“Ukhti, jangan
lupa sebelum tidur baca do’a ya. Semoga Allah melindungi ukhti.”
Pernahkah
teman-teman mengalami hal seperti ini? Jujur aja. Saya pernah. Dulu. Seseorang
yang saya anggap bisa menjaga pandangan, mata dan hatinya namun rupanya saya salah
besar. Kita memang tidak bisa langsung mencap seseorang baik dan bisa menjaga
semuanya hanya karena sering ikut pengajian, ikut forum islami. Mungkin itulah
cara mereka untuk bisa terus mengupgrade diri agar menjadi lebih baik walau
mungkin pergerakannya belum terasa nyata atau mungkin masih sulit untuk
mengaplikasikannya.
Benarkah
demikian alasannya???
Apakah tidak
tersembunyi alasan lain???
Apakah benar
hanya khilaf???
Tidakkah malu
jika perjuangan hijrahmu masih sejalan dengan perjuangan cintamu kepada dia, ya
dia yang belum halal???
Wahai akhi,
kenapa kau membuka jalan tersebut?
Saya akui bahwa
tidak semua bersikap demikian. Masih banyak yang mampu menjaganya. Tetapi, tidak
menutup kemungkinan bahwa ada juga yang belum mampu mengatasi permasalahan ini.
Mungkin istilah yang tepat adalah “Playboy fisabilillah”.
Playboy
fisabilillah merupakan seseorang yang “mungkin” suka menebar pesona dan
kebaikan dengan dalih berdakwah. Padahal “mungkin” niatnya agar bisa dekat
dengan seseorang. Jika nanti udah dekat, maka beralih haluan dengan dalih
ta’aruf. Padahal sikapnya hampir sama dengan orang yang berpacaran. Bedanya
mereka hanya komunikasi via dunia maya dan tak mengubar kata-kata gombal
melainkan kata-kata motivasi alias berdakwah. Eleh eleh. Pie iki?
Wahai akhi,
apakah tak malu sama Allah swt? Katanya akhi mau hijrah, tetapi kenapa masih
melalaikan hal yang sederhana seperti ini? Apa gunanya ilmu yang akhi punya
kalau yang seperti ini saja tak akhi aplikasikan?
Wahai akhi,
jangan sampai hanya lelah semata yang akhi peroleh ketika perjalanan hijrah
dilakukan. Jangan sampai akhi tersesat oleh rayuan setan. Jangan sampai akhi
terpesona oleh kesenangan semu ketika si dia menanggapi “dakwah” akhi. Jangan
sampai perbuatan baik yang akhi lakukan hanya berlabelkan modus semata. Jangan
sampai ilmu yang akhi dapat hanya tinggal ilmu dalam kertas dan pikiran saja
namun tak pernah akhi lakukan.
Akhi, jika
disaat hijrahmu Allah menguji dengan menghadirkan seseorang yang bisa
menggoyahkan hati dan imanmu, maka cepat-cepatlah mendekatkan diri kepada Allah
dan curhatlah atas semua gundah yang akhi rasakan. Percayalah bahwa Allah akan
memberikan solusi terbaik agar hati dan imanmu kembali stabil. Allah akan
memberi ketenangan dikala akhi galau atau merasakan perasaan yang begitu
meluap-luap. Allah punya cara tersendiri agar akhi mampu mengatasi masalah yang
seperti ini. Sebab, Dial ah yang telah menghadirkan perasaan tersebut. Allah
lah sebaik-baik penenang.
Akhi, kata-kata
manis yang terucap sebelum waktunya hanya akan menimbulkan luka, kekecewaan dan
kesedihan. Sekiranya akan lebih mulia jika akhi sampaikan kepada sang pemilik
rasa, maka percayalah bahwa Dia akan mengirimkan doa-doa akhi dalam bentuk yang
terduga. Kalau pun kelak akhi berjodoh dengan dia kelak, maka kalian akan
disatukan pada waktu, tempat dan momen tak terduga.
Akhi, saya akui
hal ini terkadang sulit. Namun, tidak ada yang tak mungkin jika kita percaya
akan kebaikan Allah kepada hambaNya yang selalu memohon perlindungan.
Wahai akhi,
jujur saja kami belum siap menerima perhatian dan kebaikan pada waktu yang
belum tepat ini. Sekiranya, ini belum momennya untuk bersikap demikian. Oleh
sebab itu, sudilah kiranya jika kebaikan-kebaikan yang berlabel modus tersebut
tidak akhi umbar-umbar. Apalagi jika hal
tersebut ditujukan kepada para akhwat yang “sebagian besar” keseringan baper
jika telah menerima perlakukan seperti ini. Mungkin ya, jadi belum pasti juga
semua akhwat bersikap demikian. Maka, mari sama-sama menjaga hati sembari
memperbaiki kualitas diri.
Saya akui bahwa
tidak semua orang bersikap demikian. Jadi, mungkin tidak seharusnya kita menyalahkan mereka. Bisa saja, kami selaku perempuan/akhwat tekadang khilaf "mengundang" mereka untuk bersikap demikian. Namun, disatu sisi masih banyak ikhwan yang mampu menahan
perasaannya atau malah menuangkannya dalam bentuk yang lebih halal alias
menghalalkannya. Bukankah yang demikian lebih mulia?
“Terkadang
Allah mempertemukan kita dengan seseorang yang sekiranya religious, bukan untuk
dipersatukan dalam suatu ikatan, melainkan hadir sebagai teguran dariNya untuk
kita ataupun untuk dirinya jika rupanya hanya modus semata. Sebab, itulah cara
unik Allah dalam menyayangi hambaNya.”
#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#Day10
#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#Day10
No comments:
Post a Comment