Wednesday, July 19, 2017

Cerita Mengenai Emak : Masa Kecil



Ibu adalah sosok yang tegar, baik hati, dan selalu mendahulukan keinginan anaknya. Kebaikan ibu takkan pernah lekang oleh waktu. Kebaikan yang diberikannya terlalu banyak hingga ketika mengenangnya kembali membuat saya sedih dan malu karena belum bisa membalasnya. Begitu pula dengan perjuangan beliau yang sedari hamil hingga bisa membesarkan kita, tidak bisa dibayar walau dengan emas berlian sekalipun. Tidak ada perjuangan yang sehebat itu. Tapi, beliau ikhlas melakukannya demi anaknya. Tidak ada rasa kesal ataupun marah dikala anaknya yang masih kecil membuat tidurnya tidak nyenyak.

Begitu banyak kisah kebaikan yang ibu berikan kepada kita. Jika direnungi bersama maka berdosalah kita yang menyakiti hatinya walau hanya berkata “ah” sekali pun. Makanya Allah bilang surga berada di kaki ibu. Saya biasanya memanggil beliau emak.
...
Bagi saya emak merupakan sosok yang benar-benar powerfull. Beliau mampu mengurus kami berdua karena kebetulan si kecil belum lahir, mulai dari membangunkan, memandikan, memakaikan baju sekolah, menyiapkan sarapan hingga mengatar sekolah. Emak pernah bercerita, saat saya masih TK, emak harus menunggu oplet pagi-pagi untuk mengantar ke sekolah. Sementara, si kecil dibawa karena memang tidak ada yang menjaganya di rumah. Sesampainya di sekolah, emak pergi belanja untuk keperluan dapur dan kembali ke TK untuk dijemput dan pulang dengan menumpangi oplet. Walau terkadang sesekali saya dijemput aba dan dibawa ke sekolahnya. Di rumah biasanya emak langsung masak karena aba akan pulang dari sekolah. Dilanjutkan dengan mencuci baju dan membersihkan rumah. Hal ini terjadi terus menerus. Beratkah? Mungkin berat. Tapi, emak sama sekali tidak merasa kesulitan melakoninya karena sudah terbiasa sewaktu masih mengurusi adik-adiknya yang lumayan banyak.

Kisah yang tak terlupakan ketika kami membangunkan emak saat hendak pergi ke MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) ke kampung sebelah. Kebetuan saat itu emak sedang diwarung sembari tidur siang. Kami pun membangunkan emak dan merengek untuk diantarkan karena memang sudah hampir terlambat. Emak pun bangun dan bergegas mengantarkan kami. Tak lama berselang kami tiba di MDA, dapat kabar kalau dalam perjalanan pulang emak kecelakaan. Kami kaget dan dijemput oleh paman. Saat itu, kondisi kakinya terkiilir tapi tetap saja tidak bisa berjalan. Kejadian ini terjadi satu hari menjelang tsunami di Aceh, tahun 2014. Akibatnya, kami terpaksa menetap di rumah nenek menjelang emak sembuh. Lagian, jika berada di rumah pun sama sekali tidak ada orang yang bisa mengurusi emak, kecuali aba.
...
Emak paling suka memanjakan kami. Apapun yang kami inginkan, insyaAllah beliau berusaha untuk memenuhinya. Eits, keinginan kami tidak pernah yang aneh-aneh hingga memberatkan beliau. Pernah saya meminta sesuatu tapi tidak terpenuhi, akhirnya mengambil jalan pintas untuk menyuruh adik saya yang meminta dan harus menangis jika tidak dikabulkan. Hal itu terjadi. Adik saya menangis merengek-rengek memintanya. Emak hanya mendiamkan dan membiarkan si adik  mengekspresikan kesedihannya. Emak tidak marah ataupun kesal. Beliau tetap sabar menghadapi kejadian yang begini. Tapi hal ini tidak berlangsung lama karena emak membujuk si adik dengan hal lain. Otomatis, si adik mau saja dan segera menghentikan tangisannya.
...
Sesungguhnya masih begitu banyak kisah mengenai emak. Kisah apapun itu haruslah menjadi kenangan untuk kita semua agar kelak menjadi pembelajaran ketika peran tersebut kita lakoni. Emak adalah guru terbaik dalam hidup ini, maka hargailah setiap hal yang dilakukan emak kita di rumah.

Bersambung di kisah lainnya..

#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#Day14


No comments:

Post a Comment