Ibu adalah sosok yang tegar, baik
hati, dan selalu mendahulukan keinginan anaknya. Kebaikan ibu takkan pernah
lekang oleh waktu. Kebaikan yang diberikannya terlalu banyak hingga ketika
mengenangnya kembali membuat saya sedih dan malu karena belum bisa membalasnya.
Begitu pula dengan perjuangan beliau yang sedari hamil hingga bisa membesarkan
kita, tidak bisa dibayar walau dengan emas berlian sekalipun. Tidak ada
perjuangan yang sehebat itu. Tapi, beliau ikhlas melakukannya demi anaknya.
Tidak ada rasa kesal ataupun marah dikala anaknya yang masih kecil membuat
tidurnya tidak nyenyak.
Begitu banyak kisah kebaikan yang
ibu berikan kepada kita. Jika direnungi bersama maka berdosalah kita yang
menyakiti hatinya walau hanya berkata “ah” sekali pun. Makanya Allah bilang
surga berada di kaki ibu. Saya biasanya memanggil beliau emak.
...
Bagi saya emak merupakan sosok
yang benar-benar powerfull. Beliau mampu mengurus kami berdua karena
kebetulan si kecil belum lahir, mulai dari membangunkan, memandikan, memakaikan
baju sekolah, menyiapkan sarapan hingga mengatar sekolah. Emak pernah
bercerita, saat saya masih TK, emak harus menunggu oplet pagi-pagi untuk
mengantar ke sekolah. Sementara, si kecil dibawa karena memang tidak ada yang
menjaganya di rumah. Sesampainya di sekolah, emak pergi belanja untuk keperluan
dapur dan kembali ke TK untuk dijemput dan pulang dengan menumpangi oplet. Walau
terkadang sesekali saya dijemput aba dan dibawa ke sekolahnya. Di rumah
biasanya emak langsung masak karena aba akan pulang dari sekolah. Dilanjutkan
dengan mencuci baju dan membersihkan rumah. Hal ini terjadi terus menerus.
Beratkah? Mungkin berat. Tapi, emak sama sekali tidak merasa kesulitan
melakoninya karena sudah terbiasa sewaktu masih mengurusi adik-adiknya yang
lumayan banyak.
Kisah yang tak terlupakan ketika
kami membangunkan emak saat hendak pergi ke MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah) ke
kampung sebelah. Kebetuan saat itu emak sedang diwarung sembari tidur siang.
Kami pun membangunkan emak dan merengek untuk diantarkan karena memang sudah
hampir terlambat. Emak pun bangun dan bergegas mengantarkan kami. Tak lama
berselang kami tiba di MDA, dapat kabar kalau dalam perjalanan pulang emak
kecelakaan. Kami kaget dan dijemput oleh paman. Saat itu, kondisi kakinya
terkiilir tapi tetap saja tidak bisa berjalan. Kejadian ini terjadi satu hari
menjelang tsunami di Aceh, tahun 2014. Akibatnya, kami terpaksa menetap di
rumah nenek menjelang emak sembuh. Lagian, jika berada di rumah pun sama sekali
tidak ada orang yang bisa mengurusi emak, kecuali aba.
...
Emak paling suka memanjakan kami.
Apapun yang kami inginkan, insyaAllah beliau berusaha untuk memenuhinya. Eits,
keinginan kami tidak pernah yang aneh-aneh hingga memberatkan beliau. Pernah
saya meminta sesuatu tapi tidak terpenuhi, akhirnya mengambil jalan pintas
untuk menyuruh adik saya yang meminta dan harus menangis jika tidak dikabulkan.
Hal itu terjadi. Adik saya menangis merengek-rengek memintanya. Emak hanya
mendiamkan dan membiarkan si adik mengekspresikan kesedihannya. Emak tidak marah
ataupun kesal. Beliau tetap sabar menghadapi kejadian yang begini. Tapi hal ini
tidak berlangsung lama karena emak membujuk si adik dengan hal lain. Otomatis,
si adik mau saja dan segera menghentikan tangisannya.
...
“Sesungguhnya masih begitu
banyak kisah mengenai emak. Kisah apapun itu haruslah menjadi kenangan untuk
kita semua agar kelak menjadi pembelajaran ketika peran tersebut kita lakoni.
Emak adalah guru terbaik dalam hidup ini, maka hargailah setiap hal yang
dilakukan emak kita di rumah. “
Bersambung di kisah lainnya..
#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#Day14
No comments:
Post a Comment