Monday, July 31, 2017

Katanya karena Angin

Malam ini udara begitu menyejukkan. Apalagi ditambah angin yang sepoi-sepoi. Sungguh waktu yang pas untuk duduk manis sembari memandangi bulan di beranda kamar. Dikala stress melanda saat berhadapan dengan berbagai tugas, saya rasa inilah waktu yang tepat untuk menyegarkan otak sejenak. Sungguh damai sekali malam ini.

Tiba-tiba emak datang dan menyarankan untuk masuk kembali ke kamar. Beliau sepertinya takut penyakit saya kambuh kembali. Apalagi jika ini berhubungan dengan angin dan udara dingin. Emak benar-benar takut saya mengalami masa kelam itu lagi. Padahal, bisa saja bukan hal itu yang menjadi penyebab utamanya. Mungkin, kebetulan Allah begitu sayang kepada saya hingga menitipkan ujian tersebut.
….
“Aba, muka ai nggak mau gerak”.

Itu adalah kalimat yang saya sampaikan ke aba ketika tiba-tiba sebagian muka tidak berfungsi alias kaku. Peristiwa ini sangat tiba-tiba. Sama sekali tidak terlihat gejala aneh hingga penyakit ini muncul. Panik. Tentu. Tapi Alhamdulillah orang tua menguatkan untuk tetap sabar menjalani ujian ini.

Seminggu sudah menjalani pengobatan di kampung namun tidak tampak perkembangan yang berarti. Akhirnya, orang tua membawa saya ke rumah sakit bagian spesialis saraf. Tahukah kalimat pertama yang diajukan sang dokter?

“Kenapa baru sekarang? Memangnya adek mau cacat? Kalau lebih lambat, kemungkinan tidak akan bisa kembali seperti sedia kala”.

Shock. Itulah perasaan saya kala itu. Tapi tetap mencoba untuk tenang dan bertanya lebih lanjut.

“Kira-kira kenapa ya saya mengalaminya, dok?”

Dokter menjelaskan bahwa angin menjadi penyebab utamanya, terutama angin dimalam hari. Terdengar aneh? Awalnya saya juga merasa demikian. Kemudian, dokter menjelaskan lebih lanjut jika ada kemungkinan disebabkan virus yang terbawa angin. Akan tetapi, sebenarnya belum ada penelitian lebih lanjut mengenai penyebab pastinya. Tapi, insyaAllah bisa sembuh jika melakukan terapi.

Selama pengobatan, dianjurkan agar mukanya tidak berhadapan langsung dengan angin. Maka, saya selalu menggunakan masker untuk menghindari interaksi langsung dengan angin. Terapi dilakukan selama kurang lebih 5 bulan. Walau muka saya tidak kembali seperti sedia kala 100%, namun Alhamdulillah sudah jauh lebih baik. Semua hal patut disyukuri.
Ketika mengingat kisah tersebut, rasa sedih terkadang masih melingkupi hati. Tapi, semua sudah menjadi ketentuan dari-Nya. Adakalanya saya berpikir jika penyakit ini bukanlah disebabkan oleh angin. Begitu banyak orang yang masih berkeliaran dijalanan pada malam hari, tapi mereka baik-baik saja. Mereka tidak mengidap penyakit bell’s palsy seperti yang saya derita.

Tapi apakah angin patut dipersalahkan? Apakah harus memarahinya? Tidak. Angin tidak salah. Terkadang angin memang membawa duka, akan tetapi memberikan lebih banyak manfaat dalam kehidupan. Hayo, apa saja manfaat angin? Terutama seperti yang dirasakan malam ini. Hehe

Bagi saya, ini merupakan ujian dari Allah tanpa mempedulikan penyebabnya. Mungkin, kebetulan saya lah orang yang Allah titipkan kasih sayang yang seperti ini. Buktinya sampai sekarang saya masih bandel melakukan kegiatan hingga malam hari menjelang. Jika Allah berkehendak atas sesuatu, maka semua bisa terjadi.

#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#Day26




No comments:

Post a Comment