Pernahkah merasakan kepedihan karena menyesal ketika tidak berusaha mengklarifikasi sesuatu? Saya pernah mengalaminya. Sungguh luar biasa penyesalan yang saya terima, karena terlalu terburu-buru mengambil keputusan sendiri tanpa meminta suatu kejelasan. Tapi, itulah fase kehidupan yang harus saya lalui ,yang harus dijadikan pembelajaran.
Ada sebuah cerita yang berhubungan dengan ini.
Mereka cukup lama telah bersama. Sang laki-laki memang berniat menikahi si gadis. Namun si gadis meminta sang laki-laki untuk bersabar dan menundanya, sebab si gadis berniat untuk melanjutkan sekolahnya. Si gadis berujar bahwa ia akan menerima “cinta” sang laki-laki, ketika ia telah diterima atau menjalani bangku perkuliahan. Sang laki-laki pun menyanggupinya. Kemudian, mereka berpisah untuk sementara waktu, dimana sang laki-laki bekerja di daerah lain, sedangkan si gadis melanjutkan sekolahnya ke kota. Saat terpisah, mereka mulai jarang berkomunikasi. Maklum saja, dulu telekomunikasi tidak secanggih sekarang. Kebanyakan dari mereka hanya memanfaatkan surat sebagai wadah menanyai kabar. Beberapa bulan pun telah berlalu. Rupanya sang laki-laki sudah tidak sabar untuk meminang si gadis. Akhirnya dia pun kembali ke kampung halaman dan mengutarakan niat hatinya untuk meminang si gadis kepada orang tuanya. Orang tuanya menyetujuinya. Akhirnya sang laki-laki meminta bantuan paman-pamannya untuk mewakili menyampaikan niatnya kepada orang tua si gadis. Maka, pergilah paman-paman tersebut ke rumah si gadis. Orang tua si gadis sebenarnya tidak menolak pinangan tersebut, hanya saja mereka ingin si gadis menyelesaikan sekolahnya terlebih dahulu, paling tidak si gadis telah memulai sekolahnya. Maka, dapat dikatakan bahwa lamaran tersebut masih dalam proses penundaan. Namun, apa yang terjadi ketika paman-paman tersebut sampai di rumah sang laki-laki? Mereka menyampaikan informasi yang salah. Mereka mengira bahwa orang si gadis menolak lamaran sang laki-laki. Dapat dibayangkan betapa hancurnya perasaan sang laki-laki yang telah jauh-jauh pulang kampung demi melamar gadisnya, malah ditolak. Dia benar-benar sedih dan shock. Namun, entah kenapa dia tak meminta penjelasan kepada si gadis. Beliau menunggu si gadis yang memberikan penjelasan via surat. Tapi, inilah rencana Allah. Si gadis tak kunjung mengirimkan surat kepadanya. Dengan perasaan yang berkecamuk, akhirnya dia kembali ke tempat kerjanya sebab masa izinnya telah habis.

Di sisi lain, si gadis masih menunggu surat dari sang laki-laki, namun tak kunjung datang. Sebenarnya si gadis sudah mulai bersekolah. Oleh sebab itu, dia menyangka bahwa sang laki-laki akan mengiriminya surat untuk sekedar menanyakan kabar. Namun, rupanya si gadis hanya menunggu tanpa melakukan tindakan. Apa salahnya, jika saat itu dia yang mengirimi surat? Kenapa harus menunggu? Inilah rencana Allah untuk mereka berdua. Suatu hari, teman si gadis menghampirinya dan menyodorkan sebuah surat. Si gadis menyangka bahwa itu merupakan surat dari sang laki-laki tersebut. Namun, rupanya itu salah besar. Itu adalah surat dari orang tua temannya. Dalam surat tersebut dikatakan bahwa Si A yang sebenarnya sang laki-laki yang dinanti si gadis, akan menikah minggu depan. Betapa hancurnya hati si gadis membaca surat tersebut. Beliau sedih menghadapi kenyataan bahwa laki-laki yang dicintainya akan bersanding dengan wanita lain. 

Berpuluh-puluh tahun kemudian, tanpa disengaja atau memang ini takdir Allah, mereka bersua. Canggung pasti dirasakan antara keduanya. Namun, mereka berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja. Akhirnya, entah bagaimana, sang laki-laki menceritakan bagaimana sedihnya dia dulu ditolak oleh si gadis. Tentu saja, si gadis kaget. Malah dia merasa kalau dirinya telah dilupakan dan dicampakkan. Dari sinilah, kesalahpahaman tersebut akhirnya terungkap.  Namun, roda takdir telah berubah. Allah punya rencana lain yang lebih baik.”

Bagaimana dengan kisah tersebut? Saya yang membaca cerita ini merasa sedih dan kesal. Saya kesal melihat mereka yang hanya menunggu dan diam, tanpa berusaha untuk “bergerak”. Saya sedih, ketika penantian yang mereka lakukan hanya sia-sia belaka.  Saya marah kepada sang laki-laki, yang tidak berusaha memastikan untuk kesekian kalinya semua informasi yang diterima. Saya marah kepada si gadis, yang hanya pasrah tanpa berusaha menanyakan kebenarannya. Tapi, mau bagaimana lagi, mungkin ini yang terbaik bagi Allah untuk keduanya. Oleh sebab itu, alangkah baiknya jika kita menggantungkan semuanya hanya kepadaNya. Berharap semua hal hanya kepada Allah. Walau mungkin ada kalanya baik bagi kita, tidak bagi Allah. Ada kalanya tidak kita sukai, malah disukai oleh Allah. Semoga kita mampu mengambil hikmahnya.

Sesungguhnya, semua hal yang telah terjadi pada kehidupan ini memiliki hikmah dan pembelajaran. Kita disuruh untuk belajar agar berprasangka baik atas semua yang ditimpakan Allah kepada kita. Percayalah, Allah selalu menyayangi hambaNya dan takkan pernah meninggalkan kita. Oleh sebab itu, mari belajar untuk selalu husnuzzon atas semua ketentuan Allah. Apalagi, saat ini kita berada dalam bulan yang penuh berkah, bulan yang melipatkan gandakan semua amal kebaikan yang kita lakukan, bulan yang mengajarkan kita untuk selalu bersabar, yakni bulan suci ramadhan.

#Daiwriting#RWC7

No comments:

Post a Comment