Thursday, July 6, 2017

Dibalik 30 DWC Lagi

“Kenapa tiba-tiba ingin mengikuti 30 DWC lagi?”

Sebenarnya tidak ada alasan khusus untuk kembali mengikuti 30 DWC. 

“Berarti dulu sudah pernah ikut dong?”

Sudah. Tahun lalu sewaktu ramadhan. Tapi, berhenti ditengah jalan karena kehilangan ide menulis serta tidak punya untuk post tulisan. Terdengar mencari-cari alasan, bukan? Benar. Ini hanyalah alasan untuk melarikan diri dari tanggung jawab yang telah dipegang sebelumnya. Sungguh sangat disayangkan, jika hanya hal kecil saja, saya bisa lalai dan tidak mampu menyelesaikannya apalagi hal ini merupakan keputusan yang telah diambil sendiri. Sejujurnya, saya benar-benar kecewa atas apa yang telah terjadi. Namun, masa lalu tidak pernah diubah tapi tidak dengan masa depan. 

“Memangnya neng suka menulis dan mau jadi penulis?”

Pertanyaan ini pernah diajukan oleh salah seorang teman. Kalau boleh jujur, saya bingung mah mau jawab apa. Hehe Bagi saya, menulis merupakan sarana untuk mengekspresikan serta menghibur diri. Kita ketahui bahwa ada kalanya kita tidak mampu mengungkapkan apa yang kita rasa, misalnya sedang marah,sedih, kecewa atau hal lainnya. Maka, menulis adalah alternatif setelah curhat denganNya. Mungkin hal ini terdengar klise bagi sebagian orang, namun terkadang menjadi solusi bagi mereka yang telah menjalaninya. 

Selain itu, saya terpikir sesuatu. Apakah itu? Hihi

Salah satu sifat alami manusia adalah lupa. Benar. Kerapkali, ingatan yang tertinggal hanyalah momen-momen penting ataupun besar, apakah dalam bentuk kisah sedih, senang, diputusin, dilamar, atau hal lainnya. Sementara momen-momen kecil yang menjadi cikal bakal lahirnya momen penting tersebut seringkali dikesampingkan. Kepingan kisah yang berlalu begitu saja. Hal inilah yang menjadi dasar bagi saya untuk mulai menulis, walau hanya melalui diary. But actually blog is electronic diary, right

Oleh karena itu, saya mencoba kembali aktif dalam dunia menulis walau tulisan saya masih jauh dari kata baik. Tapi, hal ini tidak menjadi halangan untuk menuntaskannya. Bukankah untuk menjadi lebih baik, kita harus melalui serpihan-serpihan atau kerikil-kerikil kesalahan terlebih dahulu? Maka, jangan menyerah bagi mereka yang awalnya tidak percaya diri untuk menulis. Tenang saja, kita sama kok. Mari, sama-sama berjuang untuk menebar kebaikan melalui tulisan kita.

Jangan menyerah walau saat ini kau belum mampu menajamkan bakatmu. Berusahalah secara terus-menerus agar bakat yang dulunya hanya berbentuk batu kecil dapat berubah menjadi berbagai bentuk kerajinan tangan yang berharga. Sekiranya hal ini lebih baik ketimbang berbakat namun tidak pernah mengasahnya.”


#30DaysWritingChallenge
#30DWC

#Day1

No comments:

Post a Comment