Malam ini udara begitu
menyejukkan. Apalagi ditambah angin yang sepoi-sepoi. Sungguh waktu yang pas
untuk duduk manis sembari memandangi bulan di beranda kamar. Dikala stress melanda
saat berhadapan dengan berbagai tugas, saya rasa inilah waktu yang tepat untuk
menyegarkan otak sejenak. Sungguh damai sekali malam ini.
Tiba-tiba emak datang dan
menyarankan untuk masuk kembali ke kamar. Beliau sepertinya takut penyakit saya
kambuh kembali. Apalagi jika ini berhubungan dengan angin dan udara dingin.
Emak benar-benar takut saya mengalami masa kelam itu lagi. Padahal, bisa saja
bukan hal itu yang menjadi penyebab utamanya. Mungkin, kebetulan Allah begitu
sayang kepada saya hingga menitipkan ujian tersebut.
….
“Aba, muka ai nggak mau
gerak”.
Itu adalah kalimat yang saya
sampaikan ke aba ketika tiba-tiba sebagian muka tidak berfungsi alias kaku. Peristiwa
ini sangat tiba-tiba. Sama sekali tidak terlihat gejala aneh hingga penyakit
ini muncul. Panik. Tentu. Tapi Alhamdulillah orang tua menguatkan untuk tetap
sabar menjalani ujian ini.
Seminggu sudah menjalani
pengobatan di kampung namun tidak tampak perkembangan yang berarti. Akhirnya,
orang tua membawa saya ke rumah sakit bagian spesialis saraf. Tahukah kalimat
pertama yang diajukan sang dokter?
“Kenapa baru sekarang? Memangnya
adek mau cacat? Kalau lebih lambat, kemungkinan tidak akan bisa kembali seperti
sedia kala”.
Shock. Itulah perasaan
saya kala itu. Tapi tetap mencoba untuk tenang dan bertanya lebih lanjut.
“Kira-kira kenapa ya saya
mengalaminya, dok?”
Dokter menjelaskan bahwa angin
menjadi penyebab utamanya, terutama angin dimalam hari. Terdengar aneh? Awalnya
saya juga merasa demikian. Kemudian, dokter menjelaskan lebih lanjut jika ada
kemungkinan disebabkan virus yang terbawa angin. Akan tetapi, sebenarnya belum ada penelitian lebih lanjut mengenai penyebab pastinya. Tapi, insyaAllah bisa sembuh
jika melakukan terapi.
Selama pengobatan, dianjurkan agar mukanya tidak berhadapan langsung dengan angin. Maka, saya selalu menggunakan masker untuk menghindari interaksi langsung dengan angin. Terapi dilakukan selama kurang lebih 5 bulan. Walau muka saya tidak kembali seperti sedia kala
100%, namun Alhamdulillah sudah jauh lebih baik. Semua hal patut disyukuri.
…
Ketika mengingat kisah tersebut,
rasa sedih terkadang masih melingkupi hati. Tapi, semua sudah menjadi ketentuan
dari-Nya. Adakalanya saya berpikir jika penyakit ini bukanlah disebabkan oleh
angin. Begitu banyak orang yang masih berkeliaran dijalanan pada malam hari, tapi
mereka baik-baik saja. Mereka tidak mengidap penyakit bell’s palsy seperti yang
saya derita.
Tapi apakah angin patut
dipersalahkan? Apakah harus memarahinya? Tidak. Angin tidak salah. Terkadang
angin memang membawa duka, akan tetapi memberikan lebih banyak manfaat dalam
kehidupan. Hayo, apa saja manfaat angin? Terutama seperti yang dirasakan malam
ini. Hehe
Bagi saya, ini merupakan ujian
dari Allah tanpa mempedulikan penyebabnya. Mungkin, kebetulan saya lah orang
yang Allah titipkan kasih sayang yang seperti ini. Buktinya sampai sekarang
saya masih bandel melakukan kegiatan hingga malam hari menjelang. Jika
Allah berkehendak atas sesuatu, maka semua bisa terjadi.
#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#Day26
No comments:
Post a Comment