Monday, July 31, 2017

Asal Muasal Nama Jalur

Ada sebuah tradisi yang menjadi kebanggaan masyarakat Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Tradisi tersebut bernamakan Pacu Jalur. Pacu jalur merupakan suatu event yang menampilkan jalur-jalur untuk bertanding.  Biasanya ada 160 lebih jalur yang akan bertanding di event nasional termasuk jalur dari kabupaten tetangga, Indragiri Hulu. Sebelum event nasional dilaksanakan, biasanya ada pelaksanaan pacu jalur tingkar rayon atau kecamatan.

Nah, kira-kira jalur seperti apa sih? Jalur tersebut layaknya sampan panjang yang mampu menampung 40-50  orang. Jalur-jalur juga akan dihiasi dengan berbagai ukiran dan lukisan dikeseluruhan badan jalur.  Nama-nama yang diberikan kepada jalur juga beragam dan terkesan unik karena sesuai bahasa daerah setempat seperti karamat sakti gogar alam, ngiang kuantan, puntiang beliyuang sirajo beleng, pulau laghe mandulang untuang dan masih banyak nama unik lainnya.

Nah, kira-kira apa sih filosofinya mereka menamai jalur seperti ini?

Saya ceritakan untuk nama puntiang beliyuang sirajo beleng, sebab kebetulan jalur tersebut berasal dari daerah tempat saya tinggal.

Berdasarkan cerita singkat yang diceritakan salah seorang datuk yang lumayan berpengaruh dalam proses pembuatan jalur, menyatakan bahwa saat mereka ke hutan untuk mencari pohon besar yang nantinya diolah menjadi jalur, suasana saat itu sedang mendung disertai angin yang sangat kuat. Suasana mencekam tersebut sempat membuat mereka khawatir jika nantinya akan menghadapi bahaya di dalam hutan. Apalagi saat itu mereka dihadapi angin putting beliung disertai hujan yang lumayan deras.

Namun, Alhamdulillah semua dapat dilalui atas seizin Allah SWT. Mereka akhirnya bisa membawa pohon tersebut ke lokasi pembuatan jalur. Saat memikirkan nama jalur, maka muncullah ide menamainya puntiang beliyuang sirajo beleng dengan harapan dapat melaju kencang dan melahap lawan-lawannya layaknya angin punting beliung itu sendiri.

Itulah salah satu dari banyaknya cerita mengenai inspirasi menamai tiap jalur. Mungkin, ada kisah menarik lainnya hingga masyarakat tersebut menamai jalurnya dengan pilihan tersebut. Sesungguhnya tidak ada sistem atau peraturan yang pasti mengenai tata cara menamai jalur. Bahkan, suatu peristiwa saja bisa dijadikan nama jalur seperti desa kami yang pernah menamai jalur gelombang tsunami saat peristiwa tersebut terjadi.



No comments:

Post a Comment