“Kenapa tiba-tiba ingin mengikuti 30 DWC
lagi?”
Sebenarnya tidak ada alasan khusus untuk
kembali mengikuti 30 DWC.
“Berarti dulu sudah pernah ikut dong?”
Sudah. Tahun lalu sewaktu ramadhan. Tapi,
berhenti ditengah jalan karena kehilangan ide menulis serta tidak punya untuk
post tulisan. Terdengar mencari-cari alasan, bukan? Benar. Ini hanyalah alasan
untuk melarikan diri dari tanggung jawab yang telah dipegang sebelumnya.
Sungguh sangat disayangkan, jika hanya hal kecil saja, saya bisa lalai dan
tidak mampu menyelesaikannya apalagi hal ini merupakan keputusan yang telah
diambil sendiri. Sejujurnya, saya benar-benar kecewa atas apa yang telah
terjadi. Namun, masa lalu tidak pernah diubah tapi tidak dengan masa depan.
“Memangnya neng suka menulis dan mau jadi
penulis?”
Pertanyaan ini pernah diajukan oleh salah
seorang teman. Kalau boleh jujur, saya bingung mah mau jawab apa. Hehe Bagi
saya, menulis merupakan sarana untuk mengekspresikan serta menghibur diri. Kita
ketahui bahwa ada kalanya kita tidak mampu mengungkapkan apa yang kita rasa,
misalnya sedang marah,sedih, kecewa atau hal lainnya. Maka, menulis adalah
alternatif setelah curhat denganNya. Mungkin hal ini terdengar klise bagi
sebagian orang, namun terkadang menjadi solusi bagi mereka yang telah menjalaninya.
Selain itu, saya terpikir sesuatu. Apakah
itu? Hihi
Salah satu sifat alami manusia adalah lupa.
Benar. Kerapkali, ingatan yang tertinggal hanyalah momen-momen penting ataupun
besar, apakah dalam bentuk kisah sedih, senang, diputusin, dilamar, atau hal
lainnya. Sementara momen-momen kecil yang menjadi cikal bakal lahirnya momen
penting tersebut seringkali dikesampingkan. Kepingan kisah yang berlalu begitu
saja. Hal inilah yang menjadi dasar bagi saya untuk mulai menulis, walau hanya
melalui diary. But actually blog is electronic diary, right?
Oleh karena itu, saya mencoba kembali aktif
dalam dunia menulis walau tulisan saya masih jauh dari kata baik. Tapi, hal ini
tidak menjadi halangan untuk menuntaskannya. Bukankah untuk menjadi lebih baik,
kita harus melalui serpihan-serpihan atau kerikil-kerikil kesalahan terlebih
dahulu? Maka, jangan menyerah bagi mereka yang awalnya tidak percaya diri untuk
menulis. Tenang saja, kita sama kok. Mari, sama-sama berjuang untuk menebar
kebaikan melalui tulisan kita.
“Jangan menyerah walau saat ini kau
belum mampu menajamkan bakatmu. Berusahalah secara terus-menerus agar bakat
yang dulunya hanya berbentuk batu kecil dapat berubah menjadi berbagai bentuk
kerajinan tangan yang berharga. Sekiranya hal ini lebih baik ketimbang berbakat
namun tidak pernah mengasahnya.”
#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#Day1
No comments:
Post a Comment