Monday, July 3, 2017

Religious Tapi Modus




“Ukhti, jangan lupa sebelum tidur baca do’a ya. Semoga Allah melindungi ukhti.”

Pernahkah teman-teman mengalami hal seperti ini? Jujur aja. Saya pernah. Dulu. Seseorang yang saya anggap bisa menjaga pandangan, mata dan hatinya namun rupanya saya salah besar. Kita memang tidak bisa langsung mencap seseorang baik dan bisa menjaga semuanya hanya karena sering ikut pengajian, ikut forum islami. Mungkin itulah cara mereka untuk bisa terus mengupgrade diri agar menjadi lebih baik walau mungkin pergerakannya belum terasa nyata atau mungkin masih sulit untuk mengaplikasikannya. 

Benarkah demikian alasannya???

Apakah tidak tersembunyi alasan lain???

Apakah benar hanya khilaf???

Tidakkah malu jika perjuangan hijrahmu masih sejalan dengan perjuangan cintamu kepada dia, ya dia yang belum halal???

Wahai akhi, kenapa kau membuka jalan tersebut?

Saya akui bahwa tidak semua bersikap demikian. Masih banyak yang mampu menjaganya. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga yang belum mampu mengatasi permasalahan ini. Mungkin istilah yang tepat adalah “Playboy fisabilillah”. 

Playboy fisabilillah merupakan seseorang yang “mungkin” suka menebar pesona dan kebaikan dengan dalih berdakwah. Padahal “mungkin” niatnya agar bisa dekat dengan seseorang. Jika nanti udah dekat, maka beralih haluan dengan dalih ta’aruf. Padahal sikapnya hampir sama dengan orang yang berpacaran. Bedanya mereka hanya komunikasi via dunia maya dan tak mengubar kata-kata gombal melainkan kata-kata motivasi alias berdakwah. Eleh eleh. Pie iki?

Wahai akhi, apakah tak malu sama Allah swt? Katanya akhi mau hijrah, tetapi kenapa masih melalaikan hal yang sederhana seperti ini? Apa gunanya ilmu yang akhi punya kalau yang seperti ini saja tak akhi aplikasikan? 

Wahai akhi, jangan sampai hanya lelah semata yang akhi peroleh ketika perjalanan hijrah dilakukan. Jangan sampai akhi tersesat oleh rayuan setan. Jangan sampai akhi terpesona oleh kesenangan semu ketika si dia menanggapi “dakwah” akhi. Jangan sampai perbuatan baik yang akhi lakukan hanya berlabelkan modus semata. Jangan sampai ilmu yang akhi dapat hanya tinggal ilmu dalam kertas dan pikiran saja namun tak pernah akhi lakukan. 

Akhi, jika disaat hijrahmu Allah menguji dengan menghadirkan seseorang yang bisa menggoyahkan hati dan imanmu, maka cepat-cepatlah mendekatkan diri kepada Allah dan curhatlah atas semua gundah yang akhi rasakan. Percayalah bahwa Allah akan memberikan solusi terbaik agar hati dan imanmu kembali stabil. Allah akan memberi ketenangan dikala akhi galau atau merasakan perasaan yang begitu meluap-luap. Allah punya cara tersendiri agar akhi mampu mengatasi masalah yang seperti ini. Sebab, Dial ah yang telah menghadirkan perasaan tersebut. Allah lah sebaik-baik penenang. 

Akhi, kata-kata manis yang terucap sebelum waktunya hanya akan menimbulkan luka, kekecewaan dan kesedihan. Sekiranya akan lebih mulia jika akhi sampaikan kepada sang pemilik rasa, maka percayalah bahwa Dia akan mengirimkan doa-doa akhi dalam bentuk yang terduga. Kalau pun kelak akhi berjodoh dengan dia kelak, maka kalian akan disatukan pada waktu, tempat dan momen tak terduga. 

Akhi, saya akui hal ini terkadang sulit. Namun, tidak ada yang tak mungkin jika kita percaya akan kebaikan Allah kepada hambaNya yang selalu memohon perlindungan. 

Wahai akhi, jujur saja kami belum siap menerima perhatian dan kebaikan pada waktu yang belum tepat ini. Sekiranya, ini belum momennya untuk bersikap demikian. Oleh sebab itu, sudilah kiranya jika kebaikan-kebaikan yang berlabel modus tersebut tidak akhi umbar-umbar.  Apalagi jika hal tersebut ditujukan kepada para akhwat yang “sebagian besar” keseringan baper jika telah menerima perlakukan seperti ini. Mungkin ya, jadi belum pasti juga semua akhwat bersikap demikian. Maka, mari sama-sama menjaga hati sembari memperbaiki kualitas diri. 

Saya akui bahwa tidak semua orang bersikap demikian. Jadi, mungkin tidak seharusnya kita menyalahkan mereka. Bisa saja, kami selaku perempuan/akhwat tekadang khilaf "mengundang" mereka untuk bersikap demikian. Namun, disatu sisi masih banyak ikhwan yang mampu menahan perasaannya atau malah menuangkannya dalam bentuk yang lebih halal alias menghalalkannya. Bukankah yang demikian lebih mulia?

Terkadang Allah mempertemukan kita dengan seseorang yang sekiranya religious, bukan untuk dipersatukan dalam suatu ikatan, melainkan hadir sebagai teguran dariNya untuk kita ataupun untuk dirinya jika rupanya hanya modus semata. Sebab, itulah cara unik Allah dalam menyayangi hambaNya.”

#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#Day10

No comments:

Post a Comment